Chapter 3

1.9K 93 9
                                    


sekuat tenaga aku berlari mengejar seorang perempuan berambut cokelat pendek didepanku, namun ini bukan seperti adegan senetron yang ada di TV, aku mengejarnya karena alasan lain, yaitu menghajarnya.

"Oyyy...berhenti kau, Millaaa...!!!" Panggilku sambil terus berlari.

"Kyaaaa... Bima no ecchi...!!!" Kata Mila tanpa rasa malu.

Mendengar ucapan Mila membuatku semakin membuatku kesal, tanpa rasa malu sedikitpun dia mengucapkannya di tempat umum, kali ini dia akan mendapatkan 2 jitakan sekaligus, pasti

Karena terlalu focus mengejar dan juga di kejar, tanpa kami sadari halaman sekolah sudah sudah terlihat, masih dalam keadaan kejar mengejar, dari arah yang sama Rio sedang berjalan, dia menoleh kearahku lalu melambaikan tangan.

"Oy Bi...?" Sapa Rio tertahan melihat kami berlari.

Pintu gerbang sekolah sudah terlihat, layaknya seorang atlet perlari propesional, aku menarik nafas dalam, dengan segera memepercepat lariku melesat seperti tombak, dengan kecepatan tinggi aku mengejar Mila yang sudah ngos-ngosan.

"Matteee kooorrraaaa...!!!" teriakku dengan kecang mencoba mengejar Mila.

"Riooo... Tolong ha-hah." Mila memanggil Rio yang ada di depannya.

Seperti anak kucing yang ketakutan, Mila bersembunyi di belakang punggung Rio.

"Eh-hey ada apa ini." Rio kaget dengan Mila yang tiba-tiba berlindung di dibelakangnya.

"Hah-hah akhirnya, hah~." Napasku tersengal karena terlalu lama berlari.

Aku menarik napas panjang mencoba mangatur kembali nafas, bagian samping perustku juga agak sakit karena terlalu memaksakan diri berlari sejauh 2 kilometer. Ini adalah rekor terbaruku.

Namun di sela-sela aku mengatusr nafas, ada sesuatu yang terjadi pada Mila. Mila seperti setengah pingsan, Rio yang mengetahui kondisi Mila mencoba membantu dengan menyuruhnya menarik nafas seperti yang aku lakukan. namun Mila tidak melakukannya.

Wajahnya sangat pucat seperti orang yang penyakitnya kambuh, Mila juga memeluk perutnya sendiri, nafasnya tidak beraturan. Ini masalah serius.

"Bima! Bagaimana ini?" Kata Rio panik melihat kondisi Mila.

"Sial" kataku.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengangkat tubuh Mila yang kesakitan, tidak lupa aku juga membawa tasnya, bagaikan pahlawan kepagian, aku menggendong Mila seperti tuan putri. dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku memaksa kakiku kembali berlari sambil menggendong Mila yang kondisinya sangat mengkhawatirkan.

Seperti orang kerasukan iblis, aku berlari tanpa menghiraukan orang di depanku, menyerobot antrian, berlari di lorong sekolah padahal dilarang keras, dengan perasaan cemas aku berlari menggendong Mila. aku benar-benar bodoh.

Akhirnya sampai di ruang UKS, aku langsung membaringkan tubuh Mila di tempat tidur, setelah membaringkannya, pandanganku langsung beralih kearah kotak P3K, mencari sebuah benda yang dapat membantu meringankan nafasnya. Aku temukan alat bantu pernafasan.

Aku langsung memberikannya pada Mila. Setelah beberapa kali menghirup oksigen, Mila mulai tenang, nafasnya yang tadi tidak karuan juga sudah mulai teratur, aku melupakan satu hal, aku keterlaluan.

Berlari terus menerus mengejarnya, membuatnya kehilangan banyak tenaga, nafasnya pasti terkuras sangat banyak hingga kondisinya seperti ini, aku juga sangat bodoh tidak menyadari kalau Mila adalah perempuan.

"Bagaimana? Apa sudah mendingan?" Tanyaku sedikit kawatir dengan kondisinya.

Meletakan alat bantu pernafasan."Umm...sudah lebih baik." Jawab Mila dengan wajah menyesal.

Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang