«—»
"Apa aku baru saja memberitahumu masa depan? Maksudku... apa kau kecewa?" tanya Jiyong setelah ia menyelesaikan pesanan mereka. Setelah pelayan melangkah pergi dari meja mereka.
"Tidak, tidak ada yang membuatku kecewa hanya saja... masa depan yang satu itu tidak mengejutkanku," jawab Lisa sembari tersenyum dengan manisnya.
"Waeyo? Aku tidak tahu siapa yang di nikahinya, atau kau sudah tahu kalau mereka-"
"Mereka tidak dalam hubungan apapun sekarang, tapi kurasa mereka berdua memang cocok. Seorang wanita luar biasa dengan seorang pria luar biasa. Mereka sama-sama kuat saat sendirian, tapi di saat yang sama mereka saling melindungi, seperti pedang dengan tempatnya,"
"Kurasa kau sangat mengenal mereka?"
"Nona Kiko? Ya, aku mengenalnya, aku pergi ketempatnya sebelum tersesat kesini,"
"Lalu pria yang kau duga sebagai masa depannya?"
"Jiyong,"
"Hm? Kenapa?"
"Aku tidak memanggilmu, oppa... aku menjawab pertanyaanmu. Seseorang yang akan menikah dengan nona Kiko, yang tadi kau sebutkan, adalah Jiyong, tuanku, kalian memiliki banyak kesamaan," jawab Lisa sembari meraih sebuah gelas berisi air mineral didepannya kemudian meminumnya. "Tapi tentu saja, kalian orang yang berbeda,"
"Apa kami sangat mirip? Dan... kau menyukainya?"
"Seorang sepertiku tidak punya kesempatan untuk menyukai seseorang, aku menghabiskan sebagian besar waktuku di sebuah ruangan di lantai 2 bar, atau pergi menemani tuanku melakukan perjalanan bisnis. Aku bertemu dengan banyak orang, tapi tidak banyak bicara dengan mereka, aku hanya di izinkan tersenyum dan mengangguk ketika seseorang di izinkan menanyaiku, aku tidak biasa memulai pembicaraan dengan seseorang kalau memang tidak benar-benar perlu," cerita Lisa sementara Jiyong mendengarkannya dengan eskpresi serius miliknya. "Apa aku terlalu banyak bicara sekarang?"
"Anniyo, kau bisa terus berbicara, aku akan mendengarmu. Tidak ada orang jahat yang akan menghentikanmu bicara disini,"
"Orang jahat?" tanya Lisa sembari mengamati pelayan yang datang untuk mengantarkan makanan mereka. Sepiring irisan tipis daging dengan scramble egg, sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi setengah matang, sepiring waffle dengan es krim diatasnya, semangkuk corn flakes, dan dua gelas kopi. "Siapa yang oppa anggap orang jahat?"
"Semua yang hidup denganmu? Yang melarangmu bicara? Yang mengurungmu di lantai dua bar? Tidak ada yang akan melakukan semua itu disini, bukankah disini lebih baik?"
"Ya, tentu saja disini lebih baik, ada ruangan ajaib yang bisa membawamu naik dan turun dengan nyaman, gedung-gedung setinggi langit, tandu bermesin, semuanya mudah disini," jawab Lisa sembari menatap satu persatu makanan yang ada di hadapan mereka. "Aku sudah pernah memakan semua ini, tuanku pernah membawakannya dari Glory Hotel. Dan mengenai orang jahat, tuanku bukan seorang pria jahat, setidaknya untukku,"
"Kalau begitu, makanlah, kau bisa memakan semuanya... tapi... kenapa kau berfikir begitu? Kenapa kau berfikir tuanmu seorang baik padahal dia melarangmu melakukan ini dan itu?"
"Hm... tuanku, tidak tumbuh di keluarga yang baik-baik saja, hidupnya, perjuangannya untuk bertahan hidup tidak pernah mudah. Orangtuanya seorang jagal, penjual daging, tapi di Joseon, seorang jagal dianggap lebih buruk dari seorang budak. Keluarganya di perlakukan dengan buruk tapi pisau yang di pegangnya tidak bisa dipakai untuk melawan. Karena kasta,"
"Apa keluarga tuanmu berada di kasta terendah? Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana dengan keluargamu dan kenapa kau bisa bekerja padanya?" tanya Jiyong sembari menikmati sarapannya, sama seperti Lisa yang juga mulai memakan makanan di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cardiac Arrest
FanfictionApa yang terjadi ketika jantungmu berhenti? Mati? Ku harap milikku juga begitu.