«—»
Lisa di izinkan keluar dari rumah sakit usai dua hari ia terkurung disana. Gadis itu terus meminta untuk di pulangkan dan terus terlihat murung. Ia hanya perlu mati namun bunuh diri bukan jawaban. Hanya si musisi yang bisa ia mintai tolong namun pria mana yang sanggup membunuh gadis kesukaannya? Tentu saja selain si ahli pedang Kwon Jiyong.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa kau terluhat gusar sejak di rumah sakit tadi?" tanya Jiyong ketika ia keluar dari mobilnya dan melihat Lisa berdiri di tempat parkir Galleria Foret, di sebelah mobil lainnya. Keduanya baru kembali dari rumah sakit, namun dalam kendaraan yang berbeda. Jiyong di mobilnya bersama Taehee karena perlu mampir ke YG terlebih dahulu, sementara Lisa bersama Dami dan nyonya Kwon agar dapat langsung pulang ke rumah Jiyong. "Eomma dan Dami noona sudah masuk? Kenapa kau menungguku disini dan bukannya masuk bersama mereka? Hyung, kau bisa pergi sekarang, kita bertemu lagi lusa,"
"Hm... aku baru mendapatkan barangku hari ini dan... surat itu ada padaku," jawab Lisa, memberitahu si musisi alasannya gusar. Lisa memutar kepalanya, mengikuti arah mobil Taehee yang melaju keluar dari tempat parkir kemudian kembali menatap Jiyong si musisi.
"Surat? Surat yang seharusnya ada dirumah Mentri Luar Negri itu??" tanya Jiyong dan Lisa mengangguk. "Bagaimana bisa?! Kapan kau mengambilnya- tunggu... suami- pria itu memberikannya padamu?"
"Kurasa dia menaruhnya di lengan kimonoku ketika dia mendorongku kemarin," jawab Lisa sembari menundukan kepalanya. "Aku harus kembali, tuan Jiyong pasti dalam masalah dan aku... aku perlu menolongnya, setidaknya... Joseon membutuhkan surat ini, aku harus mengembalikannya,"
"Tidak, kau ingin aku membunuhmu? Tidak Lisa, aku tidak bisa melakukannya,"
"Lalu aku harus bagaimana?! Bunuh diri?! Aku akan melakukannya kalau itu solusinya tapi oppa juga sudah dengar dari Minhyuk kalau itu sama sekali bukan solusi," balas Lisa yang sama frustasinya dengan si musisi.
"Kalau kau tidak bisa melakukannya untuk Tuan Jiyong, kau bisa melakukannya untuk Joseon. Apa kau tidak menyadari sesuatu? Ada yang berubah setelah kita kembali dari sana. Semua uang yang ada disini berupa Yen. Aku benar-benar harus kembali dan mengembalikan surat ini oppa,"
Jiyong yang tidak percaya kemudian membuka dompetnya, ia baru benar-benar menyadari perubahan itu setelah melihat isi dompetnya sendiri. Dua hari setelah ia kembali dari dunia Lisa, ia baru menyadari kalau Won menghilang seakan tidak pernah ada.
"Sepenting apa surat itu dan memang kenapa kalau kita memakai Yen sebagai mata uang?" tanya Jiyong, berharap tidak ada masalah besar yang harus membuatnya tega melepaskan Lisa.
"Tuan Jiyong, Tuan muda Taeyong, Kapten Seungri, dan semua orang di belakang mereka akan dianggap berhianat dan mati," ucap Lisa sembari menatap lekat-lekat pria di hadapannya.
Si musisi terdiam, kemudian memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Lisa. Mengirim Lisa kembali akan sama saja seperti menyuruhnya mati di Joseon, dan mengingat si ahli pedang yang menghunuskan pedangnya kemarin membuat si musisi merasa kalau si ahli pedang ingin Lisa selamat. Atau setidaknya tidak tewas dalam peperangan dan rasa sakit.
"Akan ku pikirkan," ucap Jiyong yang kemudian hendak melangkah masuk kedalam apartementnya, namun Lisa meraih tangan pria itu kemudian memeluknya.
"Aku mohon, oppa... aku mohon,"
"Suamimu akan membunuhku kalau dia tahu soal ini," jawab Jiyong namun tetap menggerakan tangannya untuk balas memeluk Lisa. "Kita akan pergi ke Paris besok,"
«—»
Tepat 15 jam setelah pelukan terakhir si musisi, pria itu membawa Lisa ke bandara. Memberitahu semua orang seakan mereka akan pergi ke Paris untuk berlibur— usai merasa cukup tertekan setelah diculik. Namun begitu tiba di bandara, Jiyong meminta manager dan supirnya untuk meninggalkan mereka.
"Tidak perlu mengantar kami, kami akan masuk ke bandara secara terpisah dan bertemu di pesawat, pulanglah," pinta Jiyong pada manager dan supirnya. "Jemput saja aku lagi, disini, nanti, saat aku kembali, akan ku hubungi nanti," lanjutnya sebelum ada yang sempat membantahnya. Keduanya keluar dari mobil itu— Jiyong berdiri menenangkan dirinya, sementara Taehee sibuk menurunkan koper bersama dengan Lisa.
"Annyeong, oppa," sapa Lisa sembari meraih tangan Taehee. "Tetap sehat, oke? Aku akan merindukanmu,"
"Heish, kalian hanya akan pergi beberapa minggu, kenapa sangat berlebihan? Ku dengar semalam kau menelpon Dami dan ibunya berjam-jam? Berpamitan?"
"Ne... aku hanya berpamitan, ku harap Paris tidak cukup indah sampai aku ingin terus berada disana dan tidak mau pulang kesini," lanjut Lisa yang kemudian tersenyum dan menarik dua kopernya untuk menghampiri Jiyong yang baru saja merogoh sakunya untuk mencari pematiknya.
Sebatang rokok sudah bertengger manis di sela bibirnya, ia mengulurkan tangan untuk mencari pematik didalam sakunya, namun dadanya langsung terasa sesak ketika jemarinya justru meraih sebuah pisau lipat yang semalam Lisa berikan padanya.
Lisa dan Jiyong berjalan di lorong sepi menuju pesawat mereka setelah hampir satu jam menunggu pesawat dengan Jiyong yang mengabaikan Lisa. Jiyong butuh lebih dan lebih banyak lagi waktu sebelum ia benar-benar siap menikam Lisa dengan pisaunya. Ia tahu Lisa tidak akan mati, ia tahu Lisa akan kembali kepada tuannya. Namun menikam seseorang yang memenuhi dadanya, mengirim gadis yang dicintai kepada pria lain tetaplah bukan hal mudah yang bisa dilakukan siapapun.
"Oppa, terimakasih... dan... aku senang bertemu denganmu, ku harap kita tidak akan bertemu lagi," pamit Lisa sebelum si musisi menusuk dadanya— ditempat yang sama dengan luka yang si ahli pedang buat kemarin.
«—»
![](https://img.wattpad.com/cover/159451258-288-k959557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cardiac Arrest
FanfictionApa yang terjadi ketika jantungmu berhenti? Mati? Ku harap milikku juga begitu.