49- kesel

1.8K 71 4
                                    

Semalaman citra tidak bisa tidur, pikirannya kacau, bahkan ia sangat gusar. Memikirkan perkataan Dirga membuat ia ketakutan setengah mati, ia ingin jujur namun rasa takut itu semakin besar. Semalaman juga ia terus memikirkan bagaimana cara untuk menjelaskan kepada mamahnya Karena semakin lama ia berniat menyembunyikan, masalah itu semakin menghantui pikirannya.

Saat matahari mulai masuk kedalam celah-celah gorden, ia buru-buru turun kebawah. Bahkan ia tidak mandi, dan penampilannya juga terlihat kacau, apalagi matanya yang terlihat sembab.
Dimeja makan hanya ada Kevin sendirian, ia lalu mendekat. "De mamah mana?"

Lalu Kevin menunjuk kearah dapur, berbarengan itu Susi muncul dari arah dapur. Wajahnya terlihat dingin, tanpa senyum sedikitpun. Ketegangan itu berimbas pada citra yang sudah berkeringat dingin, bahkan wajahnya pucat pasi.

Susi lalu duduk dan menyantap sarapannya, tidak ada sedikitpun kata yang terucap hal itu membuat citra semakin takut. Ia tahu Susi mendiaminya, itulah yang membuat ia merasa semakin bersalah.

Citra lalu ikut duduk dan sarapan.
"Ka cita..papa ko ngga pulang-pulang?"
Tanya kevin dengan intonasi seperti ingin menangis.

"Papah tadi malem pulang, Kan Kevin tidur. terus tadi papah berangkatnya pagi-pagi banget..jadi ngga ketemu Kevin.."ucap citra berbohong.

"Ka neca juga ngga pulang-pulang.."

"Kevin cepat makan rotinya!" Ucap Susi.

Bukannya menuruti perintah susi, Kevin malah ngambek dan berlari keluar sambil menangis.

"M-mahh?" Tanya citra ragu-ragu.

"Apalagi?! Diamkan adikmu itu..!" Bentaknya. Citra terlonjak kaget, namun ia buru-buru menyusul Kevin.

Saat ia selesai menenangkan Kevin dan membujuk Kevin agar mau pergi sekolah, akhirnya Kevin menurut dan pergi ke sekolah diantarkan oleh sopir.
Citra kembali masuk dan duduk di meja makan bersama mamahnya. Ketegangan itu kembali terasa, bahkan kali ini lebih parah. Hanya ada Suara dentingan sendok yang sesekali terbentur dengan piring.

"Apa ada yang ingin kamu katakan?" Tanya susi dingin.

Mendengar itu Dadanya kembali berdegup kencang, tangannya juga sudah berkeringat dingin.

Citra berusaha mengangkat kepalanya, melihat bagaimana reaksi Susi. Ternyata Susi hanya diam sambil memakan nasi gorengnya.

"Citra takut mamah marah.." katanya sambil menunduk.

"Mamah lebih kecewa kalo kamu tidak bicara."

"Mah..cit-" suara citra terhenti saat Susi meletakkan sendok dan garpu dengan begitu saja. Sehingga menimbulkan dentingan yang cukup keras.

"Apa benar yang dikatakan Dirga?" Tanyanya dingin.

Citra hanya mengangguk samar disertai dengan air mata yang mulai mengalir. Sama halnya dengan Susi yang merasa kecewa dengan kenyataan yang semula ia sangkal.

Susi tidak menyangka, anaknya tega berbuat hal seperti itu. Ia merasa telah gagal mendidik anak perempuan yang selalu ia bangga-banggakan.

Susi lalu bangkit dan pergi tanpa kata, sebelum terlanjur jauh, citra lebih dulu menggenggam tangannya sambil berjongkok.
"Mahh..maafin citraa.." katanya sambil sesenggukan.

"Mamah malu cit..mamah malu!" Katanya dengan air mata yang menggenang.

"Citra tau, citra salah.."

"Mamah gak habis pikir sama kamu..mamah gagal mendidik kamu!" Ucapnya sambil melepaskan tangan citra dan pergi ke kamar.

Citra ikut mengejar, namun terlambat pintu kamar itu sudah terkunci rapat. Citra terus mengetuknya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, ia menangis dengan terduduk di teras. Hatinya terasa sakit, saat Susi mengatakan itu. Ini pertama kali baginya, ia di bentak seperti itu.

GuttedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang