Tiga Puluh Delapan

220 27 0
                                    

Gue menyandarkan diri gue di belakang pintu. Om Lay baru saja mengantarkan gue pulang. Kosan gue kosong, rupanya Irene sudah pergi duluan ke kampus.

Rasanya sakit ketika harus berpura pura tersenyum diatas luka hati yang teramat dalam.

Om Lay akan segera menikah, dan seharusnya gue turut berbahagia. Namun ternyata ini bukan perkara yang mudah.

Dua tahun lamanya gue berusaha melupakan dia, namun gue gagal. Gue sangat gagal.

Gue menutup mulut gue dengan kuat untuk menahan isakan yang keluar. Air mata lagi lagi membanjiri pipi gue.

Gue kacau.

Namun gue sadar gue harus mengikuti kelas siang yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi. Gue enggak boleh begini terus.

Gue menuju ke arah wastafel guna mencuci wajah gue yang sedari tadi dibasahi oleh air mata. Gue melihat diri gue di kaca. Mata yang membengkak, hidung yang merah, dan rambut yang berantakan.

Gue kacau. Gue benar benar kacau.

Dengan segenap sisa kesadaran yang tersisa, gue berusaha untuk membersihkan kekacauan gue dan mempersiapkan diri untuk mengikuti kuliah.

Tatapan gue bahkan kosong ketika gue membereskan laptop gue dan memasukkannya ke tas.

Tringgg tringg

Dering ponsel lagi lagi menginterupsi kegiatan gue. Gue melihat nama Luhan tertera di bagian paling atas notifikasi panggilan.

Gue enggan mengangkat telepon dari Luhan dikarenakan suara gue pasti akan sangat parau dan tersumbat karena terlalu banyak menangis. Namun gue tersadar, gue butuh dia untuk saat ini.

"Halo?" kata gue memulai pembicaraan dengan suara pelan.

"Kyra, you okay?" tanya Luhan dari seberang telepon sana.

"Iya.." kata gue dengan suara pelan dan parau.

"Gue baru denger dari bokap.. Katanya om lu mau nikah, Ra." kata Luhan yang lagi lagi membuat gue menggigit bibir menahan tangis.

"Iya. Ternyata lu udah tau, ya." jawab gue.

"Are you okay? Mau ketemu?" tanya Luhan yang membuat tangisan gue pecah.

"Jangan nangis, Kyra. Gue mohon. Gue kesana sekarang, ya." kata Luhan yang awalnya gue tolak, namun akhirnya gue hanya bisa pasrah.

Enggak butuh waktu lama hingga Luhan sampai ke kos kosan gue. Dia masuk dan langsung memeluk gue yang tengah meringkuk di belakang pintu.

"Kyra.." panggil dia sembari mengelus rambut gue dan berusaha menenangkan gue.

"Gapapa kok, gue gapapa." kata gue lagi lagi menyeka sisa air mata di pipi gue.

"Gak usah kuliah dulu." kata Luhan sembari meihat ke arah tas kuliah gue. "Keadaan lu lagi enggak baik." lanjutnya.

Gue melepaskan pelukan Luhan dari gue. Gue berusaha menenangkan emosi gue untuk yang kesekian kalinya hari ini.

Gue menatap ke arah jendela, berusaha mencari ketenangan. Luhan tidak mengalihkan pandangannya dari gue dengan ekspresi khawatir.

"Luhan.." panggil gue pelan yang dia tanggapi dengan cepat.

"Gue minta tolong." kata gue pelan.

"Kenapa, Kyra?" tanya Luhan.

"Bulan depan om Lay nikah. Lu... mau nemenin gue dateng? Gue takut enggak kuat." pinta gue dengan tatapan yang masih kosong.

"Oh, itu. Iya. Lagipula gue juga akan dateng, kok. Bokap gue juga hadir." kata Luhan yang sedikit menenangkan hati gue.

"Lo istirahat dulu aja, Kyra. Kondisi lu lagi buruk banget. Jangan karena satu cowo lu jadi begini." kata Luhan mengkhawatirkan gue.

Tok tok tok

"Kyraaaa!" panggil seseorang dari luar kosan gue yang gue hafal itu Lola.

"Oh, Lola udah dateng, ya." kata Luhan sembari membukakan pintu untuk mereka. Terdapat tiga sosok sahabat gue dari balik pintu.

Secepat kilat Lola menghampiri gue dan memeluk gue dengan hangat. Air mata gue kembali menetes.

"Mata lo bengkak banget." kata Lola sembari menyentuh perlahan kantung mata gue.

"Lo kenapa, Ra?" tanya Chanyeol ke gue. "Kenapa lo enggak pernah cerita ke gue?" lanjutnya.

"Nanti dulu ngapa! Kaga liat orang lagi sedih?" kata Baekhyun sembari menoyor kepala Chanyeol perlahan.

"Lo tau, Baek?" tanya Chanyeol yang membuat Baekhyun mengangguk perlahan. "Kok gue doang sih yang kaga tau?" tanya Chanyeol lagi.

"Kita keluar aja, yuk? Biarin Lola yang nemenin Kyra." kata Luhan ke Baekhyun dan Chanyeol yang gue tahan.

"Enggak, gak usah. Kalian disini aja. Gue butuh kalian." kata gue yang membuat Lola lagi lagi memeluk gue.

Iya, setidaknya, sehancur apapun hati gue sekarang, gue masih punya sahabat sahabat gue yang mau nemenin gue.

Itu sudah lebih dari cukup.

To Be Continued.

[COMPLETED] Forbidden Love 🔹 Zhang Yixing (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang