"Kenapa dia sampai sini? Raein dimana kau sebenarnya?" Ucap Bibi Chae Eun setelah melihat nenek Seung Ah dari balik gorden.
***
Jin terus melihat setiap goresan tinta dari Raein di atas kertas itu. Matanya tak berkedip melihat lembar kesekian setelah bertumpuk-tumpuk kertas di coret spidol merah oleh Jin. Jin tersenyum. Ia menengok jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam kemudian memberikan kertas itu kepada Raein. Jin tersenyum manis kepada Raein dan membuat Raein bahagia melihatnya. Artinya pekerjaan Raein telah selesai dan Raein telah paham akan materi yang diajarkan. Tak lama kemudian, Jin mendengar suara perut Raein. Begitu juga dengan Raein, ia mendengar balik suara perut Jin. Mereka sama-sama kelaparan.
"Wah! Waktunya pulang. Oppa terimakasih telah mengajarkan aku ini. Andai saja kau menjadi guru ekonomi, aku akan paham dari awal. Bagaimana aku bisa membalas jasamu ini?" Tanya Raein sambil memasukkan kertas-kertas ke dalam tasnya.
"Tetap duduklah di sini untuk makan malam bersamaku."
Raein berhenti memasukkan kertas-kertas itu. Ia melamun pada tasnya kemudian ia kembali merapikan tasnya. "Maaf oppa, aku kesini hanya untuk mendapat kertasku. Tidak lebih. Belajar disini membuatku kenyang."
"Aku tidak memasukkan racun ke dalam sosis asam manis yang masih panas itu. Jangan takut, aku akan mengantarmu pulang."
Mereka pun makan malam berdua dengan menu sosis asam manis dan secangkir susu untuk masing-masing. Raein sangat lahap menyantap makanan itu semenjak pertama kali menyicipinya. Hal itu membuat Jin menyembunyikan wajah bahagianya. Hingga sekitar pukul 12.30 mereka berjalan menyusuri jalan untuk ke rumah Bibi Chae Eun.
"Kau sangat lihai sekali memasak. Kue itu pasti kau membuat sendiri, kan?" Ucap Raein yang dibalas anggukkan oleh Jin.
"Kenapa kau tidak menjadi koki saja dan membuka restaurant? Pasti akan lebih bebas daripada duduk di belakang meja kerja."
"Karena ini sudah jalanku. Karena cita-cita ku bukan menjadi seorang koki. Tapi menjadi pemilik perusahaan."
"Apa itu akan membuatmu bahagia?"
"Tentu!" Balas Jin yang membuat percakapan itu berhenti. "Raein-ah, katakan padaku. Tentang... Jika aku menerima tawaran jabatan itu?"
Hal itu menghentikan langkah Raein hingga Jin ikut berhenti. Raein langsung mengambil tangan Jin untuk maraba di setiap garis telapak tangannya. Pria tampan itu melihat Raein tidak memejamkan mata. Sedangkan Raein melihat kejadian yang akan terjadi saat Jin mengambil tawaran jabatan nanti. Raein melihat api dendam di mata Jin. Hingga Jin berusaha menyingkirkan orang-orang yang membangun dendam di hatinya. Namun Jin memiliki hati yang baik, hingga hal itu tidak akan terjadi. Di sisi lain ada seseorang yang akan menjatuhkan dengan cara itu dan hanya ada seorang yang dapat menyelamatkan Jin nantinya. Raein menatap dalam mata Jin yang penuh rasa ingin tahu.
"Jika kau sangat ingin mengambil tawaran itu... Ambilah. Setelah itu akan ada masalah yang harus kau hadapi."
"Semakin tinggi sebuah pohon akan semakin kencang angin yang menerpanya." Ucap Jin.
Aku akan kehilangan dirimu setelah itu, Oppa. Pekik batin Raein sambil melepas tangan Jin.
"Baiklah, adik kecilku! Setiap manusia punya masalah. Kau sendiri pasti punya masalah, ayo..." Ucap Jin lalu merangkul Raein. "...kita pulang"
"Aku bukan adik kecil, aku akan 20 tahun nanti pada saat hari hanbook mengerti." Ucap Raein melepas rangkulan Jin. Sepanjang perjalanan itu Jin terus menggoda Raein hingga sampai rumah Bibi Chae Eun.
.
Sebelum Raein mengetuk pintu rumahnya, Bibi Chae Eun langsung membuka pintu dan langsung menarik lengan Raein untuk segera masuk. Raein juga menjelaskan kepada Chae Eun bahwa Jin hanya membantunya belajar ekonomi. Dengan wajah sedikit murung, bibi itu mengucapkan terimakasih dan langsung menutup pintu. Hal itu dianggap tenang oleh Jin karena pada dasarnya Bibi itu selalu melempar pandangan tak bersahabat kepada Jin semenjak malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let 'Her' GO [COMPLETE✓]
FanfictionTaehyung memandangi dirinya di depan cermin. Ia membuka poninya. Tampak tatto bulan samar-samar di dahi bagian kanan. Ia pun menurunkan tangannya. Tangan itu tampak menengadah. Jarinya masih sama seperti malam itu, dingin dan lumpuh. Tampak Taehyung...