«—»
Sore ini Jiyong di pulangkan dari White Skull. Masa baktinya baru saja selesai dan ia memutuskan untuk membantu si gadis cantik yang dianggapnya gila itu. Taeyong sudah melarangnya, Taeyong bilang kepala camp akan mengirim gadis itu ke rumah singgah dekat sana namun Jiyong bersikeras.
Kim Taeyong yang tidak habis pikir dengan 'bantuan' Jiyong untuk Lisa, tidak punya kuasa apapun untuk melarang Jiyong.
"Siapa sebenarnya gadis itu?" tanya Taehee setelah ia dan Jiyong berada di mobil yang sama. "Kau memintaku membeli banyak sekali pakaian wanita untuknya? Dia kekasihmu? Aku baru tahu di camp militer ada gadis sepertinya,"
"Seperti apa dia?" tanya nyonya Kwon yang duduk di kursi belakang bersama Jiyong dan Dami. Sementara Taehee menyetir dan tuan Kwon duduk disebelahnya.
"Cantik," jawab Jiyong dan Taehee hampir bersamaan.
"Ya! Aku tidak mengizinkanmu meliriknya! Adikmu saja sudah cukup kurang ajar dengan berpura-pura menjadi dokternya!" protes Jiyong sembari menendang pelan kursi Taehee di depannya.
"Siapa? Taeyong? Dia menggoda wanita itu? Wah... Jisoo bisa mengamuk kalau sampai tahu oppa kesayangannya itu menyelingkuhi sahabatnya,"
"Kau masih bersaing dengan Taeyong memperebutkan perhatian si bungsu?" tanya tuan Kwon disusul cibiran sebal Jiyong. Bagaimana bisa kakak beradik itu menggoda wanita incarannya? "Dan siapa wanita yang kalian bicarakan itu? Kami tidak bertemu dengannya tadi,"
"Aku akan mengenalkannya dirumah nanti," ucap Jiyong menjawab ayahnya. "Kau sudah mengantarkannya pulang kan hyung?"
"Kalau belum dia pasti akan menelponmu sekarang,"
"Dia tidak punya handphone," jawab Jiyong acuh, sembari bersandar pada ibunya, sudah lama ia tidak bermanja pada wanita yang melahirkannya. Hampir dua tahun ia tidak bisa mengeluhkan keadaan camp militer tempatnya bertugas— khawatir kalau itu dapat membuat ibunya khawatir.
"Ne? Wanita seperti apa yang tidak punya handphone di zaman sekarang? Kau berkencan dengan gadis dari planet mana Ji?" komentar Dami yang sejak tadi hanya diam.
"Handphonenya hilang di atas bukit dekat pos jaga malamku, dia tersesat disana saat sedang berjalan-jalan di dekat perbatasan,"
"Bagaimana dengan keluarga-"
"Apa dia gadis yang baik?" tanya sang ayah— menyela pertanyaan ibunya.
"Sejauh ini dia gadis baik, tapi aku bahkan belum mengencaninya, kenapa kalian bertanya seakan-akan aku akan menikahinya? Bukannya Dami noona yang seharusnya menikah lebih du- akh! Noona! Sakit!" seru Jiyong yang baru saja mendapatkan sebuah tamparan ringan di dekat telinganya. Dari Dami, yang kesal mendengar kata-kata terakhir Jiyong.
Setibanya di kediamannya— Galleria Foret, Jiyong bergegas masuk mendahului empat orang dibelakangnya. Ingin segera melihat reaksi Lisa yang sudah lebih dulu sampai disana. Beberapa hari menghabiskan waktu dengan Lisa di camp militernya membuat Jiyong mulai menikmati reaksi wanita itu. Wajahnya yang terkejut dan kagum untuk semua hal yang Jiyong anggap biasa mulai menjadi candu. Mempesona sekaligus menggemaskan, menyenangkan melihat seseorang yang selalu terpesona pada setiap hal kecil yang di lakukannya. Ditambah rasa kagum Lisa pada lagu-lagunya jauh terlihat lebih tulus dibanding orang lain. Tentu saja karena Lisa tidak pernah mendengar semua lagu Jiyong sebelumnya. Tentu saja karena lagu Jiyong adalah lagu hip hop pertama yang Lisa dengar seumur hidupnya.
"Eomma, bukankah dia terlalu bersemangat menemui gadis itu? Lihat, dia sampai berlari," ledek Dami sembari memeluk lengan ibunya.
"Biarkan saja, dia baru selesai wamil, dia sudah lama tidak bertemu seorang wanita," balas sang ibu disusul gelengan kecil dari Dami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cardiac Arrest
FanfictionApa yang terjadi ketika jantungmu berhenti? Mati? Ku harap milikku juga begitu.