6. Meira dan seorang cowok?

79 59 17
                                    

Hukuman bagi Dinda sudah selesai. Dan kini, ia berada di kantin bersama sahabatnya, Meira.

"Lo kenapa sih, dari tadi ngedumel mulu. Ga jelas."

Dinda tetap diam.

"Din, Lo kenapa?"

Ga ada jawaban.

"Din,, helloww Dindaa" Meira melambaikan tangannya di depan muka Dinda.

Sampai Dinda melihat kakak coganya lewat di depanya bersama teman-temanya dan duduk di bangku depanya.

Liat lo ya, kakak cogan. Batin Dinda

Dinda berdiri dan menghampiri kakak coganya.

"Eh Din,, kemana?" Tanya Meira.

"Kak" sekarang Dinda berada di samping El yang sedang makan itu.

Namun tidak ada jawaban dari El. Teman-teman El juga bingung dengan kehadiran Dinda.

"Kak" panggil Dinda sekali lagi. Namun tidak ada jawaban.

"Kak"

"Lo gak liat gue lagi makan"

"Liat" jawabnya.

Hening beberapa saat, Dinda kembali bertanya.

"Lo kenapa nyuruh orang buat gendong gue? Kenapa gak lo aja."

"Kok Lo tau"

Skak. Jeda, Dinda untuk berpikir.

"Ya tau lah, kan gue liat"

"Kan Lo pingsan"

"Ya kan abis itu gue bisa liat sapa yang gendong gue" namun El tidak kembali menjawab.

"Lo gak nanyain gue sehat atau belum gitu?" Tanya Dinda

"Emang Lo siapa gue?"

"Ya kan lo yang ngelempar bolanya terus kena pala gue"

El memutar bola matanya malas. "Itusih lo nya yang sengaja"

"Apa sih, gue ga sengaja lewat kok"

"Ya bodo ya, bukan urusan gue."

"Loh gimana si"

El nyelonong pergi. Sedangkan teman-temanya menatap Dinda heran.

"Kenapa liatin gue?"

"Gak kok, gak sapa. Nama lo sapa? Gue Dimas" cowok itu mengulurkan tangannya.

"Nama gue Dinda, bukan sapa." Ucap Dinda lalu pergi.

"Ma- maksudnya apaan?"

''Maksud dia, nama dia Dinda bukan sapa yang lo kira" jelas cowok di sebelahnya.

"Itu kan gue tanya"

"Tau deh" menggedikkan bahunya

"Ogeb ya, untung cantik."

*

Selama pelajaran, Dinda jadi sensian. Di senggol dikit galak. Meira juga heran sama sahabatnya itu. Sampai pulang sekolah pun, Dinda diem aja.

"Gue balik duluan" ucap Dinda pergi keluar kelas.

"Iya iya." Jawab Meira sembari memasukkan bukunya ke tas.

*
Dinda jalan menyusuri koridor. Hari ini Dinda di jemput oleh papanya, karena supirnya pak Anto pulang kampung karna istrinya lahiran.

Dinda hidup berkecukupan. Orang tuanya juga tidak terlalu ber-uang. Cuman papanya Dinda kerja di perusahaan tambang emas jadi general managernya. Kadang juga ke luar negeri buat ngurus investasi. Dan juga buka cabang di Aussie kecil-kecilan. Bangun perusahaan lantai 17. Kalau mamanya Dinda punya bisnis juga kecil-kecilan. Bisnis kue gitu, kadang impor bahanya dari Singapore atau Itali kadang-kadang.

Dinda membuka layar handphonenya. Dan mencoba menghubungi papanya, beberapa kali tidak di angkat. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk mengirim pesan saja.

'pa, aku udah pulang. Aku naik taksi aja ya. Biar cepet.' send.

Ia pun memesan taksi lewat app handphonenya. Dinda menunggu di bangku depan gerbang sekolah sendiri. Untungnya cuaca hari ini tidak mendung.

Samar-samar Dinda mendengar pembicaraan. Dan benar saja saat ia lihat, di sana, di gerbang sekolah ada yang lagi ngob-

"Kok kayak kenal" gumam Dinda.

"Lah,, Meira. Ngapain dah. Ngomong sama sapa coba." Dinda memicingkan matanya, mencoba melihat lebih jelas

Ada anak cowok, naik motor ninja item, jaket hoodie merah pake helm full face. Ga keliatan tapi mukanya.

"Meira!" Panggil Dinda.

Meira pun menoleh bersama juga dengan cowok itu. Dinda ingin menghampirinya, tapi keburu seseorang manggil.

"Mbak" panggil orang itu. Dinda noleh dong.

"Iya?"

"Mbak yang pesen taksi kan ya?" Tanyanya.

"Oh iya,"

Sebelum masuk, Dinda sempet noleh ke Meira lagi. Cuman dada doang terus masuk taksi,



Notif dong:(
coment dan vote ya. Makasihhh.

Salam, author.

MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang