*°,______SOL______,°*
Di Busan.
Tepat di kediaman keluarga besar nenek Kim. Di sebuah tanah yang luas di kelilingi oleh taman dan di tengah-tengah taman luas tersebut sebuah rumah besar nan mewah milik kakek Kim Jae Jung Woon yang berada tepat di kaki gunung dan tempat itu adalah milik leluhur Kim. Rumah yang masih kental dengan adat zaman dulu dan juga dekorasinya masih mirip dengan Kerajaan-kerajaan dahulu.
Kakek Kim telah meninggal dan saat ini yang menempati rumah tersebut adalah istrinya yaitu sang nenek Kim dan juga cucunya Kim Jae Jung Woon.
Nenek Kim masuk ke dalam kamar Jae Woon hendak membangunkannya. Tetapi, ketika masuk ke dalam. Dilihatnya Jae Woon sudah bersiap-siap untuk pergi. "Jae Woon. Kau hendak pergi ke mana?" tanyanya heran. Tak biasanya cucu kesayangannya itu bangun dan pergi pagi-pagi seperti itu.
Jae Woon malah melirik neneknya. "Aku akan pergi ke Puncak gunung, dan akan olahraga arum jeram di sana."
Nenek Kim malah menggelengkan kepalanya. Sudah berapa kali Jae Woon pergi ke sana dan naik perahu karet bersama dengan anak buahnya atau orang-orang yang suka dengan arum jeram. Dan nantinya pulang dari sana hanya membawa tubuh yang penuh luka karena melakukan arum jeram di sungai yang arusnya deras sering kali batuan runcing di sungai melukai tangan atau wajah atau bagian tubuh yang lainnya.
Karena hal itu biasa baginya. Jadi neneknya itu tak pernah lagi melarangnya. Selain di sana banyak penjaga, bodyguard bahkan pengurus hutan yang selalu menjaga Jae Woon dengan baiknya. Nenek Kim hanya bisa memperingatinya bahwa dia harus selalu berhati-hati.
Jae Woon menenteng tas lalu dilemparkan ke belakang punggungnya, melangkah mendekati neneknya sembari tersenyum. "Nenek tenang saja. Cucumu ini takkan mati semudah itu sebelum memberimu cicit yang banyak." Setelah mencandai neneknya, ia mengecup sekilas pipi kanan nenek Kim lalu bergegas pergi keluar.
Letak sungai untuk arum jeram tidak seberapa jauh dari rumah tersebut. Bahkan aliran sungainya melewati belakang rumah nenek Kim. Untuk menaiki gunung itu tak perlu naik mobil atau kendaraan lainnya karena gunung itu tepat berada di belakang rumah tersebut.
Jae Woon hanya tinggal menelusuri jalanan kecil menuju hutan. Terus berjalan mendaki ke puncaknya lalu di sanalah tempat biasa dia ikut arum jeram bersama orang-orang atau menyuruh anak buahnya yang suka melakukannya untuk naik perahu karet bersamanya.
Dari kaca jendela. Nenek Kim melihat punggung Jae Woon yang tampak tergesa-gesa diikuti oleh beberapa penjaga dan bodyguard. "Semoga kau baik-baik saja cucuku." Ucapnya pelan sambil berdo'a karena entah kenapa hari ini dia merasakan sesuatu akan terjadi dan melihat hari yang cerah itu seperti akan berubah mendung.
_______🍁🎎🍁_______
Di Joseon.
Satu tahun di zaman In Hyun sudah berlalu. Dan itu kurang lebih 30 tahun yang dilewati Jeong Soon. Selain dia sudah menjadi tua, dia tetap terlihat sama seperti zaman mudanya dahulu. Bijak, tangguh, dan juga masih saja sedikit pendiam.
Tetapi ia tidak selalu dingin dan diam jika para keponakannya datang ke sana. Anak dari ketiga Pangeran yang saat itu telah menjadi Kaisar di Kerajaan masing-masing termasuk Lee Hwon yang diangkatnya menjadi Kaisar di istana Goguryeo, para keponakannya itu selalu saja menghiburnya.
Pagi itu. Jeong Soon seperti biasa duduk di balkon sendirian. Lee Hang ingin menanyakan sesuatu kepada pamannya itu, tetapi Lee Hwon sang Ayahnya mencegahnya agar jangan mengganggu dulu ketenangan Jeong Soon di pagi hari itu. Apa lagi beberapa hari lagi akan ada acara pernikahan Putri pertamanya dan anak dari Wang Jhaojun dari Kerajaan Gojoseon.
![](https://img.wattpad.com/cover/147955007-288-k965653.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT On LOVE (Welcome To The Future)
Fantasía[END] Sequel/Book 2 after King Of Joseon. ~Sebagian Chap di Private acak~ Setahun sudah In Hyun menjalani kehidupannya dengan normal kembali, yang pasti setelah kembali lagi ke zamannya dari Joseon. Normal? Sepertinya tidak! Apalagi setelah bertemu...