~*°______SOL______°*~
Malamnya. Keduanya diizinkan pulang oleh dokter. Sebenarnya Jeong Soon harus menginap semalam saja di rumah sakit. Tetapi, dia menolaknya dan ingin segera pulang ke rumah. Akhirnya, ia juga diperbolehkan pulang dengan syarat harus sering chek up untuk memeriksakan luka bekas tembakan itu.
In Hyun dan Jeong Soon satu mobil. Keduanya duduk di kursi penumpang. Tangan kiri Jeong Soon menggenggam tangan kanan In Hyun dan tangan kanannya berada di belakang punggung In Hyun, memeluknya dengan sangat erat.
Tangan Jeong Soon terus saja menggenggam tangan In Hyun seolah tak ingin kehilangannya untuk kedua kalinya. Dia tak bisa membayangkan kalau terjadi apa-apa pada In Hyun hari itu. Jikalau dia tak mengikuti In Hyun dan apa yang ditakutkan terjadi, pasti penyesalan akan menghantui dan ia takkan bisa memaafkan diri seumur hidupnya.
Sopir Jeong Soon sesekali melirik ke kaca spion tengah. Lagi-lagi dia tersenyum tipis melihat bagaimana Tuan mudanya itu duduk begitu rapat dengan gadis itu serta tangan masih bertautan.
Selama ini, ia tak pernah melihat seorang Kim Jae Woon begitu ketakutan tadi dan sekarang begitu erat menggenggam tangan seorang gadis.
Beberapa kali In Hyun terlihat sedikit merenggangkan duduknya. Tetapi selalu ditarik kembali oleh Jeong Soon tanpa mengeluarkan kata-katanya. Bahkan saat In Hyun mencoba melepaskan tangannya yang sudah terasa kebas. Jeong Soon tak mau melepaskannya.
Sesampainya di Mansion.
Jeong Soon baru melepaskan tangan In Hyun dan turun duluan. Dia berdiri di dekat pintu mobil dan menunggu In Hyun turun.
In Hyun turun di pintu yang sama. Dia kini berdiri di dekat Jeong Soon.
Jeong Soon menoleh ke samping. "Masuklah duluan dan Istirahatlah. Kau pasti lelah."
"Mmmm." In Hyun mengangguk sambil tersenyum. Ia berjalan duluan masuk ke dalam.
Di dekat pintu. Paman Hoong menyambut In Hyun, hanya dia yang tahu kalau In Hyun selamat dari penculikan itu. Memerintahkan dua maid pribadi In Hyun untuk mengantarkannya ke kamar.
Namun, In Hyun menolaknya secara halus karena dia terlalu canggung jika diperlakukan seperti seorang nyonya di sana. Ia pun berjalan sendiri menuju ke arah kamarnya.
Tak lama Jeong Soon juga masuk. Paman Hoong langsung memburunya dan dengan nada pelan menanyakan keadaan tangannya. Tak ada yang boleh tahu kejadian itu, demi menghindari berita yang tak diinginkan menyebar di Mansion. Apalagi sampai bocor ke luar.
Jeong Soon menjawab sudah baikan sekarang dan dia butuh istirahat. Ia melangkah menaiki tangga, menelusuri koridor. Ketika melewati kamar In Hyun, ia hanya meliriknya sekilas sembari tersenyum.
Paman Hoong mengikutinya sampai di kamar lalu ikut masuk juga. "Tuan muda, Ayah Anda di Luar Negeri menanyakan tentang keadaan Anda. Tuan besar akan menelepon Anda besok siang. Minggu depan Tuan besar akan pulang ke Korea. Nenek Anda menunggu kedatangan Anda ke Busan."
Jeong Soon baru teringat dengan neneknya itu. "Bagaimana keadaan beliau di Busan?" terakhir kali mereka bertemu adalah ketika di villa peristirahatan milik Hwan Ki.
"Kesehatan beliau sedikit menurun karena perubahan cuaca. Jadi, beliau berharap jikalau nanti Anda punya waktu senggang, segera menemuinya di Busan." Jawab Paman Hoong.
"Baiklah. Nanti saya akan datang ke Busan untuk menemui beliau," jawab Jeong Soon membuka kancing kemejanya. Ketika melepaskan pakaiannya itu, tangannya yang diperban masih terasa ngilu jika banyak bergerak membuatnya merintih pelan.
Dia merasa tubuh Jae Woon terlalu lemah. Bahkan seluruh badannya terasa sakit jikalau berkelahi atau jika terluka tidak mudah untuk sembuh.
"Paman, apakah ada kabar lain lagi?" tanya Jeong Soon menoleh menatap Paman Hoong yang masih berdiri di tempat.
![](https://img.wattpad.com/cover/147955007-288-k965653.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT On LOVE (Welcome To The Future)
Fantasy[END] Sequel/Book 2 after King Of Joseon. ~Sebagian Chap di Private acak~ Setahun sudah In Hyun menjalani kehidupannya dengan normal kembali, yang pasti setelah kembali lagi ke zamannya dari Joseon. Normal? Sepertinya tidak! Apalagi setelah bertemu...