Halo, kambek nih.. selamat membaca!
Bulan ini banyak yg ultah ya.. Hbd buat yg ultah<3
*
Setelah kejadian salah paham itu, gue ngerasa gak enak aja sama kak El. Seperti sekarang ini, gue sama Meira berdua lagi di kantin. Nah, pas di seberang gue ini, Kak El dan temen-temennya duduk di sana. gue sempet beberapa kali curi pandang ke Kal El. Entah kenapa gue ngerasa kayaknya makin jauh deh buat gue deketin dia.
"Udahlah, jangan gampang nyerah dong. Masa gitu aja langsung K.O?" Gue noleh ke Merira.
"Lo ngomong ama gua?"
Meira masang muka keselnya, "Siapa juga ngomong sama lo, gr bgt. Gue ngomong sama Rey kali". Gue lihat ke samping gue, bener aja. Di sana udah ada Rey yang duduk tentrem. Anjirnya, dia makan siomay gue tanpa ijin.
"Sejak kapan lo disini? Anjir ya lo! itu siomay gue, belom gue makan. Balikin!" Tuhkan, suara toa gue keluar.
"Sejak lo ngeliatin si El noh." Jawabnya lumayan keras. Gue panik dong, langsung gue ngeliat Kak El. Untung aja gak denger yalord.
"Mulut lo ya! pengen gue jejelin cabe tau gak. Udah ah, males gue!" Ucap gue dan langsung berdiri pingin ke kelas.
Byurr
"Aw aww!!" Pekik gue tertahan. Air panas tumpah di seragam gue. Gue ngelus tangan gue yang mulai merah. Sumpah ini panas banget. Gue mendongak, ngeliat siapa yang numpahin air panas ini. "Kakak gimana sih!" Ucap gue emosi.
"Lo yang nabrak gue." Sumpah ya, ini cowok ngeselin banget sih. Udah rambutnya gondrong, kriting, kayak kemoceng gimbal! gue gundul juga lo sekalian!.
"Kakak gak liat? yang numpahin air panas kakak!. Punya mata gak sih?!" Gue tau ini kelewat batas. Walaupun dia kakak kelas, kalo salah ya tetep salah.
"Mulut lo gak sopan ya sama orang yang lebih tua." Suara itu, ternyata Kak El udah berdiri di samping gue. Gue dan dia saling tatap.
"Lo yang salah. Lo yang tiba-tiba berdiri dan nabrak dia. Gak tau diri banget". Panas. Udah tangan gue panas kena tumpahan ni orang rambut gimbal, di tambah ucapan Kak El yang pedes, jadi unch.
"Wihhh, udah-udah woles gaess... Eh Ra, lo anter Dinda gih." Kata Rey.
Meira narik tangan gue dan ngajak gue ke kamar mandi.
"Sini tangan lo, masih panas?" Kata Meira sambil ngelapin tisu basah di tangan gue.
Gue jawab dengan gelengan. "Lo masih mau lanjut?" Tanya Meira lagi.
"Buat?" Tanya gue.
"Ngejar Kak El,"
"Ya lanjutlah! Asal lo tau ya Ra, gue baca di novel-novel, orang yang berjuang kayak gue gini ini pasti nanti ujung-ujungnya bisa jadian kok. Makanya gue mau jadi peran yang tertindas dan tersakiti dulu, nanti enaknya di akhir. Huehehe.." Jelas gue cengar-cengir.
"Dasar otak fiksi."
*
Hari ini dan seterusnya, gue bikin list baru.
1. Parkir mobil di halaman samping.
2. Bawa roti isi coklat hari senin, isi keju hari selasa, isi vanila hari rabu, isi kacang hari kamis, dan isi stroberi hari jumat.
3. Ke kelas gebetan.
4. Ke kantin jam 10.05, balik kelas jam 11.20
5. Pulang sekolah lewat halaman samping.
6. Ke minimarket stock roti.
7. Go home.
"Em, sekarang hari?. Jumat.. rotiii" Monolog gue sambil telunjuk gue menelusuri deretan list gue. "Stroberi!, Stroberi mana stroberi? yah stroberi kok nggak ada sih?. Yah gimana dong.." Di kantong plastik isinya cuman roti isi kacang sama keju doang. "Kalok isi kacang kan baru kemaren, nanti bosen lagi. Yaudah deh keju aja". Gue ambil roti itu dan turun dari mobil gue. Iya, gue naik mobil. Gampang aja sih, nyogok satpam mah gak seberapa demi gebetan.
Gue liat parkiran mobil yang masih kosong di samping gue, dia belum dateng ternyata. Gue berjalan ke arah kelas Kak El dan naruh roti yang gue pegang di loker mejanya. Setelah itu gue jalan ke kelas gue. Di sana udah ada Meira dan.. bentar, itu bukannya Kak..?
Author POV.
"Kemoceng gimbal! ngapain lo kesini?!" Suara bak petir mengagetkan dua jantung manusia, Meira dan Jeje terlonjak kaget karena Dinda yang tiba-tiba datang dan meneriaki mereka dengan suara 8 oktav-nya.
"Kemoceng gimbal?! Siapa yang lo maksud kemoceng gimbal hah, gue?!" Ucap Jeje yang sudah berjalan menghampiri Dinda. Dinda yang menerima sorotan tajam dari Jeje malah semakin menegapkan badannya, rupanya hal itu tidak membuatnya takut.
"Iya! rambut lo kayak kemoceng gimbal tau gak!." Teriak Dinda sambil berkacak pinggang.
Untung saja hanya mereka bertiga yang berada di kelas ini. Tidak ada yang di khawatirkan, bila ada kemungkinan mereka akan jadi bahan gibah-an sekolah.
"Dasar lo ya!" Ucap Jeje yang sudah tersulut emosinya.
"Apa?!" Dinda semakin memajukan tubuhnya menantang.
"Bocah tompel." Ucapan Jeje membuat Dinda mengkerutkan dahinya.
"Lo kira gue lupa, lo dulu punya tompel kan di pipi lo, sekarang mana? Udah di oplas ya? ups, berarti wajah lo permak-an dong? yah.. sayang, cantik tapi fake" Jeje menarik ujung bibirnya, tanda bahwa ia menang.
"Lo!" Dinda kehilangan kesabarannya, ia hendak melayangkan pukulan namun di tahan oleh Meira.
"Din, jangan aneh-aneh deh". Bisiknya tepat di telinga Dinda.
"Apanya aneh-aneh?!. Gue mau jadiin perkedel nih gimbal. Sumpah ya, bukannya minta maaf karna udah numpahin air panas ke gue, malah tebar hoax yang enggak-enggak!" Dinda memberi pelototan ke Jeje.
Namun lawannya malah tersenyum dan melangkah pergi sambil berkata, "Dadah tompel!" Tak lupa lambaian tangannya yang masih terlihat jelas di ambang pintu. Dinda sudah geregetan level dewa, mengayunkan kakinya untuk menendang cowok itu namun gagal karna sudah tertinggal jauh.
"KEMOCENG GIMBAL!".
*
Komen dong yang banyak++ hehe,
vote ya:) eh, udah follow belom? follow buruan. Wajib, wkwk.
Salam keceh, Author.
@clarissafee
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Fiksi RemajaKamu terlalu angkuh. Mentang-mentang disini aku yang selalu mengalah, kamu seenaknya berlaku tarik ulur. Tunggu saja, jika aku mulai mundur. ---------------------------------------------------- Gelael Delfano. Most wanted-nya kaum hawa dan kaum gay...