Epiphany

868 109 2
                                        

Beberapa bulan setelah kejadian yang ada di one mount, perut Seokjin semakin membesar. Tinggal hitungan hari perutnya akan meledak. Maksud author akan kempes.

"Joon, kau ingin menamai anak kita apa?" Tanya Seokjin yang sedang duduk di kursi goyang berwarna putih, sedangkan Namjoon duduk di atas sofa berwarna putih sambil memangku laptop. Wajah Namjoon tertutupi kacamata baca.

"Eum, apa jenis kelaminnya?" Tanya Namjoon lalu menaruh kacamatanya. Sementara Seokjin merengut, memajukan bibirnya.

"Astaga, kau sampai lupa jenis kelamin anak kita?! Hah tidak kukira kau sejahat ini Joon!" Ucap Soekjin lalu melipat kedua tangannya di dada, bukan di perutnya. Namjoon hanya meringis dan menggaruk kepalanya.

"Maafkan aku sayang, terlalu banyak pekerjaan yang mendatangiku akhir-akhir ini. Aku juga mulai menjadi produser dan sedang membuat lirikku sendiri. Maafkan aku, ku mohon jangan marah" ucap Namjoon pada Seokjin. Seokjin pun berdiri, berjalan menuju sofa Namjoon dan memeluknya. Walau perut nya menghalangi.

"Seharusnya aku yang minta maaf, aku terlalu egois" ucap Seokjin sambil menahan tangisnya.

"Jangan meminta maaf, memang seharusnya kau seperti itu. Kau harus menuntutku jika aku lupa dengan hal penting seperti itu" Namjoon berdiri kemudian memeluk Seokjin dan mencium keningnya.

"Lalu, gender anak kita apa?"

---

"Joon! Joon! Joon! Aku punya ide nama yang bagus untuk anak perempuan kita!" Teriak Seokjin ketika dirinya menemukan nama yang sangat cantik di naver.

"Siapa? Katakan padaku?" Ucap Namjoon lalu berjalan menuju Seokjin yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Kim Mi Jinn! Aku ingin anak kita menjadi sepertimu dan sepertiku. Aku ingin dia menjadi anak yang sangat cerdas tapi juga cantik" ucap Seokjin yang diakhiri dengan tawa.

"Hmm? Bukankah itu sedikit aneh?" Tanya Namjoon, memang istrinya ini tidak suka menamai anak dengan yang mainstream.

"Tak apa lah, biar tidak pasaran" ucap Seokjin. Namjoon hanya tersenyum lalu mengacak surai hitam Seokjin.

"Baiklah terserah kau saja, lalu kedua anak laki-laki kita akan diberi nama siapa?" Tanya Namjoon.

"Bagaimana jika satu anak laki-laki kau yang beri nama dan satunya lagi biar teman-teman kita yang memutuskan?"

"Hmm ide bagus, aku akan mencarikan nama yang tak kalah bagusnya" jawab Namjoon yang langsung meraih smartphone nya yang tergeletak di atas sofa.

"Joon, aku ke kamar mandi sebentar" ucap Seokjin lalu berjalan begitu saja. Namjoon hanya mengangguk karena matanya masih fokus dengan layar terang yang berada di depannya.

"Haruskah aku menamai anakku dengan nama dewa atau semacamnya agar dia dapat memiliki segalanya? Atau malah ku namai albert einstein saja biar dia jenius sepertiku? Hemm, aku ingin suatu nama yanh unik, berkesan, tidak ada yang memilikinya dan dapat memberi kesan positif pada anakku" ucap Namjoon pada dirinya sendiri. Sekalinya sudah fokus pada sesuatu, dirinya akan lupa dengan yang lain. Termasuk Seokjin yang ada di kamar mandi.

"Eunghh, jangan siksa eomma seperti ini nak" ucap Seokjin sambil memeras bajunya dan menatap cermin. Jujur mendekati kelahiran dia cukup stres memikirkan segalanya. Namun ia tak ingin berbagi stres itu dengan Namjoon. Karena ia tahu kalau Namjoon sangat sibuk, dia tak ingin menjadi penghambat Namjoon.

"Biar eomma kasih tahu kalian, eomma sayang sekali pada kalian bertiga. Eomma ingin selalu berada di samping kalian sampai kalian meraih mimpi dan memiliki keluarga. Tapi entah apakah eomma mampu untuk selalu menemani kalian atau tidak. Eomma hanya ingin yang terbaik untuk kalian bertiga" ucap Seokjin kepada perutnya yang sudah besar itu. Dielus-elusnya perut bundar sambil tersenyum.

Genius vs NarcissismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang