Akhir Dari Bayang

4 0 0
                                    

Dear kamu,

Apakah salah jika aku masih merasakan sakitnya disia siakan?

Mungkin benar jika waktu sudah bergulir selama beberapa bulan, waktu yang tepat untuk dapat mengikhlaskan semuanya. Tapi kenapa semua masih terasa sangat sulit. Apakah perasaan ini merupakan perasaan dimana aku belum mengikhlaskannya?

Kenapa di sini aku masih cemas. Apa kamu disana bahagia? Apa kamu sedetik saja pernah memikirkan kenangan kita bersama? Semua ini terasa menyesakkan lagi. Setiap kali aku memikirkan mu, saat itu pula pertanyaan pertanyaan hinggap di benakku.

Kali ini ku simpan sendiri rasa sakit ini. Karena apa? Ya, jelas saja karena kali ini hanya akan ada kata “bodoh” dari solusi mereka. Bukan aku tidak menghargai solusi yang mereka katakan. Bahkan aku berfikir memang benar apa yang mereka katakan.

Melupakan, mencari hati yang baru, semua itu sudah ku dengar dari banyak orang. Dari sahabat sahabatku, dari teman temanku, bahkan dari seseorang yang baru saja aku kenal. Semua solusi itu memanglah benar adanya. Tapi tidak semudah apa yang terucap.

Aku sudah pernah mencoba untuk melupakan semua tentang kenangan kita, namun semua lebih terbayang dan semakin melekat. Aku sudah mencoba menemukan hati yang lain, tapi ku merasa seperti membohongi diriku sendiri.

Satu sisi aku merasa ingin membalikkan waktu, memperbaiki keadaan, dan lebih terbuka dengan apa yang sedang aku lakukan demi masa depan. Tapi di sisi lain, melihat fotomu dengannya membuat hati ini ingin mengakhiri apa yang telah di mulai.

Aku masih tidak mengerti, mengapa kamu dengan teganya menghianatiku?

Apa itu bisa di sebut penghianatan, bahkan kita saja tidak pernah menjalin ikatan. Tidak… tidak… itu memang benar sebuah penghianatan karena kita sudah pernah berjanji untuk berjuang bersama. Mengapa kamu dengan benar benar tega menghianatiku.

Kamu jadikan cemburu padaku sebagai tameng untuk berbelok arah kepadanya. Tapi aku, selalu jujur dengan siapa aku berhubungan dengan para lelaki di luar sana tanpa ada niat sedikitpun menyimpang dari perasaanku kepadamu.

Bukankah semua itu kebodohanku, terlalu menaruh kepercayaanku seluruhnya padamu. Pada orang yang dengan mudahnya melunturkan rasa yang pernah terjalin sekian lama bahkan bertahun tahun. Tak pernahkah kamu menaruh kepercayaanmu sepenuhnya kepadaku?

Hahaha bodoh aku bertanya seperti itu kepada seseorang yang dengan mudahnya berhianat :)

Kuberitahu….

Benar adanya, bahwa aku bukanlah marah karena kamu melakukan hal bajingan macam itu. Benar benar bukan karena itu aku marah dari awal hingga akhir. Semua itu hanya alasanku untuk bisa lepas dari belenggu cintaku sendiri. Karena disini, hati ini, benar benar berjuang untuk kamu. Dan juga benar benar hancur juga oleh mu.

Disini aku sadar, kalau alasanku membencimu adalah karena kamu telah menyia nyiakan perjuangan yang aku lakukan. Perjuangan untuk mengangkat derajatmu di mata mereka. Kamu sendiri tahu jika itu bukanlah hal yang mudah. Sedikit demi sedikit aku telah mencairkan hati beku mereka terhadapmu, apakah kamu tidak menyadari itu dan hanya bisa cemburu sesaat padaku seperti itu?

Tidakkah kamu lihat juga perjuanganku tetap berada di sampingmu apapun keadaanmu. Tidakkah kamu lihat, orang yang selalu aku banggakan di hadapan mereka itu kamu padahal mereka berkali kali membuat hatiku goyah akan masa depan yang kita rajut bersama.

Setinggi itukah aku di matamu sampai sampai kamu berfikir materi adalah yang aku cari darimu selama ini. Sebodoh itukah diriku sampai sampai kamu tidak pernah menaruh kepercayaanmu padaku.

Baiklah Aku tahu, kalau kini kamu telah bahagia dengan dia. Aku doakan semoga kalian langgeng. Karena bagamanapun aku tetap merasa kita tidak akan pernah bisa bersama lagi, kecuali tuhan yang berkehendak lain.

Mo ii.....

Selama apapun aku menunggu, semua tak akan kembali. Semoga saja ini terakhir kalinya aku menulis kisah tentang kita, tentang hati yang benar benar tak bisa bersatu.

I don’t want to miss you again,


Hitashi Chan

Surat suratanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang