19

1.2K 170 4
                                    

«—»

Lisa membuka matanya dengan sangat perlahan. Sangat berhati-hati karena kepalanya benar-benar pening. Kepalanya terasa seperti baru saja di hantam batu yang sangat besar dan dadanya terasa sangat nyeri.

"Lisa? Kau sudah bangun?" tanya seorang gadis yang tidak begitu asing bagi Lisa— Dami.

Ah... aku kembali ke 2018?

Pikir Lisa sembari menyesuaikan matanya dengan cahaya di sekitarnya. Tidak berapa lama, seorang pria menerobos masuk kedalam ruangan itu, menarik perhatian Lisa dan Dami untuk melihat ke arah pintu. Lisa masih berusaha menyesuaikan dirinya dengan dadanya yang terasa sangat nyeri. Dami memanggil dokter sementara G Dragon— si penyanyi Kwon Jiyong— bergegas menghampiri Lisa.

"Kau baik-baik saja?" tanya si penyanyi sembari memperhatikan Lisa yang tesenyum lembut padanya.

"Sedikit sakit di dada," ucap Lisa sembari memaksakan suaranya yang sedikit serak untuk keluar. Dadanya terasa semakin sakit ketika suaranya keluar— walaupun ia tetap berusaha tersenyum.

"Aku tidak percaya dia berani melakukannya hanya karena kalian bertengkar!" ucap si musisi sembari memperhatikan Lisa yang berbaring lemah diatas ranjangnya. Sudah 24 jam Lisa berbaring disana, dengan luka tikam di dadanya— di atas payudaranya, hampir mengenai tulang bahunya.

Lisa akan menjawabnya, namun dokter sudah lebih dulu datang untuk mengcek keadaan Lisa, begitupun dengan orangtua Jiyong dan Dami yang ikut masuk kedalam ruang VIP itu.

"Terimakasih sayang... terimakasih sekali... karena kau sudah menyelamatkan putraku," ucap nyonya Kwon begitu dokter mengatakan keadaan Lisa semakin membaik, dokter bilang gadis itu punya tubuh yang benar-benar sehat hingga proses pemulihannya jauh lebih cepat dibanding orang kebanyakan. Sedikit aneh bagi sang dokter namun itu bukan hal yang buruk, sembuh dan pulih lebih cepat bukan sesuatu yang buruk.

"Penculiknya sudah tertangkap, gadis yang di culik bersama kalian pun sudah diberi perawatan walaupun polisi bilang keadaannya belum stabil dan dia bilang kalau kau membiarkan dirimu di tikam untuk melindungi Jiyong serta gadis itu," ucap Dami membuat Lisa dan Jiyong bertukar tatapan bingung, tidak ingat kalau mereka pernah di culik walaupun keduanya sangat ingat kalau Lisa sudah dua kali tertikam.

"Siapa gadis yang di culik bersama kami? Maksudku, aku belum tahu namanya," ucap Jiyong, hanya asal bertanya agar ia terlihat baik-baik saja. Agar ketiga anggota keluarganya tidak khawatir.

"Kim Jennie," ucap Dami sembari duduk di tepi ranjang dan merapihkan selimut Lisa. "Kau pasti sangat takut, terimakasih, karena melindungi adikku,"

"Anniyo, Jiyong oppa yang melindungiku, dia melindungi dan membantuku selama ini dan kurasa aku hanya membalas kebaikannya? Tidak perlu berterimakasih begitu eonni," jawab Lisa sembari tersenyum namun bergerak untuk bangun. "Aku ingin pergi ke toilet," ucapnya yang kemudian turun dari ranjang dan tersenyum sebelum ia mulai melangkah masuk kedalam toilet.

"Apa yang terjadi selama kalian di culik? Apa penculiknya melukaimu?" tanya tuan Kwon pada putranya yang melangkah untuk duduk usai melihat Dami mengantar Lisa ke toilet kemudian kembali duduk di ranjang Lisa.

"Tidak ada, dia hanya menyuruh kami tetap diam di ruangannya, menakuti-nakuti akan membunuh kami tapi tidak pernah berani melakukannya,"

"Kau yakin tidak terjadi apapun? Kau di culik selama beberapa hari, bahkan Kim Jennie yang melarikan diri lebih dulu dari kalian saja berakhir koma dan baru kemarin siuman. Bagaimana cara kalian berdua melarikan diri sampai ke rumah sakit? Untung saja kalian pingsan didepan rumah sakit, jadi ada banyak orang yang bisa langsung menolong kalian dan penculiknya bisa tertangkap," sanggah Dami yang menatap lekat-lekat kedua mata Jiyong.

"Ah... jadi semua orang berfikir kami di culik dan melarikan diri sampai ke rumah sakit? Gadis kemarin bernama Jennie dan dia ditemukan koma ketika semua orang berfikir kalau kami di culik. Aku di tikam si penculik dan penculik itu sudah tertangkap," ucap Lisa sembari menatap pantulan bayangannya pada cermin. Mendengarkan semua kebohongan yang Jiyong katakan serta cerita yang seluruh orang ketahui— kalau mereka di culik selama beberapa waktu terakhir ini.

"Lalu bagaimana dengan mobilku?" tanya si musisi yang kemudian khawatir pada black box pada mobilnya.

"Mobilmu ditemukan namun black boxnya hilang, tentu saja penculik itu melenyapkan bukti terkuatnya, tapi walaupun black boxnya tidak bisa di temukan, kesaksian dari Jennie yang baru bangun dari koma dan bukti-bukti lainnya tetap bisa dipakai untuk memenjarakannya," jelas Dami disusul suara keran air yang mati dan pintu kamar mandi yang terbuka— Lisa melangkah menghampiri mereka kemudian duduk di sofa, bersebelahan dengan Jiyong.

"Ya! Turun noona, itu ranjang Lisa," tegur si musisi namun Lisa menggeleng.

"Tidak perlu, aku ingin duduk di sini, rasanya kepalaku sakit sekali saat berbaring," bohong Lisa sembari bersandar pada sandaran sofa, mencari posisi paling nyaman dalam duduknya.

Tidak berapa lama, Lisa akhirnya ditinggalkan berdua dengan Jiyong. Sebelumnya, Lisa ditinggalkan sendirian agar dapat beristirahat namun gadis itu diam-diam menyelinap masuk kedalam kamar Jiyong begitu jam hampir menunjuk tengah malam.

"Apa yang kau-"

"Aku harus pergi dari sini," ucap Lisa sembari menutup pintu kamar rawat Jiyong. "Dimana managermu?"

"Baru saja kusuruh pulang dan apa maksudmu kau harus pergi? Kau masih sakit,"

"Aku harus kembali, ketempatku, Tuan Jiyong membutuhkan-"

"Dia menikammu!"

"Ya, karena kalau aku- kalau kita tetap disana, kita akan mati, kau akan langsung di bunuh karena tidak mengetahui apapun dan aku- aku- aku akan berharap dapat langsung mati juga,"

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian?! Dia berhianat! Dan seorang yang entah siapa menembaknya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi Lisa, tapi kurasa kau harus tetap disini,"

"Dan membiarkan tuan Jiyong menanggung semuanya sendirian? Tidak, aku tidak bisa membiarkannya mati seperti ini," jawab Lisa. "Bantu aku... ku mohon, aku harus kembali,"

«—»

Sementara Lisa mencari kesempatan untuk kembali kepada tuannya, tuannya justru sudah ditangkap dan ditahan oleh pemerintah Joseon. Setelah dua peluru lainnya di arahkan padanya. Pria itu di tangkap tepat setelah anak-anak buahnya membawanya ke rumah sakit. Tertangkap basah membawa surat berharga milik Raja Joseon dalam keadaan tidak sadarkan diri setelah tiga peluru bersarang dalam tubuhnya— sebuah peluru di kakinya, dan dua buah peluru di dadanya. Satu peluru dari Kiko dan dua peluru lainnya tidak bertuan— tidak ada yang tahu siapa pemilik dua peluru lainnya.

Seorang dokter dari Jepang, berhasil menyelamatkan nyawa Tuan Jiyong— si ahli pedang. Dokter itu mengeluarkan peluru di kaki dan dada Jiyong tanpa memberinya obat bius, dengan sebuah pedang yang mengancam lehernya.

"Begitu aku mati, dia orang pertama yang harus kalian bunuh," pesan tuan Jiyong pada anak buahnya dengan tergagap, dengan sisa-sisa tenaganya— sebelum ia mulai kehilangan kesadarannya karena rasa sakit yang luar biasa.

Sayangnya, dua hari usai ketiga peluru itu di angkat dari tubuhnya, sekelompok orang-orang dari pemerintahan Joseon mendatanginya di rumah sakit dan membawanya ke ruang introgasi.

Seorang selir dari keluarga bangsawan yang di hari kejadian kebetulan berada di lokasi penembakan mengaku melihat surat berharga milik Raja berada dalam genggaman tuan Jiyong, dan langsung memberitahu Mentri Luar Negri— demi keuntungannya sendiri, sekaligus membalaskan dendamnya pada pria yang hampir membunuhnya.

Kemudian, alih-alih mengambil surat yang dapat menjual Joseon itu, Mentri Luar Negri justru melaporkan tuan Jiyong pada Raja— karena ketika datang usai mendengar kabar, ia dan orang-orangnya tidak dapat menemukan surat berharga itu.

"Apa kau akan terus menyangkalnya?" tanya seorang kepala kemanan kerajaan— sekutu si Mentri Luar Negri.

"Sudah kubilang aku tidak tahu," jawab tuan Jiyong dengan darah yang mengotori hampir seluruh wajah dan tubuhnya. Dua hari lalu, ia baru saja di tembak dengan tiga peluru. Namun hari ini, sejak pagi tadi, orang-orang dari lembaga keamanan negara terus memukulinya, memaksanya untuk bicara, mengakui tuduhannya kemudian menyerahkan surat berharga itu.

«—»

Cardiac ArrestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang