Setelah melihat jam dinding. Raein memutuskan untuk menggendong tasnya dan pulang. Lorong sekolah itu tampak dipenuhi murid-murid. Tampaknya mereka sedang berfoto-foto. Sambil menghela nafas, Raein berjalan. Dia berpikir untuk menerobos kerumunan siswa yang baru saja lulus itu. Dan akhirnya gadis itu berhasil melakukannya.
.
"Bolehkan aku meminta tanda tanganmu."
"Ayo kita berfoto lagi."
"Kau sedang menunggu siapa disini?"
"Dia..." Gadis-gadis itu menengok ke arah Raein yang tengah berhenti. Seorang ulzang yang dimaksud Jihe itu menghampiri Raein sambil mengalihkan pandangan gadis-gadis. "....selamat atas kelulusannya dan selamat telah menjadi lulusan terbaik." Ulzang itu memberikan buket bunga indah dan mewah kepada Raein. Raein menerimanya dengan penuh ketidakpercayaan. Pasalnya gadis yang telah berusia 20 tahun itu melihat Jin yang malam lalu telah mati dihadapannya.
***
Raein terus memandangi Jin yang tengah melihat ijazahnya di bangku taman. Raein terkejut saat itu karena Jin melihat sekejap ke arahnya dan membuat gadis berseragam itu berpura-pura memainkan ponsel. Beberapa detik kemudian, ia kembali melirik Jin. Lagi-lagi ia terkejut karena Jin terus memandanginya dengan tersenyum kecil. Tak lama kemudian Raein mendapatkan notifikasi di emailnya. Dengan cepat Raein langsung membukanya. Gadis itu langsung berdiri dan berteriak senang. Ia mengatakan pada Jin bahwa sebuah universitas negeri terbaik di Korea telah menerimanya sebagai mahasiswa hukum. Jin hanya tertawa melihat Raein hingga gadis itu kembali duduk di sampingnya.
"Taehyung pasti sangat bangga denganmu." Ucap Jin yang membuat senyum bahagia Raein menghilang.
"Dimana dia sekarang?"
"Di sini." Ucap Jin sambil memegang dada kirinya.
.
Taehyung memegang pipi Jin. Ia melihat ke arah Raein terkadang. Raein tengah terlelap di samping Jin. "Hyung! Apa kau bisa mendengarku." Ucap Taehyung setelah melepas tangannya. Pria yang tangan kirinya lumpuh itu melihat Jin yang mulai membuka matanya. Jin melihat Taehyung di bawah bintang-bintang dan ia merasakan darah segar di sekitar mulutnya. Jin mencoba duduk sambil menahan sakit. Ia mengusap darah di sekitar bibirnya.
"Hyung, aku tidak bisa pergi sekarang. Tangan kiriku lumpuh. Tidak ada artinya lagi membawa Raein ke Bulan."
"Kenapa? Apa kau ingin mengirim bencana lagi? Agh..."
"Semua sudah berakhir jika nenek itu mati. Mata kiriku juga telah buta." Ucap Taehyung lalu menelan ludah. " Mata kiriku menjadi buta karena... Cintaku bertepuk sebelah tangan. Itu membuat diriku rusak perlahan-lahan. Aku hanya menginginkan Raein. Namun jika cintaku bertepuk sebelah tangan-"
"Apa aku terlalu serakah?" Sahut Jin yang membuat Taehyung terdiam.
"Itu pilihan. Kau mencoba menyelamatkanku. Dan sekarang giliranku mencoba menyelamatkanmu dengan mencoba menjadi bagian dari tubuhmu."
"Apa maksudmu?"
"Aku akan menyembuhkan lukamu, memberikan nyawaku untukmu. Cahayaku akan merajut lukamu hingga akan menjadi darah dan dagingmu. Maka aku akan menyatu denganmu."
"Bagaimana dengan dirimu sendiri?! Kenapa kau melakukan ini? Cepat bawalah Raein ke Bulan!"
"Kau mencintai Raein tapi Raein mencintaimu. Jika aku menyatu dengan tubuhmu aku akan ikut merasakan cinta Raein. Setelah aku melakukan itu, aku akan menghilang bersama angin dan menjadi butiran cahaya. Jika kau dan Raein ingin melihatku, cukup dengan melihat cahaya bulan." Jin melihat tatapan serius dari Taehyung dan mulai kesakitan. Ia merasakan darah yang terus mengalir. Dengan cepat Taehyung memegang luka tusukan pada perut Jin bagian belakang dengan tangan kanannya. Hyung, bertahanlah! Hyung..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let 'Her' GO [COMPLETE✓]
Fiksi PenggemarTaehyung memandangi dirinya di depan cermin. Ia membuka poninya. Tampak tatto bulan samar-samar di dahi bagian kanan. Ia pun menurunkan tangannya. Tangan itu tampak menengadah. Jarinya masih sama seperti malam itu, dingin dan lumpuh. Tampak Taehyung...