Tujuh Belas

1.5K 162 4
                                    

Selasa siang

Gue lagi di kantin bareng Lola sama Chanyeol. Baekhyun ga ikut karna dia ada latihan buat lomba yang gue ga tau pasti lomba apa.

"Kenapa sih lo ra? Murung mulu dari pagi. Sakit?" tanya Lola ke gue.

"Engga." jawab gue.

"Kok engga? Kalo ditanya 'kenapa' tuh jawabnya 'karena', bukan 'engga' !!"

"Santai dong elah," kata gue sambil menenggelamkan wajah gue di atas meja.

"Weh, lo napa sih?" kata Chanyeol sambil ngusap pelan rambut gue.

Brengsek lo Chan.. Sempet sempetnya modusin orang.

"Lo kenapa sih eh?" tanya Lola sambil nyodorin sesuatu. "Nih, minum." kata dia sambil ngasih sebotol kiranti.

"Gue kaga pms ih!" jawab gue dengan intonasi tinggi.

"Napa sih lo? Mood lo lagi ancur, ya?" tanya Chanyeol.

"Kaga. B aja." jawab gue asal.

"Gara gara.... om Lay?" bisik Lola ke gue.

"Apasih, engga.." jawab gue.

...salah lagi.

Tiba tiba hp gue berdering, dan tertera nama Om Lay di layar penelepon di ponsel gue. Gue langsung mematikan ponsel gue dan memasukkannya kembali ke saku.

"Siapa? Kok ga diangkat?" tanya Chanyeol.

"Kan, dugaan gue bener." kata Lola.

"Apa sih kalian? Udah ah, gue mau ke toilet." kata gue sambil berjalan menjauhi kantin.

Gue langsung lari ke toilet tanpa aba aba. Air mata gue banjir di pipi gue. Untung aja lorong sekolah lagi sepi.

Tiba tiba gue nabrak seseorang yang gue yakin ga asing.

"Kyra? Lo nangis?" tanya orang itu.

Luhan.

Gue cuma geleng pelan terus pergi.

Sialnya, tangan gue ditarik sama Luhan.

"Lepasin, engga?!" kata gue sambil mencoba melepaskan tangan dia.

"Jawab dulu, lu kenapa?"

"Engga ada hubungannya sama lu!" jawab gue ketus.

"Gue ga butuh itu ada hubungan sama gue atau engga," jawab dia. "Siapa yang bikin lo nangis?"

"Gue udah bilang ga ada hubungan sama lo! Lo ga perlu tau!" jawab gue galak.

Luhan yang termaki langsung melepas tangan gue.

Kenapa... Kenapa dia malah seenaknya dateng disaat kayak gini..

"Om lo?" tanya dia yang membuat langkah gue terhenti. "Iya?" lanjut dia menegaskan.

Gue cuma berdiam di tempat membelakangi dia.

"Bukan urusa—"

"Gue udah rela ngasih lo ke dia. Dan dia nyakitin lo gitu aja?"

Gue diem.

Hening

"Stop. That's totally not your bussiness." jawab gue.

"That's my bussiness," jawab dia dengan nada menggantung. "Remember that day, when I promised you, i'll protect you 'til the end?"

Gue masih diam.

"Even though you aren't my girl now, I still be the blade in your palm." jelas dia. "Cause I'm a man."

Jawaban Luhan tadi sukses bikin gue nangis lagi.

"Gue dulu udah rela berkorban demi lo bisa sama om lo. Dan sekarang gue nemuin lo disakitin sama om lo. Lo pikir perasaan gue gimana?"

"Now, we're just a friend, Luhan." jawab gue. "Dan seorang teman engga ikut campur masalah pribadi temannya." kata gue dengan sedikit mengeluarkan air mata.

Gue berbalik dan menatap nanar mata Luhan.

"Thanks a lot. But. I hope you understand."

Gue langsung pergi meninggalkan Luhan dan melanjutkan tujuan awal gue yaitu ke toilet.

Sesampainya di toilet, tangisan gue pecah. Entah kenapa, bawaannya gue pengen banget nangis.

Entah karna Luhan yang tiba tiba dateng disaat gue mencoba move on,

Dan juga om Lay yang tiba tiba bawa cewek ke rumah kalo bahasa kasarnya.

Om Lay.. Harusnya gue bisa bersikap biasa. Toh.. gue sama om Lay cuma sebatas....om sama ponakan.

Tapi.. Dari hari ke hari.. Gue mulai merasa..

I'm in love with him. Mr. Zhang.

Dan untuk hubungan om Lay dengan cewek itu... Gua ga siap menghadapi kemungkinan teburuknya.

To be continued.

[COMPLETED] Forbidden Love 🔹 Zhang Yixing (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang