31- game

2.3K 87 0
                                    

"nei..Bangun". Azka menepuk-nepuk Pipi neisya beberapa kali agar gadisnya terbangun.

"Nghh..pegel ya?" Tanya nya pada Azka karena sedari tadi neisya tidur dengan berbantalkan bahu Azka.

Mereka masih d rooftops, Azka sudah mengajaknya untuk kembali ke ruang kamarnya namun gadisnya enggan untuk kembali dan malah tidur di bahu Azka.

"Pake jaketnya, dingin. " Azka bangkit berdiri. "Gak, gerah" azka berdecak kesal karena perintahnya tidak di ikuti.

"Yaudah gue tinggal nih" azka sudah bersiap untuk pergi namun lengan gadis itu menahannya "iya gue pake, tapi gue cape jalannya".

" Bilang aja Lo mau gue gendong" neisya hanya menunjukkan rentetan gigi putihnya, karena perkataan Azka ada benarnya dan hal itu membuat azka hanya menggelengkan kepalanya sambil menahan senyum.

Azka berjongkok didepannya dan neisya naik ke punggung Azka "badan Lo enteng banget" neisya membalas dengan berbisik di telinga azka " makanya entar bawain gue makanan yang banyak, biar gue cepet gemuk" ucap neisya Sambil tersenyum.

Azka hanya terkekeh geli mendengarnya, namun Azka bahagia karena neisya tidak lagi berbicara kasar padanya. Gadis itu menempelkan dagunya di bahu Azka.

Memang tubuh neisya amat kecil dengan tinggi tubuh yang ideal, dan hal itu membuat ia semakin dibenci oleh para wanita yang merasa kurang beruntung.

Drtt..

Ponsel di saku Azka bergetar sontak pria itu menghentikan langkahnya.
Azka menoleh kearah Neisya "Ambilin hp gue disaku depan, tangan gue susah ngambilnya". Neisya menurut kemudian ia merogoh ponsel itu di kantong celana Azka , rasa ingin tahunya begitu besar sampai ia berfikir yang tidak-tidak seperti pacar barunya itu memiliki gebetan. sekilas ia membaca nama sang penelpon firly. Ia tersenyum membaca nama itu, setidaknya bukan wanita lain yang menelpon azka. akhirnya Neisya menempelkan ponsel itu di telinga azka.

"Hallo?".

Neisya mendekatkan telinganya ke ponsel Azka untuk sekedar menguping pembicaraan, dan terdengar ocehan firly disana. Dengan cepat neisya mendekatkan ponsel itu ke telinganya .

"Ah Lo, ganggu aja orang lagi pacaran" neisya tersenyum mengatakan hal itu dan membuat Azka kembali terkekeh.

" nih gue Ama Abang Lo mau balik" tanpa menunggu jawaban dari Firly, dengan sengaja Neisya langsung memutuskan sambungannya.

"Let's go ojeg" kata neisya sambil menepuk pundak Azka. "Sembarangan Lo, gue turunin juga nih" sebetulnya ia hanya bergurau saja, ia tidak keberatan dianggap apapun oleh gadisnya itu.

"Iya ih Abang mah sensian amat"

"Sejak kapan Lo jadi ade gue?"
kemudian gadis itu tertawa renyah di pundak Azka, menurutnya hal seperti itu teramat sangat lucu di matanya.

Saat berjalan di koridor rumah sakit, banyak pasangan mata yang menatap iri pada mereka. Lebih tepatnya orang-orang merasa kagum pada mereka yang terlihat serasi. Neisya yang hampir sempurna Azka yang tampannya kelewatan.

"Ngapain si pada ngeliatin mulu heran deh gue" ucapnya bergumam pelan di telinga azka. "Abisnya Lo cantik" goda azka sambil menatap wajah neisya, dan hal itu berhasil membuat pipi neisya memerah.

"Ih apaan si" neisya menenggelamkan wajahnya di punggung Azka Untuk menyembunyikan rona merah di pipinya. Azka selalu saja seperti itu, sangat mudah baginya untuk membuat wajah neisya memerah seperti kepiting rebus yang telah masak. Dan sialnya, kulit putih yang ia miliki kali ini tidak menguntungkannya karena akan begitu terlihat memerah saat dirinya malu.

GuttedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang