17

1.1K 180 9
                                    

«—»

Jiyong berbaring diatas rumput hijau, berbantalkan paha Lisa yang duduk di sebelahnya. Angin dengan lembut menyapu kulit wajah keduanya, menggerakan batang-batang kurus bunga dandelion yang tumbuh diatas bukit itu.

Jiyong membuka matanya, kemudian bangkit dan kembali berbaring di sebelah Lisa, kali ini ia berbaring berbantalkan tangannya sendiri. Sebelah tangannya ia ulurkan, menyuruh Lisa untuk berbaring disebelahnya— berbantalkan lengannya— tanpa mengucap sepatah kata pun.

Lisa berbaring, dan Jiyong mengangkat sedikit kepalanya, mengulurkan tangan kanannya untuk menarik tangan kiri Lisa agar memeluknya kemudian memakai kembali tangan kanannya itu untuk alas kepalanya.

"Sudah kah aku mengatakannya? Aku minta maaf," ucap Jiyong sembari menatap langit dan melihat sinar matahari perlahan-lahan naik ke permukaan, menggantikan bulan yang akan beristirahat.

Sudah

Tulis Lisa di dada Jiyong dengan ujung jarinya.

"Dan kau memaafkanku?"

Tentu saja.

"Dan bagaimana dengan pria itu?"

Maaf

"Untuk apa? Karena kau menyukainya?"

Bukan

"Lalu? Karena kau ingin pergi bersamanya?"

Sempat, tapi tidak lagi.

"Jadi kau benar-benar pernah berfikir untuk pergi bersamanya?"

Maafkan aku

"Bagaimana dengan sekarang, masih menginginkannya?"

Tidak.

"Mau berjanji satu hal padaku?"

Apa?

"Kau tidak akan pergi dariku walaupun kau menyukai pria lain, bisa kan?"

Tidak

"Tidak?"

Aku tidak akan menyukai pria lain lagi.

"Itu lebih baik,"

Matahari bersinar semakin terang, dan Jiyong yang sebelumnya berbaring, bergerak bangkit, tidur menyamping tanpa menarik tangannya yang menjadi bantal kepala Lisa. Sebelah tangannya yang bebas terulur untuk mengusap rambut Lisa. Kemudian tersenyum.

"Kurasa kita harus kembali sekarang," ucap Jiyong dan Lisa mengerutkan dahinya, menanyakan alasan mereka harus pulang dengan wajahnya. "Aku menyuruh Mino untuk membunuh tamu mu malam ini, kita harus kembali sebelum mereka benar benar membunuhnya," jawab Jiyong disusul dorongan Lisa pada bahunya. Lisa bangkit dari baringannya, menatap Jiyong yang tetap tersenyum seakan ia tidak melakukan dosa apapun.

"Haha aku bercanda, tapi kurasa kita memang harus kembali sebelum anak-anak mulai berinisiatif," lanjut Jiyong disusul pukulan ringan Lisa di bahunya. "Haha kau marah? Kau takut aku benar-benar membunuhnya?"

Akan ada banyak orang yang menangis kalau pria itu sampai mati disini. Dia berkuasa di masanya. Jangan bercanda dengan mengatakan akan membunuhnya. Apapun yang terjadi, dia tidak boleh mati disini.

Tulis Lisa sembari menunjukan tatapan sinisnya pada Jiyong, di susul anggukan kecil dari Jiyong yang langsung menutup mulutnya. Tidak akan ada yang tahu kalau ia mati di bukit itu, Lisa bisa saja tega membunuh Jiyong disana tapi Jiyong tidak akan mampu mengarahkan pedangnya pada Lisa.

Jiyong tidak pernah berniat terang-terangan menunjukan sisi kejinya pada Lisa. Ia selalu meminta Lisa berbalik dan menutup matanya setiap kali akan membunuh seseorang di dekat Lisa.

Cardiac ArrestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang