"Eunghh..." rintih namja dengan pakaian putih yang berada di atas kasur berwarna putih juga. Surai hitam dengan wajah yang sedikit merah menjadi pembeda di antara semua hal yang berwarna putih.
"Urghh.. hmmpphh..."
Namja itu pun segera terbangun dari tidur nya lalu memegangi perut dan mulutnya. Rasa mual tiba-tiba menyerang dirinya. Ia berpikir jika saat ini dia terserang masuk angin.
"Hmph, toilet, aku butuh toilet.." ribut namja itu. Namun sayang, ketika mencoba untuk berdiri ia malah terjatuh dan terjungkal. Tiang besi dengan kantong berisi cairan bening yang menyalur sampai tangannya pun ikut terjatuh.
"Eungghh... t-tolong aku..." rintih nya sangat pelan sekali. Bahkan semut pun tidak mendengarnya. Selang putih yang terpaut di tangannya pun mulai berwarna merah, menandakan jika darah miliknya mulai mengalir keluar.
Krriieett..
Suara ketukan sepatu berhak tinggi mulai terdengar menggema di ruangan putih itu. Perlahan-lahan mulai mendekat ke arah Seokjin yang masih setengah sadar. Perut nya terasa tidak karuan dan matanya tidak dapat sepenuhnya fokus.
"T-tolong aku.." rintih Seokjin ketika manusia yang memiliki sepatu berhak tinggi itu berhenti di depannya.
"Tolong? Kau butuh pertolonganku?" Tanya wanita berhak tinggi itu. Dengan dress biru selutut dan selendang serta kacamata hitam.
"A-aku mohon.." tambah Seokjin. Wanita itu mendecih, tangannya terlipat di dada.
"Baik, akan ku tolong kau" jawab wanita itu. Perlahan-lahan ia mulai mendekat lalu menjongkok untuk menyamakan tinggi dengan Seokjin.
"Berterimakasihlah padaku setelah ini oke?" Tambah wanita itu dengan senyuman aneh yang menghiasi wajahnya. Tangan kanan nya mulai menelusup ke dalam tas kecil yang ia bawa.
"Pergilah dari hidupku!" Ucap wanita itu lalu mengeluarkan suntikan yang entah isinya apa dan ia menyuntikkannya ke selang infus Seokjin.
"Eunghhh..... aaacckk! T-tolong-urgghhh.... mmpphh!" Rintih Seokjin berkali-kali. Setelah wanita itu menyuntikkan cairan yang berada di dalam suntikan, Seokjin mulai merasa jantungnya berdegup sangat kencang. Tubuhnya mulai terasa panas dan ada perasaan menyakitkan di sekujur tubuhnya.
"Tidurlah dengan tenang, anakku Seokjin. Aniyo, anak tiriku tersayang" tutup wanita itu dengan senyuman lalu pergi begitu saja setelah meninggalkan sebuah kecupan di pipi Seokjin yang sedang menggeliat bagai cacing kepanasan.
Beberapa menit berlalu, Seokjin masih menggeliat seperti cacing namun gerakannya mulai melemah. Tapi Seokjin tidak putus asa, ia berusaha untuk tetap sadar sampai ada orang yang datang menolongnya. Walaupun suaranya tidak dapat keluar di saat yang genting seperti ini.
Krriieett..
"Huh, Kim Seokjin!" Pekik suara barithon yang baru saja masuk dengan tas besar di lengan kanan nya.
"Astaga! Apa yang terjadi denganmu?!" Tambah suara barithon itu lagi. Seokjin sudah tidak kuat lagi, ia pun menyerah dan matanya terpejam. Namun tidak bagi namja yang baru saja tiba itu. Dengan cekatan, ia langsung memanggil dokter yang berada di dekat ruangan itu.
"Dokter! Apa yang terjadi dengannya?!"
"Oh astaga, dia keracunan!" Pekik dokter yang baru saja datang dan melihat kekacauan ini.
"Suster, cepat ambilkan kasur dorong. Pasien ini membutuhkan pertolongan segera!" Perintah dokter itu. Suster pun segera mengambil apa yang di katakan dokter lalu mereka termasuk Seokjin segera keluar menuju ruang IGD. Termasuk namja bersuara barithon yang tak lain adalah Namjoon. Ia mengikuti kemana arah kasur dorong itu. Sampai ia tidak di perbolehkan masuk ketika dokter dan Seokjin masuk ke dalam ruangan bertuliskan IGD.

KAMU SEDANG MEMBACA
Genius vs Narcissism
Fiksi Penggemar~Namjoon~ "Hell yah, orang ber iq 148 sepertiku ini pasti akan mendapat perhatian khusus dari orang lain apalagi posisiku sebagai anak dari orang berpengaruh. Lesung pipit ku pun juga akan menarik perhatian orang lain." ~Jin~ "Wajah tampan, bahu leb...