(16)Menerima mu

14 0 0
                                    

Setelah membersihkan tubuh dan mengganti pakaian fio kini berjalan perlahan munuju ruang tamu— saat sampai diruang tamu yang besar itu fio disambut hangat oleh beberapa pelayan seakan-akan dia lah pemilik rumahnya.

Dengan senyum yang merekah para pelayan itu berkali-kali menunduk untuk menghormati fio.

"Selamat siang nyo..."

"Panggil saya fio...dan kalian tidak perlu menunduk...anggap saja saya adalah anak kalian karena kalian lebih tua dari saya" fio memotong ucapan pelayan karena memang dia merasa tidak nyaman.

"Tapi kami harus menghormati calon istri tuan geo."

"Apa!!!calon istri...mmm.. terserah kalian dehh yang penting panggil saya dengan sebutan fio... sekarang dimana geo?"

"Tuan geo dan ibu tuan geo berada ditaman belakang sedang menunggu fio."

Pelayan itu berucap gugup seakan seluruh manusia dirumah ini akan meneriakinya bila menyebut nama fio.

Dengan menghela nafas panjang fio berucap "tolong temani saya ke sana..."

Dan pada akhirnya lima pelayan menemani fio ke taman megah yang terletak dibelakang rumah— seorang wanita paruh baya dan laki-laki tampan sedang asik memakan roti dibangku panjang yang barada ditengah taman itu.

Fio melihat sreia dengan tatapan seakan sedang rindu seorang ibu bahkan dia juga berharap bisa memiliki ibu tiri yang sangat menyayanginya.

"Bu-bunda" fio berucap sangat pelan namun tetap terdengar jelas ditelinga sreia.

"Yaa fio?...sini duduk...padahal kalian belum tunangan tapi bunda udah punya dua anak perempuan aja" kekeh sreia.

Fio tersenyum kikuk lalu dia duduk dengan sopan disamping geo.

"Fi.."

'Drtttt.... Drttt...'
Sebuah benda kecil berwarna silfer kini bergetar sehingga sreia tidak sempat melanjutkan ucapannya.

"Bunda pergi dulu yaa fio...ada telfon penting" sreia melangkah pergi dari taman menuju ruang tamu meninggalkan geo dan fio berdua saja disana.

"Mmm...jeni dimana?"

"Lagi pdkt dirumah viqo... mmm...masalah kemarin malam lupain aja karena kita teman" secara gampangnya geo berucap sambil tersenyum seakan tidak melihat wajah fio yang langsung berubah masam.

"Padahal omongan pelayan tadi pengen banget gue jadiin kenyataan."

"Emangnya pelayan tadi ngomong apaan?"

"Kalo gue calon istri lo...upss" fio langsung menutup mulut dengan kedua tangannya,karena dia memang sama sekali tidak menyadari ucapannya alias keceplosan.

"Gue siapa hayo?" geo menaik turunkan alisnya.

"Yaa gue fio lah,gak ada yang lain."

"Kayanya ada yang pengen banget jadi istri gue nih" geo terkekeh melihat wajah fio yang berubah menjadi merah seperti kepiting rebus.

"Ohh jadi ada yang ngerjain gue nih...males ahh mau pergi aja" fio memutar bola matanya kesal dan beranjak dari bangku.

Kali ini geo tidak bisa menahan tawanya hingga dia tertawa terbahak-bahak— setelahnya geo menarik tangan fio supaya kembali duduk dibangku dan dia juga mengelus rambut hitam fio dengan sangat lembut.

Fio terdiam karena dia terkejut dengan perlakuan manis yang baru saja diberikan geo secara tiba-tiba untuknya.

Beberapa menit setelah geo diam-diam menjelajahi setiap sudut mata fio pun akhirnya kini dia tersenyum lebar dan memberanikan diri memeluk erat fio seakan fio miliknya seorang.

"Gue bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk terus berada dihati lo...lo harus terus berada disisi gue dan juga jangan pernah lo tinggalkan gue...karena kita harus bersama sampai maut memisahkan" geo berucap sangat lembut tepat disamping telinga kanan fio.

"Gue janji akan berusaha melupakan masa lalu dan membuat kisah yang indah dimasa depan bersama lo."

"Sekarang tolong jadikan gue berhak merasakan apa itu jatuh cinta" geo meniup telinga fio hingga bergidik dan pada akhirnya mereka berdua pun terkekeh bersama.

"Tapi gue minta maaf sama lo karena hati gue belum sepenuhnya untuk lo" lirih fio melepaskan pelukan hangatnya.

"Gue akan selalu menunggu sampai lo bisa nerima cinta gue sepenuhnya" geo tersenyum hangat.

Fio menghela nafas panjang merasa sangat takut jika dia tidak akan bisa melupakan zafin dan malah menyakiti perasaan geo.

"Lo pasti bisa jatuh hati sama gue."

Geo memutarkan badannya hingga membelakangi fio lalu dia secara tiba-tiba menidurkan tubuhnya dan menaruh kepalanya dipaha fio.

"Ngantuk" setelah berucap satu kata itu geo pun memejamkan matanya dan fio hanya tersenyum membiarkan geo tertidur dipahanya.

Karena tidak ingin lama-lama memperhatikan wajah geo akhirnya fio pun memperhatikan setiap sudut taman sehingga dia tahu bahwa banyak bunga yang indah disekitarnya dan juga ada air mancur berbentuk angsa yang lumayan besar.

"Gue suka taman ini karena diujungnya langsung kehubung sama pagar gitu jadi bisa liat mobil sama motor lewat tanpa ada suara bising karena kehalang sama suara air" batin fio.

Saat menoleh kearah kanan dengan tidak sengaja fio melihat seseorang memakai pakaian hitam berdiri tegak diujung kanan pagar— cepat-cepat seseorang itu pergi mengendarai motor merahnya setelah beberapa menit fio melihatnya— dan fio ingin mengejar seseorang itu tapi dia urungkan karena tidak ingin membuat geo terbangun.

"Siapa sihh?" batin fio.

Sebuah batu gumpalan kertas yang dilempar seseorang tepat mengenai kapala fio hingga dia meringis pelan.

"Yang lempar jail banget sihh" gerutu fio.

Fio memungut gumpalan kertas yang terjatuh disebelah wajah geo lalu dia menemukan sebuah tulisan satu kalimat di kertas itu— dan satu kalimat itu adalah
lo akan jadi senjata gue untuk menyakiti dan membunuh geo .


📝📨📝📨📝📨

Emang fio benda dibilang senjata :v

❤💟siti.m.u

Untuk para pembaca💟💖.

GeofioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang