Empat

3.1K 342 7
                                    

Senin malam.

"Aku pulang," kata gue sesaat setelah masuk rumah.

"Ya." kata om Lay sambil masih sibuk sama laptopnya.

"Om belum tidur?" tanya gue.

"Belum." jawab om Lay dingin.

Gue beranjak ke kulkas buat ngambil minum. Karna gue haus banget.

"Kok disini ada makanan ya.. Om yang masak kali, ya?" gumam gue sambil ngelirik om Lay yang masih fokus sama laptopnya.

"Om, aku naik dulu ya," kata gue sambil beranjak ke kamar di lantai atas. Om Lay ga bergeming.

.

"Sehun," kata gue sambil ngetuk pintu kamar Sehun.

Ga ada jawaban.

"Hun,"

"Oh Sehun!"

"Apa sih?" teriak Sehun dari dalam kamar.

"Gue masuk, ya?" tanya gue perlahan.

"Ada apa?" tanya Sehun.

"Eum.. Gue mau nanya.."

"Nanya apa?"

"Tadi.. Om Lay masak, ya?"

"Iya. Emang kenapa?"

"Kenapa dia masak?" tanya gue.

"Gatau. Nungguin lo kali. Kenapa ga tanya dia aja sih?"

"Dia cuek gitu abisnya.. Ga berani gue.."

"Lo makan ga masakannya?" tanya Sehun curiga.

"Eng-engga.. Tadi gue udah makan sama Lu-"

"Nah pantesan! Om Lay masak buat lo tapi lo malah makan sama Luhan. Ya gimana dia ga cuek.." kata Sehun.

"Tapi kan-"

"Ya coba aja lo udah masak buat orang tapi ga dimakan. Galau gak? Udah sana minta maaf." kata Sehun.

"Yaudah deh, gue keluar dulu." kata gue ke Sehun.

Gue keluar dari kamar Sehun dan mendapati om Lay udah ga ada di sofa. Tapi laptopnya masih ada.

Cyurrrr

Dari toilet lantai bawah ini ada bunyi air. Om Lay buang air kecil kali ya? Gue tunggu ah.

Dan ya, benar saja. Sesaat setelah gue duduk di sofa itu, om Lay keluar dari toilet.

Om Lay menuju ke sofa tempat gue duduk dan ngambil laptopnya tanpa ngeliat ke arah gue.

"Om.." cicit gue.

Dia enggak menghiraukan gue dan langsung masuk ke kamarnya. Suka sedih akutuh.
Gue cuma menghela nafas berat dan melangkah ke kamar. Mau tidur aja gue.

.

Selasa pagi

"Pagi om," sapa gue.

"Hm."

Masih marah ya tuh anak?

"Aku berangkat ya," kata gue.

"Kyra." panggil om gue. Gue noleh. "Sarapan dulu. Kamu saya antar."

"Eng-enggak usah om, aku ga-"

"Udah sih makan tinggal makan," kata Sehun.

"Diem lo." kata gue ke Sehun. "Enggak usah nganterin, om. Aku bareng Luhan aja, takut ngerepotin."

"Kamu. Saya. Antar." kata om Lay dengan penegasan di setiap katanya.

"Mamam tuh." kata Sehun dengan bahasa bibir.

Gue akhirnya cuma bisa nurutin om Lay. Karna ga enak juga kan, dia udah marah gara gara semalem, masa iya gue bikin marah lagi?

Dalam perjalanan, gue sama om Lay cuma diem dieman doang. Cuma ada suara radio yang jadi pemecah keheningan.

Gue yang ga tahan sama yang namanya 'keheningan', memberanikan diri buat ngomong duluan.

"Om.."

Ga dijawab.

"Om kemarin... masak ya? Buat Kyra?" tanya gue.

"Enggak." kata dia.

DUSTA QM MZ.

"Maaf ya om.. Gaenak sama Luhan soalnya kemarin.. Dia ngajakin makan malam.."

"Yaudah." kata dia.

"Om, jangan marah lagi kenapaa"

"Ish kamu tuh ya. Udah dibilangin anak gadis ga baik keluar diatas jam sepuluh malam. Masih aja. Kamu tau seberapa khawatir om? Hah? Om ini orang tua kamu juga. Kamu tanggungjawab om selama ortu kamu masih di luar negri. Kalau kamu kenapa napa, om juga yang kena." omel dia panjang kali lebar.

"Iya om maaf.." cicit gue. Om Lay cuma mebghela nafas kesal.

"Kalo sama orang luar, jangan panggil om. Panggil kakak aja. Kita cuma beda sepuluh tahun kok." kata om Lay. "Nanti gue dikira om om genit kan bahaya." sambungnya.

"Hahaha iyaa om. Ga marah lagi kan?" tanya gue.

"Ya ya ya.." kata dia sambil sedikit menunjukkan senyum manisnya.

.

"Om, udah sampe. Aku turun dulu, ya.. Makasih ya" kata gue sambil melambaikan tangan ke om Lay yang dibales lambaian tangan juga.

Sepergian om Lay, gue mendapati sosok yang ga asing lagi.

"Luhan?" tanya gue keheranan.

"Ada hubungan apa kamu...sama om kamu?" tanya dia.


[COMPLETED] Forbidden Love 🔹 Zhang Yixing (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang