Chapter 6

1.4K 83 6
                                    

Dalam otakku, masih terlihat jelas kejadian mengerikan yang baru saja aku alami kemarin, di sibukan dengan pikiran aneh yang muncul di kepalaku, membuatku melamun. Melihatku tidak fokus, pak Edo lantas melempar sepidol yang dia pegang kearahku.

Lemparan sepidol itu mengenai tepat mejaku, aku tersentak kaget langsung reflek berdiri tegak. Teman-temanku juga kaget dengan reflekku, setelah itu mereka tertawa.

"Kamu, dari tadi bapak lihat melamun saja, mikirin pacar?" kata pak Edo mengejekku dari depan kelas.

Sontak saja tawa teman-temanku semakin keras mendengar ejekan pak Edo. Mendengar ejekan pak Edo sedikit menyakiti telingaku, padahal aku sama sekali tidak punya pacar, pengen saja tidak. Namun aku tidak bisa membantahnya, karena memang aku tidak fokus.

"Lain kali serius, duduk." Kata pak Edo menyuruhku duduk kembali.

Pak Edo, seorang guru mata pelajaran kimia, pelajaran paling tidak menyenangkan, menurutku. Pelajaran ini membahas banyak hal mengenai atom, saking banyaknya sampai membuatku ingin bolos pelajarannya.

Aku masih tidak mengerti bagaimana menggabungkan atom-atom aneh itu menjadi atom baru dan menamainya sesuai aturan, yang aku tahu hanya atom (O2) artinya Oksigen, (H2O) Hidrogen dan (NaCl) Natrium Clorida, selain itu aku tidak tahu.

Dan kadang aku berfikir, kalau kita menggabung-gabungkan atom secara sembarang, maka akan terbentuk atom baru, nah pikirku kalau kita menemukan atom baru apa kita akan mendapat Profesor karena telah menemukan atom baru.

Namun seperti tidak kapaok, aku kembali melamun, menopang dagu dengan tangan kanan, tidak lama kemudian bel tanda pergantian jam pelajaran berdering.

"Oke, dengan ini bab pertama sudah selesai, minggu depan kita ulanga harian." Kata pak Edo sekaligus menutup jam pelajarannya.

Seluruh teman sekelasku merasa keberan dengan pak Edo, namun tidak ada yang berani mengatakannya, bahkan mengeluhpun saja tidak bisa. Alhasil kami semua hanya diam.

Pak Edo kemudian keluar kelas, dalam hitungan detik suasana kelas berubah, bayak dari kami mengeluhkan ulangan harian minggu depan, siswa perempuan langsung membicarakan pak Edo dan siswa laki-laki. Seperti itulah.

Pelajaran selanjutnya adalah bahasa Indonesia, dan guru bahasa adalah wali kelas kami, Bu Ani. Guru yang menyenangkan, karena beliau sangat ramah dan bersahabat, kami sangat senang jika pelajaran bu Ani tiba. Menunggu bu Ani masuk, aku kembali melanjutkan lamunanku.

Kalau di pikir-pikir sekolahku juga menyimpan banyak misteri, dari cerita ibuku, sekolah ini sudah ada sejak kakek dari kakekku hidup, dan hingga saat ini sekolah ini masih ada dan terus aktif, yang menjadi pikiranku adalah, perempuan malam itu, dia datang ke sekolahku menyelamatkanku dan Azalia.

Beberapa menit kemudian bu Ani masuk kelas, seperti biasa bu Ani akan di sapa secara meriah oleh kelasku, seperti orang yang sangat di hormati dan di sayangi.

"Selamat datang, ibu Ani." Salam seluruh teman-teman sekelasku, termasuk juga diriku.

"Yaho..." kata bu Ani menaggapi salam kami.

Oh iya, bu Ani masih terbilang baru menjadi guru, kalau tidak salah ini tahun pertama beliau mengajar di sekolah. Kalau umur bisa di bilang masih muda, kalau tidak salah sekitar 27 tahunan, karena masih muda, bu Ani sangat dekat dengan siswa.

"Semua terlihat ceria ya, apa ada lah buruk yang baru menimpa kalian?" Tanya bu Ani dengan nada khasnya.

Seluruh siswa tertawa, kalau bisa di bilang bu Ani adalah obat bagi kami setelah melewati pelajaran yang sangat merepotkan, entah kenapa setiap bu Ani mengajar, suatu energi datang kepada kami.

Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang