(14)Siapa?

16 0 0
                                    

Tubuh fio lunglai tidak ada tenaga untuk kesana kemari yang dirasakan setelah bermain bersama teman-teman dirumah kaza adalah sangat letih hingga dia hanya bisa tidur telentang ditempat tidur mini coklatnya dengan nafas terengah.

Satu kata yaitu 'pusing' membuat fio terus memegangi kepalanya ingin sekali dia merasakan kehangatan tangan seorang zafin  yang selalu mengelus rambut hitamnya saat dia merasakan sakit dikepala.

Hidup memanglah aneh karena terkadang fio hanya bisa merasakan kebahagian sesaat lalu setelahnya penderitaan begitu lama— jika bisa memilih mungkin fio tidak akan meminta kebahagian ataupun penderitaan melainkan hanya kehidupan biasa yang hari-harinya bersama zafin— tidak ada tawa, tidak ada kesenangan dan tidak ada tangis hanya ada senyum kecil yang menghiasi hari fio bersama zafin—  mungkin jika kehidupan biasa seperti itu yang fio jalani maka tuhan tidak akan mengambil zafin dari hidup fio karena fio memang tidak ditakdirkan untuk bahagia.

Lelah dengan takdir mungkin itu yang sedang dirasakan fio kerena impiannya selalu hilang seperti angan dan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

Pedih rasanya jika fio menghitung betapa banyak dia membuang air mata dan berapa kali dia melihat matanya bengkak membiru penuh lengkungan hitam.

Jika bisa fio ingin bertanya pada tuhan apakah dia akan diberikan kebahagian atau akan hidup dengan kesepian dan hampa selama sisa hidungnya.

"Lo kenapa."

Lamunan fio berantakan setelah mendengar suara berat dari seseorang yang mengelus rambutnya.

"Tunggu tunggu...ada cowo dikamar gue...terus dia ngelus rambut gue tanpa sepengetahuan gue apa jangan-jangan zafin hidup lagi atau lagi mimpi nih" batin fio.

"Gue kira lo tidur...ehh ternyata ngelamun."

Fio menoleh lalu melihat laki-laki tinggi memakai kaus putih polos dengan celana pendek berwarna hitam sedang asik duduk disampingnya.

"Geo lo ngapain disini" teriak fio dan seketika rasa lelahnya hilang.

"Gile lo teriak kaya dedek jeni...bisa-bisa telinga gue budek deket-deket kalian" geo mengelus telinganya.

"Ikhh bodo...lagian lo masuk dari mana tiba-tiba ada dikamar gue?"

"Langsung sewot aja lo... makanya jangan ngelamun...gue itu lewat dari jendela...noh kebuka" geo menunjuk kearah jendela  besar yang berada didekat balkon kamar fio.

Fio hanya ber oh pelan sambil mengangguk-angguk berkali-kali dengan wajah yang ditekuk dan bibir yang maju beberapa centi hingga membuat geo yang melihatnya merasa gemas.

"Ikhh gemes gue sama lo" geo berucap sambil mencubit kedua pipi fio hingga memerah.

"Sakit bego...lo tuh dateng-dateng langsung bikin kesel anak orang" gerutu fio.

"Anak orang siapa...lo kan anak gue setelah dedek jeni" celetuk geo yang kali ini mengacak-acak puncak rambut fio.

"Ikhh tangan lo tuh nakal banget sihh...gak pernah diajarin."

"Tangan gue itu gak megang yang aneh-aneh cuman ngacak rambut sama cubit pipi gembul lo jadi gak perlu diajarin."

"Bodo...lagian lo ngapain sihh kesini?"

"Gue merasa kalau lo lagi sedih jadi gue kesini...lagian gue juga bosen...jadi mau ngajak lo jalan."

"Emm...so sweet...perhatian sama gue" fio memegangi lengan geo dan mengoyangkannya seperti anak kecil.

"Giliran diajak jalan lo langsung mingkem...sana siap-siap gue tunggu didepan rumah" geo beranjak dari tempat tidur itu lalu melangkah pergi kedepan rumah.

"Oke gue siap-siap sekarang" teriak fio.

"Jangan pake baju pendek karena gue gak suka paha lebar lo" teriak geo yang diakhirinya dengan kekehan.

Baru saja satu menit fio sudah selesai bersiap-siap— mungkin karena fio tidak suka memenuhi wajahnya dengan polesan yang aneh-aneh jadilah dia hanya memakai sedikit lip ice dan bedak bayi— fio juga hanya memakai kaus hitam polos dengan celana super pendek berwarna biru,tapi untunglah celana itu sedikit tertutupi dengan jaket hitam milik zafin yang dia ikat dipinggangnya.

"Lo mau buat gue tertarik yaa...padahal gue udah bilang berkali-kali kalo gue gak suka sama pahe lo yang diumbar-umbar kesana kemari" geo berucap seakan tidak ada koma dan titik sampai nyambar terus.

"Kalo gak suka yaa jangan diliat bodoh...lagian celananya juga ketutup sama jaket" bentak fio.

"Tapi gak semuanya ketutup."

"Mau jalan gak sih...lagian malam-malam gini gak akan ada yang liat...terus juga kita mau kemana coba."

Geo hanya terkekeh lalu melangkah pergi menuju mobilnya— geo juga tidak menjawab pertanyaan fio yang sedari tadi terus mengumpat— hingga mereka berduapun menuju kesuatu tempat dengan keheningan didalam mobil.

***
Sebuah rumah kayu kecil seperti saung yang berada didekat danau telah disiapkan geo untuk fio— disana mereka berdua sedang menikmati angin malam  dan melihat seluruh bintang dilangit—  air danau yang bersih dan menjadi tempat tinggal para ikan lucu menciptakan suasana tempat itu menjadi romantis apalagi tambahan lilin besar ditengah-tengah mereka benar-benar membuat suasana menjadi sangat romantis— tapi sayangnya mereka bukan sepasang kekasih melainkan hanya sepasang teman,hingga suasana itu hanya membuat fio teringat seorang zafin dan geo teringat kedua orang tuanya.

"Menurut lo tempat ini gimana?" geo tersenyum kearah fio.

"Menurut gue bagus...tempat ini bisa menenangkan gue dan bisa mengingatkan gue tentang dia yang sudah menjadi bintang" Fio berucap sambil menunjuk salah satu bintang yang paling terang.

"Seseorang itu udah pergi dan tidak akan datang kembali" geo berucap dengan lemah.

"Seseorang didunia ini bisa datang dan pergi...tapi berbeda dengan kenangan yang hanya bisa datang tapi tidak bisa pergi" ketus fio.

"Kaya lo yang tiba-tiba datang kehati gue tanpa diundang dan selalu gak mau pergi dari hati gue walaupun sudah berkali-kali disuruh pergi."

🎨💬🎨💬🎨💬

GeofioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang