Bonus

2K 253 44
                                    

»—«

2 tahun berlalu.

Hari-hari paling berat dalam hidup Jiyong berlangsung lebih dari dua tahun. Saat itu ia pergi ke Paris dan kembali satu bulan usai memulangkan Lisa. Ia memberitahu semua orang kalau Lisa memutuskan untuk pulang kerumahnya— ke Jepang— dan mereka memutuskan untuk tidak bertemu lagi.

"Kalau kau merindukannya, kenapa tidak mengunjunginya? Jepang bukan tempat yang jauh untukmu," ucap Taehee ketika pagi ini— 2 tahun setelah Lisa kembali— ia memergoki si musisi menatap foto Lisa di handphonenya.

"Anniyo, aku tidak bisa menemuinya," jawab Jiyong sembari menutup gallery di handphonenya.

"Waeyo? Karena kalian sudah putus? Sebenarnya apa yang terjadi di Paris sampai kalian harus putus?"

"Kami tidak pernah berkencan, untuk apa putus," jawab Jiyong sembari membaca sebuah website di handphonenya. "Toh dia sudah menikah, dengan pria lain, untuk apa menemuinya lagi," lanjutnya.

"Kau yakin? Kalau dia memang sudah menikah lupakan dia, dan sejak kapan kau suka membaca buku sejarah?" komentar Taehee yang kemudian memberikan sebuah bungkusan pada Jiyong. "Sangat sulit mencari buku itu, kenapa kau menginginkannya? Aku harus menemui penulis drama Mr. Sunshine dan memaksanya meminjamkan buku itu,"

"Kau tidak membelinya?"

"Dia tidak menjualnya, dia butuh buku itu untuk menyelesaikan dramanya jadi aku akan membuatkan salinan bukunnya nanti malam, Yang Hyunsuk ingin menemuimu siang ini, aku akan membuat salinannya setelah mengantarmu ke agensi,"

"Hm..." jawab Jiyong yang hanya berupa sebuah gumaman pelan sembari membuka lembar demi lembar buku yang baru dia dapatkan. "Sulit sekali mencaritahu kabarmu, kau benar-benar tidak akan bertemu denganku lagi?" gumamnya pelan ketika ia membuka sebuah halaman dimana ada foto Lalisa si bisu yang mengembalikan surat penting milik Raja dan si ahli pedang yang membantu kemerdekaan Joseon.

"Pada akhirnya, si tukang gadai itu bereingkarnasi menjadi penulis dan menulis drama tentang hidupnya di masa lalu? Kalau begitu... berarti aku adalah reinkarnasi si ahli pedang menyebalkan itu? Tsk... lalu dimana reinkarnasi istriku?" ocehnya sembari membaca buku sejarah usang diatas pangkuannya.

"Hyung! Bisakah aku bertemu dengan penulis drama itu?" tanya Jiyong si musisi pada managernya yang baru saja selesai menyiapkan sarapan.

Dan sesuai permintaannya, ditambah beberapa kebetulan, dua jam sebelum tengah hari Jiyong dapat bertemu penulis drama itu. Si penulis drama kebetulan datang ke agensi mereka untuk menemui Suhyun— seorang yang akan membuatkan lagu serta menyanyikan lagu latar untuk drama mr. Sunshine.

"Ku dengar anda ingin menemuiku," ucap si wanita penulis naksah drama itu. "Aku merasa terhormat seorang G Dragon ingin menemuiku,"

"Ku pikir kau seorang pria," gumam Jiyong sembari mengamati penulis drama itu— Kim Eunsuk.

"Ne?"

"Anniyo, aku hanya asal bicara," jawab Jiyong sembari tersenyum. "Aku penasaran akan sesuatu, aku sudah membaca naskahmu juga buku ini, ceritanya sangat menarik,"

"Benarkah? Terimakasih,"

"Tapi kau tidak banyak bercerita mengenai si ahli pedang dan orang-orangnya, apa kebetulan kau tahu dimana aku bisa membaca mengenai si ahli pedang dan orang-orangnya?"

"Maksudmu tuan Kwon Jiyong? Apa kau penasaran karena kebetulan nama kalian sama?"

"Ya, aku penasaran karena kebetulan kami punya nama yang sama... aku penasaran apa aku mungkin akan berakhir sepertinya,"

"Tuan Kwon Jiyong tidak termasuk kedalam daftar patriot yang ikut berperang melawan Jepang. Namun kalau kau ingin tahu tentangnya, aku bisa memberitahumu," jawab wanita itu sembari tersenyum. "Aku generasi ke empat dari seorang pelayan yang bekerja untuk tuan Kwon Jiyong, cerita mengenainya diturunkan secara turun menurun di keluarga kami,"

"Begitukah? Lalu apa yang terjadi pada tuan Kwon dan orang-orangnya?"

"Tuan Jiyong di siksa dan hampir terbunuh karena dianggap mencuri sebuah surat berharga, tapi seorang peramal yang bisu menyelamatkannya dengan memberikan surat penting itu pada seorang Amerika yang saat itu berkuasa,"

"Jadi si peramal berhasil menyelamatkan si ahli pedang?"

