Chapter 6

317 30 3
                                    


Just imagine Adelaide Kane as Waverly Bell

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Just imagine Adelaide Kane as Waverly Bell. This is the closest black-haired girl that play as Wave. I mean...still not so close but yet the closest. wkwkw pusing dah deskripsiannya. Anyway, pertama x nya sih ini karena seharusnya Wave itu karakter yang sulit dicari dan harus ngebayangin sendiri. Tapi yah ini lumayan deketlah.


WAVERLY BELL

Aku mempererat jaketku karena cuaca benar-benar dingin. Bukan musim dingin tapi angin musim gugur benar-benar menggigit kulitku. Aku masuk ke gang sempit dan menyusuri jalan itu dengan kegelapan yang membuatku terbiasa.

Belok kanan, lalu Henry Dungeon akan segera terpampang di depanku. Yang tinggal di sekitar sini hanyalah orang-orang yang melakukan pekerjaan kotor—meskipun tidak seluruhnya.

Aku masuk dan suara riuh itu kembali terdengar. Aku menemukan Gabe di bangku samping arena seperti biasa dan aku yakin ia menungguku. Aku tersenyum dan segera duduk di sampingnya.

"Hei." Ucapnya singkat. Aku hanya tersenyum tak membalas.

"Jadi, Marcus dan Paulo akan datang sebentar lagi." Lanjutnya.

"Yeah." Jawabku singkat. Aku tak tahu bagaimana bisa berkomunikasi dengannya secara normal dalam arti lain. Maksudku, hei, seorang Gabe mengatakan bahwa ia merindukan gadis sepertiku. Dan itu sama artinya bahwa ia mengharapkanku.

"Jadi, jadwal pertandingan diundur?" Mataku melirik bangku utama yang biasa diduduki oleh...pria itu. Aku menunduk dan berusaha tidak menatap bangku itu. Memanipulasi hatiku sendiri bahwa aku tidak mengharapkan kedatangannya

"Ya, hanya beberapa jam. Satu setengah jam lagi mungkin?"

"Aku berharap tidak akan selama itu."

"Jadi, kau tahu kan?" tanya Gabe gugup. Ia menggosok hidungnya sebanyak dua kali dan aku menyimpulkan bahwa ia akan selalu melakukan hal itu ketika gugup melandanya.

"Tahu apa?" tanyaku tak mengerti—atau, lebih tepatnya aku berpura-pura tak mengerti.

"Aku menyukaimu. Kau tahu itu secara jelas." Gabe menoleh menatapku. Aku tahu dan berusaha untuk tidak terkejut. Namun, sepertinya itu hal mustahil karena aku sangat terkejut.

Aku menarik napas dalam."Yah, kau tahu aku tidak pernah ingin masuk ke dalam hubungan seperti itu." Jawabku dan tersenyum menatap kedua bola mata birunya.

"Ehem. Aku tahu. Jadi, lebih dari sekedar teman?" tanyanya lagi. Aku mengelus bahu Gabe lembut.

"Aku...tak tahu Gabe. Kau tahu, ini sulit. Ini pertama kalinya ada seseorang yang menyukaiku. Aku hanya tak pantas." Jawabku masih menatapnya. Gabe tersenyum dan menyentuh pipiku dengan tangan kanannya.

The Electric Trilogy: Electric SweetnessWhere stories live. Discover now