Angin sepoi tumpah di sekitar halaman depan yang dipenuhi oleh taman dengan dekorasi yang apik. Angin itu menyapu poni berwarna cokelat tua. Alih-alih menyipitkan mata pemilik poni yang tengah menghembuskan nafas sambil memandangi gedung pencakar langit di depannya. Tidak lain gedung itulah pemilik taman yang epik itu. Seorang pria gagah rupawan sedang berdiri sambil memantapkan hatinya. Ia mengenakan baju rapi, baju kantoran dengan kemeja berwarna biru langit dibalut dengat dasi biru tua berlorek cokelat; bercelana hitam lengkap dengan sepatu yang kinclong terpantul cahaya matahari. Dengan hati yang mantap ia mengeratkan tas cokelat yang tengah ia genggam di tangan kirinya, ia pun memasuki gedung megah itu.
Langkahnya terpantau oleh setiap CCTV yang kokoh terpasang. Jarinya yang indah mulai menyentuh tombol lift. Benda kotak itu membawanya kepada lantai orang-orang penting. Langkah yang kuat membuat suara sepatunya terdengar mewah di sepanjang lorong. Tampak seorang berpakain resmi dengan headphone ber-Bluetooth terpasang di telinganya membukakan pintu untuk pria rupawan itu. Di dalam ruangan itu terdapat banyak orang di sepanjang meja kaca lengkap dengan kertas dan secangkir kopi. Orang-orang itu langsung terdiam dalam pembicaraan setelah melihat seseorang masuk untuk memimpin rapat.
"Selamat pagi, maaf membuat kalian semua menunggu. Terimakasih atas kedatangan tepat waktunya. Baiklah kita mulai sekarang. Perkenalakan nama saya Kim Suk Jin, assistant manager perusahaan bursa efek Seoul..." Ucap pria tampan yang bernama Kim Suk Jin itu di depan para hadirin.
-*-
Tampak Jin sedang merapikan berkas-berkasnya setelah bersalaman dengan orang-orang penting itu. Kemudian ia memutuskan untuk keluar ruangan setelah semua orang keluar.
"Tuan Jin, ada panggilan dari pak manager sekarang." Ucap bodyguard tepat saat Jin keluar dari ruangan itu. "Mari saya antar."
-*-
Bodyguard itu membukakan pintu untuk Jin. Terlihat seorang boss berbadan sedikit gendut dan perkiraan usia sekitar 50 tahun.
"Kau sudah membuat berkasnya?" Tanya manager bermata jernih itu."Iya pak." Ucap Jin yang langsung membuka tasnya untuk mencari berkas yang dimaksud. Ia pun segera memberikan map yang berisi berlembar-lembar kertas yang belum dijilid kepada pria berambut hitam jarang itu.
-*-
Tiba-tiba, kertas-kertas itu dibuang kasar hingga melayang ke wajah seseorang tepat di depannya. Wanita mungil itu terduduk diam di depan gerombolan wanita yang bersolek seperti selebriti.
"Kau pikir bisa membohongi kami?" Ucap wanita gendut yang dikepang dua sambil menggebrak meja. Dia Yoon Jae Hee. Dipanggil Jihe, karena ia sangat suka dengan Jimin BTS jadi ia menggabungkan namanya. Pada suatu hari ia pernah dimarahin ibunya habis-habisan karena saat itu ibunya sedang mencarinya di sekolah namun tak seorang pun mengenal Jae Hee, tapi Jihe.
"Bagaimana bisa kau 5 digit di atas ku?! Aku sudah menyuruhmu memberiku jawaban yang komplitkan!" Ucap Choi Hyo Ah sambil menyilangkan tangannya. Hyo Ah dilahirkan dari keluarga kaya raya, namun ia tidak pintar. Dia sering mentraktir kawan-kawannya untuk pergi ke konser dan fansign BTS. Dia sangat manja, setelah marah, dia menahan air mata.
"Hei! Kuberi peringatan lagi sebelum kami melaporkanmu. Jika kau melakukan ini lagi kepada kami, aku pribadi akan melempari wajahmu dengan tomat saat bazar musim panas nanti. Mengerti!" Kecam Shin Jung Hyeon, wanita cantik dan berani yang tidak lain adalah pemimpin grup 'H' itu. Ia juga cucu dari wakil kepala sekolah.
Gerombolan itu meninggalkan gadis mungil berkacamata yang tengah duduk di antara kertas yang berserakan. Gadis itu segera mengambil kertas-kertas yang berisi nilai merah di setiap sudut kanan atas. Kertas-kertas ujian milik teman sekelasnya. Karena sangat lugu, ia tidak menangis setelah kejadian itu. Ia langsung membuang semua kertas-kertas itu dan langsung pergi ke luar kelas untuk menikmati jam makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let 'Her' GO [COMPLETE✓]
FanfictionTaehyung memandangi dirinya di depan cermin. Ia membuka poninya. Tampak tatto bulan samar-samar di dahi bagian kanan. Ia pun menurunkan tangannya. Tangan itu tampak menengadah. Jarinya masih sama seperti malam itu, dingin dan lumpuh. Tampak Taehyung...