"Begitu cerita yang kudengar dari leluhur di keluargaku,"

"Lalu apa si ahli pedang dan peramal itu tetap hidup bersama?"

"Ya, mereka hidup bersama sampai perang terjadi, si ahli pedang tewas dalam perang Joseon-Jepang dan peramal bisu itu dikabarkan bunuh diri selama perang berlangsung, ia memilih bunuh diri saat dipaksa membocorkan seluruh informasi yang diketahuinya. Kurang lebih, tanpa informasi darinya, Jepang tidak dapat menang dalam perang dan Joseon dapat mendeklarasikan kemerdekaannya," jawab penulis itu, menusuk musisi dihadapannya dengan kata-katanya. "Saat itu, ada dua wanita yang dianggap mata-mata dan punya segudang informasi penting tentang urusan kenegaraan. Sang peramal yang bekerja di bar dan seorang pemilik hotel, keduanya bunuh diri di penjara tentara Jepang saat perang berlangsung,"

Jiyong tetap duduk ditempatnya bahkan setelah penulis Kim berpamitan dan pergi. Ia merindukan Lisa dan mengetahui bagaimana akhir dari hidup gadis yang tidak pernah pergi dari pikirannya itu, membuat dadanya sangat sesak. Penyesalan merambat dalam kepalanya, kalau saja ia tidak mengantar gadis itu kembali, mungkin gadis itu akan tetap hidup dalam kenyamanan. Bukannya mati mengenaskan untuk sesuatu yang sama sekali tidak membuatnya diingat. Rasa marah merembes masuk kedalam dirinya, marah pada si ahli pedang yang ternyata tidak bisa melindungi wanita luar biasa itu. Kemudian rasa sedih menghampirinya, rasa sedih yang sangat menusuk karena mengetahui kalau ia tidak dapat berbuat apapun. Karena sejak awal gadis itu bukanlah miliknya, gadis itu tidak di ciptakan untuknya.

Sama seperti Taeyong dan Jisoo yang tidak pernah bisa bersama bahkan setelah bereinkarnasi, si musisi pun mulai percaya kalau wanita berkimono yang sangat cantik itu bukanlah untuknya.

"Ya! Apa yang kau lakukan- kau menangis?!" suara Yang Hyunsuk yang tiba-tiba masuk kedalam telinganya menyadarkan si musisi dari lamunannya, dari penyesalan dan rasa bersalahnya.

"Oh, hyung, kau sudah datang? Bukankah masih setelah makan siang?" balas si musisi sembari berbalik untuk menyembunyikan kemudian mengusap air mata yang ternyata jatuh tanpa ia sadari.

"Sekarang sudah lewat jam makan siang, aku menelponmu dan kau tidak menjawabnya, ku pikir kau belum datang," jawab Yang Hyunsuk sembari membuka pintu lebih lebar lagi. "Lihat siapa yang ku bawa, aku berencana mendebutkan mereka, dan bagaimana kalau kau melihat mereka lebih dulu sebelum aku benar-benar mendebutkan mereka?"

"Girlband? Oh Jisoo-ya, annyeong-" sapa si musisi yang kemudian tidak dapat mengatakan apapun saat gadis keempat masuk kedalam studio rekamannya. Gadis yang sangat mirip dengan wanita berkimono itu.

"Annyeonghaseyo sunbaenim!" sapa keempat gadis dibelakang Yang Hyunsuk yang langsung membungkuk untuk menyapa si musisi.

"Aku berencana mendebutkan mereka, Taehee belum memberitahumu? Kalau aku berencana mendebutkan adiknya? Aku ingin mendebutkan mereka, Kim Jisoo, Kim Jennie, Roseanne Park dan yang terakhir Lalisa Manoban. Bagaimana menurutmu?" tanya Yang Hyunsuk sementara si musisi kehilangan suaranya, kehilangan kesadarannya dan tidak dapat berhenti menatap gadis terakhir yang dikenalkan CEO agensinya itu.

"Lalisa Manoban?" ucap si musisi setengah berbisik. "Apa aku dapat menganggapmu Lalisa-ku sekarang? Kau belum menikah atau mengencani siapapun kan sekarang?"

"Ne?" tanya si gadis yang namanya baru saja di sebut sembari melemparkan tatapan bingung pada CEO agensi dan teman-temannya.

"Ya! Kwon Jiyong! Dia bukan Lisa yang kau kencani waktu itu, jangan melantur... kau mempermalukan dirimu sendiri, dia Lisa yang berbeda, dia berasal dari Thailand, bukan Jepang," tegur Yang Hyunsuk disusul gelengan tidak percaya darinya.

"Ya, dia Lalisa yang berbeda, dia... Lalisaku, Lalisa yang ditakdirkan untukku," balas Jiyong tanpa melepaskan tatapannya dari gadis yang sekarang tersedak ludahnya sendiri— karena terlalu terkejut mendengar ucapan bintang besar di hadapannya.

»—«
TAMAT

Cardiac ArrestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang