"Eungh, sialan!" Pekik seorang namja yang sedang berada di dalam kamar mandi. Hampir 1 jam ia berada di kamar mandi dan meremas perutnya. Sakit sekali.
Dokk..dokk..
"Jin-hyung! Apa kau baik-baik saja?!" Teriak seorang namja lainnya yang sedang mengetuk pintu dengan keras. Namja itu khawatir karena Seokjin tidak segera keluar dari kamar mandi.
"Aku-eunghh tidak apa-apa Yoongi-ya! Eunghh"
"Aku akan menelepon Namjoon sekarang!" Teriak Yoongi namun dengan cepat Seokjin mencegahnya. Pintu kamar mandi terbuka lalu ditariklah tangan Yoongi.
"Aku mohon, jangan panggil dan katakan apapun pada Namjoon. Naneun gwaenchana" ucap Seokjin sambil tersenyum walau tangan kanannya masih meremas perutnya yang sangat sakit.
"T-tapi Jin-hyung..."
"Percayalah padaku, oke?" Ucap Seokjin. Namun sedetik kemudian pandangannya berubah gelap dan tubuhnya pun menubruk namja yang lebih pendek di depannya.
"Jin-hyung! Astaga! Bangunlah hyung!!" Teriak Yoongi namun tetap saja Seokjin tidak berkutik. Yoongi yang tidak tahu harus bagaimana lagi pun akhirnya menelepon kekasihnya, Jimin. Karena Seokjin bilang untuk tidak memanggil Namjoon.
"YA PARK JIMIN, SEGERA KE APARTEMENT JIN-HYUNG DENGAN MOBIL!!"
"W-wae? Ada ap-"
"JANGAN BANYAK BERTANYA BANTET, CEPATLAH!!" teriak Yoongi lalu segera memutus teleponnya. Di sisi lain, Jimin yang sedang menghadiri rapat Osis pun langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tahu ini lancang, namun karena istri-eh pacarnya sudah seperti itu, artinya dia harus segera datang.
Sesampainya di apartement Jin, Jimin yang dibantu Yoongi pun langsung menggotong tubuh namja berbahu lebar itu. Bayangkan saja perbandingan besar tubuh antara namja berbahu lebar dengan dua sejoli yang sedang menggotongnya.
"Eunghh berat sekali astaga" pekik Jimin yang sudah menempatkan bokongnya di kursi kemudi. Di sampingnya sudah ada Yoongi yang juga berkeringat.
"Cepat ke rumah sakit, cepatlah" ucap Yoongi. Mereka pun melaju cepat menuju Rumah sakit tanpa sepengetahuan Namjoon.
---
"Sebaiknya kita mengabari Namjoon-hyung" ucap namja berambut pirang yang sedang duduk di depan sebuah ruangan dengan pintu yang masih tertutup. Di sampingnya ada namja berambut biru yang meletakkan kepalanya diatas bahu namja berambut kuning.
"Andwae, aku sudah berjanji pada Jin-hyung untuk tidak memberitahu Namjoon" jawab Yoongi sambil menghela napasnya.
"Dengarkan aku, sayang" Jimin membenarkan duduknya menjadi menghadap Yoongi dan menangkup wajah sang kekasih.
"Apa kau ingin menyiksa Namjoon-hyung dengan tidak memberitahunya jika Jin-hyung masuk rumah sakit? Apa kau setega itu?" Tanya Jimin dengan mata yang memandang lurus ke arah mata Yoongi yang mulai berair.
"T-tidak.." ucap Yoongi bergetar. Air matanya mulai membanjiri pipi tembamnya. Badannya bergetar. Jimin tersenyum lalu merangkul Yoongi ke dalam pelukannya.
"Cup.. cup.. aku tidak menyalahkanmu sayang. Hanya saja jalan terbaiknya adalah memberitahu Namjoon-hyung" ucap Jimin dengan mengelus surai biru milik Yoongi.
"Aku akan menelepon hyung sekarang, tunggulah disini" ucap Jimin lalu mengecup cepat bibir tipis Yoongi dan pergi menjauh untuk menelepon Namjoon.
5 menit berlalu, tidak ada tanda Jimin kembali. Yoongi hanya dapat menunduk dan menautkan kedua tangannya. Namun tiba-tiba...
Sreett..
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius vs Narcissism
Fiksi Penggemar~Namjoon~ "Hell yah, orang ber iq 148 sepertiku ini pasti akan mendapat perhatian khusus dari orang lain apalagi posisiku sebagai anak dari orang berpengaruh. Lesung pipit ku pun juga akan menarik perhatian orang lain." ~Jin~ "Wajah tampan, bahu leb...