Chapter 1

748 49 8
                                    

WAVERLY BELL

Aku menghembuskan napasku dengan kuat. Aku bisa merasakan jantungku berdebar tak karuan. Aku bisa menghadapi ini. Ini sudah berpuluh kalinya aku mengikuti hal seperti ini. Aku mengencangkan kain yang melilit separuh dadaku. Kain putih yang ketat dan menampakan perut rataku yang berotot. Aku menyisir rambut hitam panjangku dengan jari-jariku. Sebentar lagi pintu akan segera dibuka. Suara dengingan berkumandang di telingaku.

Aku bisa merasakan dua orang di samping kanan dan kiriku menepuk punggungku kuat. Aku memasang penahan gigi—seperti yang digunakan para petinju—yang menjaga gigiku tidak putus. Namun, jelas sekali aku bukan seorang petinju. Aku melakukan ini untuk mendapat uang. Aku bisa merasakan adrenalin berpacu. Aku akan memenangkan ini. Aku yakin itu. Suara gegap gempita itu memekakkan telingaku.

Aku bisa mendengar suara pintu di hadapanku terbuka lebar. Aku memicingkan mata saat melihat sinar lampu oranye yang masuk ke dalam retina mataku, ini sangat silau. Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam ruangan besar yang dipenuhi ratusan murid Campton University yang hampir sembilan puluh persen laki-laki. Aku naik ke atas arena dan mendengar suara Gabe si Pembawa Acara bergema dengan kuat.

"Dan ini dia! Red Dragon! Gadis luar biasa yang pemberani—seperti yang sudah sering kita lihat dan yah, tak ada yang meragukannya sedikit pun. Kita akan mulai petarungan ini sebentar lagi. Aku ragu, baby girl.." katanya sambil menatapku dengan tatapan jelinya,"..bahwa kau akan menang kali ini."

"We'll see." Jawabku beku. Aku melihatnya tertawa.

"Baiklah. Seperti biasa, kepercayaan diri dari Red Dragon membuatku selalu takjub. Ia selalu menggunakan tangan kosong untuk memukuli lawannya. Kali ini, lawannya adalah seorang pria yang memiliki tinggi dan bobot dua kali daripada Red Dragon, dan bisa dibilang kali ini aku bertaruh untuk pria tersebut. Marilah kita sambut Killer Buck!"

Aku memicingkan mata ketika pintu besi kumuh yang hitam dan berkarat itu terbuka sekitar 9 meter dari jarakku berdiri. Aku melihat pria dengan tato yang memenuhi seluruh tubuhnya dengan kumis tebal yang menambah kegarangannya. Aku menatapnya dingin. Tidak masalah. Bobot dua kali dariku? Harus kuakui bahwa ia lebih daripada itu. Adrenalinku kembali terpacu ketika pria itu naik ke atas arena dan tersenyum menatapku.

Aku bisa melihat bahwa salah satu gigi gerahamnya yang berada di sebelah kanan tersepuh emas. Mungkin ia memang kaya, terlihat dari pernak-pernik di atas tubuhnya.

"Kau yakin aku harus melawan gadis cantik sepertinya? Ayolah, dude. Kau bercanda, bukan?" Aku menggertakkan gigiku. Ia meremehkan kemapuanku rupanya. Aku mendengus.

"Kau akan lihat nanti, Killer Buck. Sekarang, pertarungan di Campton University yang ke-56 akan segera dimulai!" suara riuh teriakan dari kursi penonton membuatku hampir tersenyum. Namun, sulit bagiku jika meninjau kembali kehidupanku.

Aku mendengar suara gong berdengung kuat dan sedikit memberi efek pada kepalaku. Aku menarik napasku dan menekuk lututku. Aku tidak penah menyerang duluan. Aku selalu ingin lawanku yang menyerang dan itu membuatku benar-benar semakin terbakar oleh semangat.

Kali ini aku salah.

Killer Buck ingin aku menyerang duluan.

Aku maju secara perlahan dan kami memutari arena. Ia tertawa dan menepuk tangannya.

"Ayolah, sweetie. Aku pria gentle yang selalu membiarkan seorang gadis menyerang duluan." Suaranya membuatku muak. Aku berlari dan maju untuk meninju perutnya. Namun, sepertinya sia-sia karena ia lebih dulu meninju rahangku dengan kuat. Aku hampir terpelanting. Kepalaku bedenyut hebat dan merasakan sakit teramat pada wajahku. Dia tertawa dan kembali menyerangku. Menumpukan seluruh berat tubuhnya pada sebuah pukulan yang hampir mengenai kepalaku jika aku tidak segera menunduk. Aku tersenyum. Aku memiliki kecepatan dan itu yang selalu kugunakan.

The Electric Trilogy: Electric SweetnessWhere stories live. Discover now