Delapan

3.1K 325 15
                                    

Rabu pagi.

"Nyettttt bangun. Nanti telat woiiii." kata Sehun sambil ngeguncangin badan gue.

Gue ga tau kenapa. Tapi rasanya berat buat bangun dari tempat tidur.

"Kayaknya gue ga enak badan deh, hun." kata gue ke ko Sehun.

"Alah ngibul. Bangun ga lo?" kata dia sambil narik selimut gue.

"Serius hun. Ah elah." kata gue sambil nutup muka gue pake selimut.

"Anjir beneran?! Gue kira boongan doang.. Elah, gimana dong? Mau gue panggilin om Lay?" kata Sehun yang bikin gue ngegeleng pelan.

"Jangan lah gila. Dia udh berangkat kerja kan? Udah ah sana kuliah lo." kata gue dengan tetap menutup mata.

Sehun pergi keluar kamar gue setelahnya. Dia ngehalo haloin orang di telepon gitu. Gak lama kemudian, dia masuk lagi ke kamar gue.

"Siapa?"

"Kak Crystal. Tunggu dia aja, ya. Gue mau kelas dulu. Cepat sembuh adek gue." kata dia sambil ngacak rambut gue.

.

Ga lama kemudian, kak Crystal a.k.a Istrinya ko Kris udah nyampe disini. Dia sampe nyempetin beli bubur, lho. Baik banget ga kata lu?

"Lo kenapa dah? Bisa sakit juga lo?" kata ce Crystal.

"Berisik." kata gue dari dalam selimut. Disini dingin banget woi. Gue males matiin AC nya.

"Tidur woi. Malah main hp. Chatting-an sama siapa, sih?" ledek dia.

"Gatau nih. Gabisa tidur. Padahal badan gue panas dan gue lemes banget. Duh." kata gue sambil membenarkan posisi baring gue.
"Eh ci, gue mau cerita deh." kata gue ke kak Crystal.

"Cerita apa?"

"Gue kayaknya lagi ada rasa sama orang nih.."

"Lho? Bukannya kemaren sama si siapa itu? Han? Johan?"

"Luhan.. Gue udah putus sama dia." kata gue sambil menghela nafas.

"Lah anjir. Kenapa gitu?"

"Luhan marah karena gue deket deket sama si cowok yang gue taksir ini."

"Lah lagian elonya. Udah tau punya pacar, masih aneh aneh."

"Dengerin dulu ci. Elah." kata gue sok sok ngambek.

"Iya, iya... Terus?"

"Ya gitu.. Terus gue putus deh sama Luhan. Panjang deh ceritanya.." kata gue sambil natap langit langit kamar.
"Tapi, cowok yang gue taksir ini bener bener mustahil gue dapetin."

"Berusaha dulu lah. Ga ada yang mustahil di dunia ini." kata ce Crystal.

"Gue sama dia jauh beda. Bener bener ga bisa bersatu.." kata gue. Suasana disini udah mulai sedih.

"Yaelah. Sebeda apapun kalian, kalau memang takdir pasti bersatu. Contoh tuh kentang sama tomat. Ujung ujungnya barengan di mekdi. Ngerti kan?"

"Tapi.. Kalau jatuh cinta sama orang yang jelas jelas dilarang norma, gimana?" tanya gue ke ce Crystal.

"Maksud kamu?" tanya ce Crystal.

"Enggak, enggak. Abaikan." kata gue.

Tiba tiba hp ce Crystal bunyi. Ada telepon yang masuk. Dia langsung ke sisi lain kamar tidur buat nerima telefon itu.

"Eh, Ra, gue musti ke sekolah Sophia dulu, ya.. Ada panggilan nih, katanya ada yang harus diurus.. Duh, lu gimana nih.."

Tok tok tok

"Siapa?" tanya ce Crystal ke orang dibalik pintu itu.

"Lay."

WATDEF? JANGAN JANGAN....

Ce Crystal pun langsung membukakan pintu kamar buat om Lay.

"Duh, om, kebetulan banget, nih.. Aku ada urusan di sekolahnya Sophia.. Tolong jagain Kyra bentar ya.." kata ce Crystal yang di-iya-kan oleh om Lay.

"Ra? Lo kenapa?"

"Ga enak badan.." kata gue.

"Kenapa tadi pagi ga ngomong?" tanya om Lay.

"Kan om udah berangkat.."

"Kamu tuh ya. Suka banget bikin orang khawatir. Dah sini om ganti dulu kompresnya." kata dia sambil mendekat ke gue.

Kok gue deg deg an sih? Padahal dulu biasa aja kalo diginiin.

Ada yang ga beres sama gue nih kayaknya..

Dia keluar kamar gue dan balik lagi ga lama kemudian sambil bawain baskom air sama handuk kecil.

"Kenapa enggak bilang dari pagi, hm?" tanya om gue.

"Enggak enak sama om.." kata gue.

"Kamu ini tanggung jawab om. Tau? Kalau kamu sakit, siapa lagi yang ngurus kamu?" tanya om Lay.

Gue cuma terdiam setelahnya.

"Oh iya, Kyra, bulan depan perkiraannya papa mama kamu bakal pulang. Dia nelepon om tadi."

Entah kenapa gue bukannya seneng, malah sedih. Itu berarti, om Lay bakal lebih sibuk dong?

"Kenapa cepet banget.." gumam gue.

"Hah?"

"Enggak."

Beberapa menit kemudian, gue mulai merasa kedinginan. AC nya belum gue matiin. Mungkin om Lay ngerasa biasa aja karena dia sehat. Tapi, badan gue kan panas.

"Om.. Dingin.. Tolong matiin AC nya dong.." kata gue sambil tetap berada dalam selimut.

Lalu kemudian om Lay matiin AC nya. Tapi entah kenapa itu enggak berpengaruh sama sekali. Gue masih kedinginan.

"Udah. Masih dingin?" tanya om Lay. Gue enggak jawab. Gue cuman mempererat selimut gue doang.

Dengan tiba tiba, om Lay naik ke kasur gue.

"Ma-mau ngapain?" tanya gue sambil menggeser diri menjauh.

Om gue masuk ke dalam selimut yang gue kenakan setelahnya. Dia membenarkan posisi gue yang agak miring.

"Om! Mau ngapa-"

Dia meluk gue dan membenamkan kepala gue di dadanya setelahnya. Gue merasakan kehangatan yang..... nyaman? Entahlah..

"Masih dingin?" tanya dia yang gue jawab dengan gelengan.

Dia mengepuk-ngepuk(?) kepala gue setelahnya. Seolah menidurkan gue di dekapanya. Gue hampir terlelap, sampai om gue bicara sesuatu yang membuat gue shock.

"Kyra, what if I said, I love You?" bisik om Lay.

Gue kaget. Tapi entah kenapa gue senang akan pernyataan itu. Gue ini kenapa sebenarnya?

Apa gue cinta sama om gue? Atau gue cuma sekedar kagum sama dia?

"Om.." kata gue sambil merenggangkan pelukan dia.

Bukanya melepas gue, dia malah menarik gue untuk semakin dekat. Dan kami berpelukan kembali. Kali ini lebih erat.

"Om enggak berharap kamu membalas perasaan om kok. Om tau ini terlarang. But, I love You, Kyra."

[COMPLETED] Forbidden Love 🔹 Zhang Yixing (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang