(8)Pak kecap

20 1 0
                                    

Bel masuk telah berbunyi dan semua murid yang masih bersantai dikantin kini terburu-buru berlari menuju kelas entah karena apa padahal mereka semua sering bersantai dikantin tanpa perduli bel masuk.

Fio dan geo baru saja sampai disekolah dan baru saja  memparkirkan mobilnya— mereka keluar bersama dari mobil sport merah itu— dan mereka langsung mendapatkan banyak sekali cibiran dari seluruh murid yang sempat melihat geo dan fio datang bersama.

"Ada apaan sihh,kok mereka buru-buru gitu padahal biasanya santai aja walaupun udah masuk."

Geo hanya menggelengkan kepala untuk merespon ucapan fio yang memang bisa dibilang sangat benar walaupun dia anak baru.

Geo terus berfikir keras sambil tetap berjalan melangkahkan kakinya beriringan dengan langkah kaki fio.

"Kayanya gue tau mereka kenapa" geo memutar bola matanya malas.

"Kenapa?"

Belum sempat geo menjawab, ketiga sahabatnya sudah datang bersama dengan adik perempuannya— mereka memparkirkan motornya lalu menghampiri mereka berdua dengan berjalan pelan terkecuali dedek jeni yang berlari cepat.

"Ihh kak geo kenapa ninggalin dedek jeni sihh" jeni merengek seperti anak kecil sementara fio menahan tawanya.

"Maaf...tadi dedek jeni nya bangunnya siang sihh...kan kak geo nya mau action jadi gak bisa nunggu sampai siang" geo berucap dengan mengikuti suara dedek jeni dan fio tidak bisa lagi menahan tawa hingga diapun berusaha terkekeh kecil padahal tidak ada yang lucu guys.

"Ehh katanya pak guru iler kita mau cek sekolah hari ini" kaza yang baru saja datang langsung menaruh satu tangannya kepundak geo.

"Killer kaza bukan iler" viqo menampar pelan pipi kaza tapi kaza tetap meringis.

"Geo kalo pak kecap nyuruh lo untuk ngelepas soflen dimata lo gimana?" tanya bonda membuat ekspresi yang dibuat-buat seakan sedang melas.

"Mata gue itu asli bonda ganteng yang katanya kaki tangannya diiket terus jalannya loncat-loncat" geo mencubit pipi bonda dengan gemas.

"Pancong dong gue" jawab bonda mamasang wajah bingungnya.

"Pocong sayang bukan pancong" kaza mengedipkan matanya kearah bonda hingga bonda sedikit bergidik.

"Iya sayang abang viqo udah tau kok...dari pada kita dikasih pak kecap matahari lebih baik kita hilang dari tempat ini."

"Hilang nelen bumi sekalian" celetuk geo.

"Ayo" mereka bertiga berucap bersamaan.

"Kenapa gue punya temen pada bego semua sihh" ringis geo.

"Lo lebih bego woy" mereka bertiga kembali berucap serempak.

"Kalian semua yang bego kakak-kakak ganteng" ledek fio dan dedek jeni bersamaan hingga mereka semua tertawa.

Beberapa menit mereka terlarut dalam obrolan yang sama sekali tidak jelas namun semua itu bisa mempererat pertemanan— hingga merekapun masuk kedalam kelas bersamaan namun tidak bersama dedek jeni karena dia masih kelas sebelas.

Tapi ketika mereka berniat menuju bangku tiba-tiba suara berat dan keras mendominasi kelas— itu adalah suara pak kecap alias pak guru killer bernama kocip darmaga yang selalu mengecek kedisiplinan murid disekolah.

"Geo,kaza,bonda,viqo,dan...." pak kocip itu bingung dengan fio dan pak kocip mencari-cari nametag yang sebenarnya tertutupi rambut panjang fio.

"Nama saya fio pak...anak baru disekolah ini."

"Oke...kaza,viqo,geo,dan kamu fio...atribut kalian kenapa tidak lengkap?"

Jleb..rasanya fio benar-benar bingung karena fio lupa kalau dasi barunya tertinggal distudio dan fio tidak tau harus berkata apa.

"Dasi yang saya pakai ini dasi dia pak...saya tadi minjem sebentar supaya tidak dihukum ibu dori dimeja piket" geo menunjuk kearah fio.

Fio mengerutkan dahinya tanda bingung— sementara geo malah melepas dasi panjangnya lalu memasangkannya pada leher putih fio.

"Bukannya ibu dori tidak masuk hari ini...kamu jangan berbohong sama saya."

"Ya kan saya gak tau kalau ibu dori gak masuk pak...bapak ini gimana."

"Kalau begitu kalian bertiga menjemur dilapangan sampai jam istirahat...cepat" bentak pak kocip.

"Siap pak kecap" kaza,viqo,dan geo memgangkat tangan mereka seperti sedang hormat lalu berlari pergi kelapangan untuk bertemu matahari.

Fio masih mematung alias melamun memikirkan apa yang barusan saja terjadi— fio bukan berfikir kenapa geo memberi dasi itu tapi berfikir kenapa bayang-bayang wajah geo yang sangat dekat dengan wajahnya tadi terus saja membuat jantungnya berdetakan kencang.

"Nak fiooo" teriak pak kocip hingga fio terkejut.

"Iya pak ada apa?"

"Ada kucing dikaki kamu" ucap pak kocip tanpa merubah ekspresinya.

"Hah...gak ada pak."

"Malah dijawab...kamu itu saya suruh duduk dibangku bukannya berdiri terus disini" pak kocil melanjutkan ucapannya dengan nada bicara yang lebih tinggi.

Fio sedikit terkejut lalu mengangguk berkali-kali dan berjalan pelan ke bangkunya dengan menunduk.

"Makasih geo" batin fio.

📎📌📎📌📎📌

GeofioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang