(6)Perkenalan

17 1 0
                                    

Ritme detak jantung fio sudah tidak beraturan saat tau kalau dedek jeni adalah adik dari salah satu cogan sekolah yang sampai sekarang dia tidak tau namanya.

Sekarang fio berada di Uks sedang duduk berdiam diri disofa untuk menemani dedek jeni bersama dengan para cogan yang juga duduk disofa yang mungkin lumayan panjang.

Yaa sebenarnya tadi setelah fio dan geo sempat bertengkar dedek jeni tiba-tiba terjatuh kelantai alias tidak sadarkan diri sehingga kami semua sempat panik.

Setelah beberapa menit akhirnya dedek jeni terbangun dan membuat empat laki-laki yang disegani semua siswi itu menghampirinya.

Fio tersenyum kecil lalu melangkahkan kakinya cepat-cepat pergi dari Uks sambil menangis tersedu-sedu hingga membuat orang-orang yang berada disana menjadi bingung.

"Lo itu beruntung jeni,lo memiliki segalanya yang ingin gue miliki dan itu membuat gue iri."

Kata-kata itu terucap begitu saja dari bibir pink fio yang sedari tadi bergetar karena menangis— sekarang fio sedang duduk  sendirian dilorong gelap yang sama sekali belum pernah dilewati para siswa atau siswi— fio berada disana mungkin dia benar-benar butuh kesendirian.

Tapi sebuah suara langkah kaki menggema dilorong hingga suara itu terdengar jelas mendekat kearah fio.

"Lagi ngapain disini?" tanya geo yang tiba-tiba duduk santai disamping fio.

Fio membuang muka supaya geo tidak melihat wajah dirinya yang sudah terlihat berantakan "lagi liat bangku rusak."

"Lo itu dari kemarin drama mulu,gara-gara cowo brengsek kemarin?" geo menghela nafas berat.

"Dia bukan cowo brengsek,dia adalah segalanya bagi gue."

Geo terkekeh kecil lalu mendongakkan dagu fio hingga mata mereka beradu dan entah kenapa geo malah mengubah ekspresinya menjadi serius.

"Keadaan itu cowo gimana sekarang?pake pura-pura tumbang lagi kemarin."

"Dia pergi jauh ninggalin gue sendirian disini untuk selamanya."

"Maksudnya?"

"Dia udah bahagia bersama keluarganya disurga dan mulai malam ini dia sudah menjadi bintang."

Geo mengerutkan dahinya sambil benar-benar manatap fio tajam seperti ingin menusuk retina matanya,tapi perkataan fio tetap tidak membuat laki-laki bermata coklat itu merasa terkejut.

Kali ini geo memperhatikan setiap sudut wajah fio,anehnya dia baru menyadari bahwa mata fio sudah bengkak membiru lalu bibirnya pucat kering dan wajah putih itu terlihat lusuh.

"Dia udah tiada,terus kenapa lo tangisin?kasihan kali itu muka lusuh begitu."

"Lo gak tau betapa berartinya zafin bagi gue."

"Dia itu cuman pacar lo,yang paling berarti itu cuman  keluarga,udahlah gue gak mau bahas lagi lo gak akan ngerti."

Ucapan geo hanya dibalas tatapan sinis dan tajam juga umpatan dari fio.

"Lo kenapa sihh tadi tiba-tiba lari keluar Uks sambil nangis?"

"Karena gue sangat iri sama jeni karena dia punya segalanya yang gue ingin."

"Hah,gue kira kenapa lagian wajar sihh kalau semua orang iri sama dedek jeni secara adik gue itu dimanja karena kita punya banyak harta terus juga je..."

Fio menggeleng cepat dengan mata yang mulai kembali berkaca-kaca— hingga geo pun terdiam tidak berniat untuk melanjutkan ucapannya.

"Gue gak pernah iri melihat jeni dimanja dengan harta berlimpah."

"Terus?"

"Gue ingin merasakan yang namanya disayangi orang tua jika seandainya orang tua gue gak kecelakaan setelah gue lahir mungkin keinginan ini akan terkabul.....gue juga ingin memiliki banyak teman supaya tidak selalu sendiri....yang terakhir gue ingin diperhatiin sama seorang kakak dan juga seorang pacar."

"Semua itu sudah dimiliki jeni dan itu yang membuat lo iri,apa selama ini hidup lo hanya seperti ini?"

"Dulu gue hanya memiliki zafin yang selalu ada sebagai orang tua, sahabat,teman, kakak,dan pacar untuk gue....hingga gue gak butuh siapapun lagi selain dia.... tapi nyatanya takdir tidak mengizinkan gue bahagia seperti orang lain dan takdir malah mengambil zafin dari hidup gue selamanya."

"Gak semua orang yang terlihat bahagia itu ternyata bahagia, terkadang seseorang mengukir senyum demi orang yang disayang walau sebenernya seseorang itu sedang terluka."

Geo merasa sangat bersalah juga menyesal karena terus saja menyalahkan dan berkata buruk tentang zafin tapi apa untungnya menyesal jika semua itu sudah berlalu.

"Gue gak mau hidup dengan kesendirian dan kesepian,ehh kenapa gue harus cerita sama lo sihh gak ada untungnya" fio mengacak-acak rambutnya hingga benar-benar berantakan.

Geo menggeleng pelan lalu mengukir senyum sambil membenarkan rambut fio yang berantakan dan geo menarik tiap ujung bibir fio dengan jari telunjuk juga jari jempolnya hingga membentuk senyuman lebar.

"Apasihhh kenal juga enggak udah pegang-pegang aja" fio menepis tangan geo dan kembali membuang muka.

"Tolong izinkan gue menjadi pengganti zafin" kali ini geo tersenyum manis dan sangat lebar kearah fio hingga perempuan manapun yang melihatnya akan merasa ingin terbang.

"Kita baru tiga hari ketemu,gue juga gak tau siapa lo tiba-tiba udah mau gantiin zafin aja."

"Kalo gitu kita kenalan...nama gue geodi jiyalka...panggil aja geo,lo?" tanya geo sambil mengulurkan tangannya.

"Fiona zayin,panggil aja fio anak pindahan dari sekolah sebelah" fio menjawab tanpa menerima uluran tangan geo hingga geo menarik kembali tangannya sambil terkekeh kecil entah karena apa.

"Lo besok ada acara?"

"Gak ada,memangnya kenapa?"

"Besok gue akan ajak lo jalan-jalan supaya gak kesepian...liat-liat keseharian gue lah...dan gue juga mau bilang sesuatu ke lo... jadi besok pagi jam delapan lo harus udah siap."

"Gue butuh sendiri,gak mau kemana pun selama dua bulan."

Geo berdiri mengusap-usap celana birunya yang terkena sedikit debu dan juga membenarkan baju seragamnya yang sudah berantakan seperti berandal.

"Harus mau...besok jam delapan pagi" setelah berucap dia pun meninggalkan fio sendirian dan pergi melangkahkan kakinya untuk kembali kekelas dan menemui sahabat-sahabatnya.

Fio menghela nafas cukup panjang lalu dia menutup matanya perlahan berusaha rileks.

⚓🏮💈⚓🏮💈

GeofioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang