«—»
"Hey! Lihat! Ada seorang wanita disini!" teriak seorang peserta wajib militer yang baru saja bangkit dari kursi kantinnya dan melihat Lisa berlari ke tengah lapangan camp. Masih dengan kimono kotor yang tidak terpasang dengan benar— memamerkan sebagian bahu indahnya.
"Woah daebak... bagaimana bisa seorang gadis masuk kesini? Siapa dia?" ucap pria lain yang juga ikut menonton Lisa yang sedang kebingungan.
Tidak berapa lama, gadis itu kembali masuk ke dalam ruang kesehatan sementara Jiyong dan Taeyong berlari untuk 'mengamankan' gadis itu, sebelum ada lebih banyak orang yang melihatnya. Kepala camp militer meminta mereka untuk merahasiakan keberadaan gadis itu.
"Aku benar kan?" tanya si masket hitam begitu Lisa kembali ke dalam ruang kesehatan.
"Semuanya berbeda-"
"Tentu, ini 2018, bukan masa kepemimpinan Raja, tapi jangan khawatir, aku tahu caranya kembali,"
"Setiap kali anda pergi bertugas, anda selalu menghilang setelahnya. Orang-orang pikir anda seharusnya mati dalam perkelahian itu, tapi anda selalu muncul kembali di waktu yang berbeda. Orang-orang bilang anda tidak pernah mati- jadi... anda pergi kesini?"
"Ya, aku selalu datang kesini setiap kali mati,"
"Lalu bagaimana caranya agar kita bisa kembali? Aku tidak mau berada disini..."
"Aku akan memberitahumu caranya pulang, tapi ini tempat persembunyian terbaik untukmu, untuk sementara sampai Tuan Jiyong dibebaskan,"
"Tidak Tuan, aku harus kembali. Aku tidak bisa meninggalkan Tuan Jiyong-"
"Kau hanya akan menjadi bebannya, lindungilah dirimu sendiri dan tetaplah disini, aku akan menjemputmu setelah semua masalahnya selesai tapi sekarang kau harus membantuku,"
"Bagaimana?" tanya Lisa sedikit ragu. Haruskah ia mempercayai pria di hadapannya, atau pergi melarikan diri saja.
"Bunuh aku," pinta si pria masker hitam sembari mengulurkan sebuah pisau lipat dari balik selimutnya. Lisa terkejut, namun lebih terkejut lagi karena bentakan si masker hitam. "Cepat! Seseroang akan datang, dan hanya ini yang bisa kau lakukan untuk tuan Jiyong, aku akan membebaskannya, lalu kembali kesini untuk menjemputmu, aku janji," seru pria itu sembari memaksa Lisa untuk segera menikamnya, menusuk kemudian menghentikan detak jantungnya.
"Aku janji, sekarang!" ulang si masker hitam yang disusul pekikan tertahan.
Lisa benar-benar menusuknya.
Tepat di dadanya, menusuk sampai ke jantungnya.
Darah terpancar, begitu pisau lipat ia tarik. Beberapa bercak darah menampar wajah Lisa yang tengah memejamkan matanya.
"Terimakasih, simpan pisaunya, aku akan menjemputmu," suara si masker hitam terdengar parau di telinga Lisa. Ada rasa sakit yang terbawa dalam suara itu. Perlahan-lahan Lisa membuka matanya, dan menemukan ranjang tempat dimana seharusnya tubuh masker hitam berada yang bersih, kosong, seakan tidak pernah di tiduri sebelumnya, seakan tidak pernah ada adegan penusukan disana sebelumnya.
Lisa menatap pantulan wajahnya di mata pisau yang ada di tangannya, buliran darah dari si masker hitam yang tadi terasa hangat di atas kulitnya juga sudah menghilang. Bersama dengan menghilangnya tubuh pria itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya si dokter yang berdiri di ambang pintu bersama dengan pria berseragam militer di sebelahnya. Pisau di tangan Lisa terjatuh, berfikir kalau mereka melihatnya membunuh seorang berseragam militer lainnya. "Ya! Darimana kau mendapatkan pisau itu?! Apa yang akan kau lakukan dengan pisau itu?!" lanjutnya yang kemudian bergegas menghampiri Lisa dan merebut pisau yang baru saja Lisa jatuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cardiac Arrest
FanfictionApa yang terjadi ketika jantungmu berhenti? Mati? Ku harap milikku juga begitu.