For Prince Cutiepie [3]

6 1 0
                                    

Hari minggu pada bulan agustus. Hari ini memang hari yang sibuk, pagi aku harus membantu orang tuaku dengan pekerjaannya. Tapi ya itu memang sudah tugasku untuk sedikit membantunya. Aku membantunya sampai siang hari. Ya seharusnya aku memang membantu semuanya, tapi aku sudah meminta ijin untuk pergi pada siang hari.

Menjelang siang, aku dijemput oleh sahabatku di tempat biasa kita janjian, ya kadang depan pos dekat SMA, kadang juga kita bertemu di gerbang dekat SMP. Aku berangkat menuju sebuah mall di daerah bandung. Aku memang sudah janjian untuk main ke sana dengan dua sahabatku. Disana ya, biasa kita ngobrol, bercanda, ya gila gilaan sebagai mana sahabat kalau sedang bersama.

Padahal aku senang waktu itu, salah seorang temanku membahas kamu prince cutiepie. Dia bilang "cepet kamu nikah sama dia, biar aku bisa datang ke nikahan kamu".

Siapa sih yang ga seneng kalau bahas tentang nikah haha.. Ya pada kenyataannya nikah bukanlah sesuatu yang bisa di bilang mudah. Tapi ya siapa juga pasti senang kalau jodoh memang orang yang di sayangi kan.

Sore hari kita sudah bosan, ya karena salah satu sahabatku, ku lihat sudah tidak bersemangat haha.. Dia terlihat lesu dan mengantuk.

Ya dia bilang kalau hari ini temannya berkunjung ke rumahnya pagi sekali untuk membantu membuat skripsi. Ya aku paham dengan itu, pantas kan kalau dia lelah. Aku pun begitu dengan skripsiku. Tapi aku tidak bermaksud untuk menyerah.

Nah, karena suasana sudah tidak memungkinkan untuk di lanjutkan, kita memutuskan untuk pulang. Aku juga kasian dengan sahabatku yang pulangnya jauh karena rumah dia pindah.

Aku di antar oleh sahabatku yang tadi menjemput ke tempat semula kita janjian. Di sana aku menunggu kamu "prince cutiepie". Ya karena jamku untuk pulang sekitar jam 6 malam. Menunggu orang tua ku beres dengan kerjaannya.

Setelah dia datang, aku memutuskan untuk pergi ke alun alun saja. Karena berjarak dekat dan juga bisa lebih banyak berbincang dari pada harus pergi ke balkot.

Awalnya berjalan lancar.. Ceria, bahagia, penuh tawa. Namun, kedepannya aku tidak menyangka akan berdebat denganmu. Ya awalnya aku menikmati debat itu. Karena aku yakin dengan pendapatku, dan kamu yakin dengan pendapatmu.

Awalnya kita mendebatkan tentang surat terakhirku tentang "kenapa aku memintamu untuk mencari wanita lain".

Ya sebenarnya aku memintanya karena aku takut masa depan akan menyakiti kamu jika kamu terlalu sayang padaku. Bukan maksud untuk tidak yakin terhadapmu, tapi ada sesuatu yang membuatku tidak memiliki keyakinan seratus persen.

Ya mungkin hanya sembilan puluh lima persen. Tapi ya dia terus bisa mengatakan pendapatnya kepadaku. Ya aku harap setidaknya dia bisa mencoba. Jadi, dikala nanti dia atau aku yang meninggalkan satu sama lain, tidak terlalu merasakan sakitnya.

Ya perdebatan itu aku rasa tidak mendapatkan titik terang, karena kita sama sama keras kepala terhadap pendapat satu sama lain. Tapi itu memang sedikit menyenangkan. Melihat nya tetap dengan apa yang dia yakini.

Tapi, menjelang malam. Dia membuka luka lamaku. Aku memang bukan perempuan yang sama seperti yang lain. Aku memiliki sedikit trauma yang sulit dihilangkan terhadap seorang lelaki. Mungkin aku pernah mengatakan kepadamu kenapa aku memiliki nya. Tapi aku tidak akan mengatakannya di cerita ini.

Aku tidak begitu mengerti detailnya. Tapi yang aku rasakan saat kamu bilang "kamu bukan trauma karena aku peluk. Tapi ada satu hal yang kamu pikirin".

Seolah air mataku akan jatuh. Tapi tidak! aku harus menahannya, aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan kamu. Tidak bisa, aku tidak ingin!!

Makannya aku memalingkan mukaku dari hadapan kamu. Tapi, hal itu malah membuatku ingin tetap menangis. Tapi tidak, aku tetap harus menahannya.

Sekali lagi aku mendengar kamu mengatakan "apa yang si black lakuin sama kamu?".

Sejenak aku terdiam, ingin rasanya menangis. Rekaman kenangan buruk yang dulu si black lakukan kepadaku seperti terputar kembali seperti aku sedang menonton bioskop.

Begitu lancar, jelas, menyakitkan, menyesakan, menyedihkan berputar terus di benaku.

Dengan reflek aku mengatakan "engga.. Engga mau... Engga mau" seolah bumi menjadi menakutkan dan begitu gelap.

Aku takut.

Tapi aku tidak boleh melihatkannya kepadamu. Karena aku tidak ingin kamu melihatku terpuruk atau menjadi lemah. jika bukan kamu yang ada di situ aku sudah akan meneteskan air mataku. Tapi aku tidak bisa karena kamu yang ada di situ.

Sesak....
Sakit....

Semoga dia tidak melihatnya, pikirku.
Aku pikir cukup untuk hari ini. Karena luka itu, luka yang dulu aku coba sembuhkan dan sekarang terbuka lagi. Aku tidak mau lebih lama lagi..

Aku memintanya untuk pulang.

Entah dia menyadari apa pada saat genggaman tanganku, dia bilang berbeda. Dan bisuku sepanjang jalan.

Rekaman masa lalu itu masih terputar di benakku. Aku terdiam... Dalam hati aku memohon "tuhan, tolong hentikan. Hentikan. Hentikan. Mengapa rasanya begitu menyakitkan, menyesakan. Tolong hentikan, itu sangat menakutkan"

Sampai kamu memanggilku, dan aku tidak merespon sampai kamu mengulang untuk memanggilku.

Aku yakin kamu mengerti sedikit tentang traumaku. Jadi, tolong jangan tanyakan hal seperti itu lagi. Itu menyakitkan, menyesakan, menakutkan ketika kenangan itu terputar dalam benakku.

Aku harap kamu mengerti...

To be continue...

-----------------------------------------------------------

Surat suratanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang