*°_______SOL_______°*
Malamnya.
In Hyun menyuruh Sun Hi dan Euna pulang saja. Mereka boleh ke sana lagi besok.
Sun Hi awalnya ngotot tak mau pulang. Tetapi, ketika Hie Tian kakaknya yang seorang dokter menyuruhnya pulang dulu. Akhirnya Sun Hi menurut. Ia pulang dengan Euna diantar oleh sopir keluarga Euna.
Ibu Yumi dinyatakan koma setelah berhasil diselamatkan nyawanya dengan bantuan saluran oksigen karena paru-parunya hampir terpenuhi asap kebakaran tadi.
In Hyun dan In Myun sedikit lega. Meski mereka semakin sedih karena Ibunya harus mengalami koma.
Baru saja In Hyun terbebas dari koma. Kini giliran Ibunya yang harus mengalami kejadian pahit itu.
In Hyun menyandarkan kepalanya ke bahu In Myun dengan air mata yang masih menetes. Mereka tak bisa membayangkan bagaimana hidup mereka kalau sampai kehilangan Ibu tercinta bagi keduanya. Karena, selain Ibunya. Mereka tak mempunyai sanak saudara yang bisa dijadikan untuk sandaran mereka, sementara keluarga In selalu saja memandang mereka sebelah mata layaknya orang asing, bukan layaknya sebagai saudara.
Sudah lama menunggu, akhirnya mereka diperbolehkan masuk oleh dokter melihat keadaan Ibunya. Datang beberapa polisi untuk meminta keterangan. Keduanya keluar karena tak boleh berisik di dalam kamar rawat.
In Hyun dan In Myun segera mengusap air mata mereka. Keduanya bingung harus menjelaskannya bagaimana, karena keduanya tak ada di tempat kejadian waktu tadi. Entah karena Ibu Yumi teledor lagi seperti kemarin lusa ketika terpleset di kamar mandi dan membiarkan masakannya gosong sehingga mengakibatkan kebakaran, atau ada listrik yang konslet. Mereka benar-benar tak tahu harus menjelaskan apa pada para polisi itu.
Namun, ketika sang polisi tadi langsung memeriksa ke rumah mereka yang kebakaran dan berhasil dipadamkan. Mereka menanyakan apakah lantai bawah (rumah yang berada di bawah) ada penghuninya ataukah kosong?
In Myun menjawab beberapa minggu yang lalu. Rumah itu telah kosong tidak ada penghuninya karena mereka sudah pindah rumah.
In Hyun langsung bertanya. Apakah kebakaran itu datang dari rumah bawah dan api merembet ke atas.
Sang polisi mengatakan kalau mereka kini sedang mengadakan penyelidikan lebih lanjut dikarenakan api bukan dari masakan yang gosong, atau gas yang bocor, atau dari listrik yang konslet.
In Myun bertanya lagi. Sebenarnya kebakaran itu berasal dari mana?
Sang polisi dengan ragu menjawab. Kenapa ragu? Karena baru dugaan mereka kalau rumah terbakar dari dua botol berisi minyak bensin penyebab kebakaran rumah mereka yang ada di rumah In Hyun dan satu lagi di rumah bawah sampai api merembet tak bisa dipadamkan dari dua rumah tersebut.
Degggg..
Jantung In Hyun dan In Myun langsung berdetak sangat kencang. Berarti kebakaran itu disengaja. Ada yang sengaja membakar rumah mereka dengan melemparkan botol berisi bensin yang dibakar, tapi siapa?
In Myun hanya mengingat-ingat apakah dia selama ini punya musuh di kantor atau di masa-masa kuliah--sekolah, atau akhir-akhir ini? Rasa-rasanya dia tak pernah mempunyai musuh.
Sementara In Hyun terpaku mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika dia menampar pemuda yang bermarga KIM itu sampai mengeluarkan ancaman. "Kau harus membayar mahal atas apa yang kau lakukan." Kata-kata itu kini terngiang kembali di telinganya.
Tetapi, perkataan itu buyar kala mengingat kejadian tadi pagi di depan gerbang. Cacian, hinaan dan bentakan wanita tunangan Soo-jin yang bahkan dia tak tahu siapa nama wanita itu, kini kembali terulang di benak In Hyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT On LOVE (Welcome To The Future)
Fantasia[END] Sequel/Book 2 after King Of Joseon. ~Sebagian Chap di Private acak~ Setahun sudah In Hyun menjalani kehidupannya dengan normal kembali, yang pasti setelah kembali lagi ke zamannya dari Joseon. Normal? Sepertinya tidak! Apalagi setelah bertemu...