Dentingan piano mulai menggema di ruangan besar nan tinggi bernuansa putih itu. Terlihat ramai orang duduk di kursi yang di sediakan menghadap ke depan tepat pada orang berjubah putih yang sedang membawa buku. Di depannya ada seorang pemuda memakai jas berwarna putih yang sudah rapi menghadap ke arah pintu yang sudah mulai terbuka perlahan. Semua orang pun berdiri kala dua orang pemuda memasuki ruangan bernuansa putih itu.
"Aku gugup sekali" bisik pemuda yang sedang berjalan sambil membawa bunga smeraldo berwarna putih. Pemuda yang di gandengnya mengelus lembut tangan putih milik si pemuda pembawa bunga dan berbisik.
"Tidak usah gugup sayang, appa ada disini" kalimat itu seketika membuat namja pembawa smeraldo tenang dan berjalan santai menuju pemuda yang tersenyum di depannya. Seakan-akan pemuda yang tersenyum itu melihat malaikat.
"Appa menyayangimu" ucap namja pengirin lalu menyerahkan pemuda pembawa smeraldo untuk menaiki tangga dan menggapai uluran tangan namja berlesung pipit yang sedari tadi tersenyum.
"Kau terlihat tampan" puji namja berlesung pipit sambil terus memegang tangan namja pembawa smeraldo di depannya.
"D-diamlah Joon" balas namja itu sambil tersipu malu.
"Baik, mari kita mulai prosesi pernikahannya..." ucap seorang lelaki tua yang membawa kitab.
.
.
.
.
.
."Apakah kau, Kim Namjoon bersedia mendampingi Kim Seokjin di saat dirinya senang dan susah?" Tanya lelaki itu. Sambil mengeratkan genggaman nya pada namja di depannya, Namjoon membalas dengan mantap.
"Saya, Kim Namjoon, bersedia mendampingi Kim Seokjin di saat senang maupun susah"
Tibalah saat Seokjin yang menjawabnya. Guratan gugup terlihat jelas di wajahnya. Tangannya sudah dingin dan keringat bercucuran.
"S-saya, Kim Seokjin, bersedia m-mendampingi Kim Namjoon di saat senang maupun susah" jawab Seokjin yang akhirnya membuat lega. Para hadirin yang awalnya ikut gugup pun lega. Termasuk para sahabat nya yang duduk di kursi depan sendiri. Senyuman manis milik Namjoon pun mengembang kala Seokjin berhasil mengucapkan kalimat sederhana itu.
"Saya sahkan anda menjadi suami dan istri. Sekarang kalian dapat berciuman" ucap sang pendeta. Tanpa fafifu, Namjoon menarik tengkuk Seokjin dan bibir mereka pun bertabrakan. Saling bergulat penuh nafsu seakan kelakuan bejat mereka tadi malam kurang. Para hadurun pun berduri dan memberikan selamat dan tepuk tangan.
"Huaa Jin-hyung, akhirnya kau menikah!!" Teriak Yoongi yang sudah menangis terharu, tidak seperti biasanya. Di sebelahnya ada Jimin yang memegangi pundak kekasihnya itu. Hari ini tidak hanya spesial karena pernikahan Namjoon dan Seokjin, tetapi Jungkook di perbolehkan untuk menghadiri pernikahannya walaupun setelah acara selesai ia harus kembali mendekam di balik jeruji besi yang dingin. Tentu saja Jungkook berada di sebelah Taehyung yang sedari tadi menautkan tangan kirinya pada tangan kanan Jungkook seolah-olah tidak ingin kehilangannya lagi.
"Oh astaga, aku menyesal dengan perbuatan ku pada Jin-hyung" gumam Jungkook yang di dengar oleh Taehyung.
"Jika kau tidak melakukan hal itu, aku tidak akan pernah tau jika kau mencintaiku" bisik Taehyung yang kemudian menjilat daun telinga Jungkook. Otomatis tubuhnya merinding mendapat perlakuan Taehyung.
Setelah sesi berciuman selesai, kedua mempelai pun berjalan menuju mobil putih berhias bunga yang telah menunggu mereka di depan gereja. Orang tua Seokjin sangat bangga menyaksikan anak nya menikah. Walaupun orangtua Namjoon tidak hadir dan hanya di wakilkan oleh paman Namjoon yang selalu mendukung semua keputusan Namjoon.
"Hey Namjoon, aku sangat gugup" bisik Seokjin ketika mereka berjalan menuju luar gereja. Dengan tangan kiri yang menggandeng tangan kanan Namjoon dan tangan kanan nya yang membawa se bucket smeraldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius vs Narcissism
Fanfiction~Namjoon~ "Hell yah, orang ber iq 148 sepertiku ini pasti akan mendapat perhatian khusus dari orang lain apalagi posisiku sebagai anak dari orang berpengaruh. Lesung pipit ku pun juga akan menarik perhatian orang lain." ~Jin~ "Wajah tampan, bahu leb...