47- sama rasa

2.1K 66 6
                                    

Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun sepertinya hal itu tidak berpengaruh bagi Fandi. Nyatanya Fandi masih terus berkutat dengan segala pekerjaannya.

Neisya sedari tadi terus menatap Fandi yang sedang serius pada layar monitor di depannya, hal yang tidak pernah ia lupakan. Bahwa fandi adalah seorang pekerja keras, ukurannya ia selalu buta waktu jika sudah berhadapan dengan pekerjaannya itu. Neisya saja sampai lelah melihatnya, meskipun ia hanya menonton televisi sedari tadi.

"Sya, tidur sudah malam." Perintah fandi, tetapi matanya tetap menatap layar monitor.

"Pah, tidur udah malem." Perintah neisya membalikkan.

"Kamu ini.."

"sya.. tidur sudah malam."

"Neisya mau temenin papah," ucapnya.

Fandi tersenyum saat melihat neisya terus menguap, gadis itu benar-benar terlihat mengantuk.

"So soan kamu, papah saja sampai tidak bisa menghitung berapa kali kamu menguap.." ucap Fandi sambil tertawa.

"Neisya pengen denger penjelasan papah.."

"Besok kamu sekolah."

"Neisya belum ngantuk pah.. gimana kalo neisya bikinin papah kopi?" Ucapanya bersemangat.

Fandi hanya tersenyum melihatnya. Neisya langsung pergi ke dapur untuk membuatkan kopi. Namun belum lama neisya pergi, ia kembali muncul tetapi tidak membawa kopi.

"Neisya gak punya kopi.." lirihnya.

"Astaga kamu ini."

"Neisya gak pernah beli kopi, lagian buat apa."

"Jadi selama ini pacar kamu nggak pernah di kasih minum?"

"Nggak.. biasanya dia yang bawa makanan buat a-" Ucapannya keceplosan, dengan refleks ia langsung menutup mulutnya menggunakan tangan.

Fandi yang memperlihatkan putrinya itu, sontak ia tertawa singkat dan menutup laptopnya. "Jadi dia udah diakui pacar sekarang?"

"Pah..apaan si. Udah deh.." ucapnya sambil menutup wajahnya.

Fandi lalu duduk di sofa, kali ini ia terlihat lebih santai. "Kamu itu sama saja seperti mamahmu.. kelakuan kalian hampir sama persis, seolah kalian sepasang adik kakak saja"

Neisya merasa tertarik dengan hal yang Fandi bicarakan, ia lalu ikut menyusul duduk disamping Fandi. Neisya duduk bersila dengan posisi menghadap Fandi.

"Saat kami pacaran dulu, mamahmu sama sepertimu. Ia tidak pernah membuatkan papah minuman saat papah datang berkunjung, meskipun kakekmu sering kali menjewer telinganya..." kata Fandi sambil tertawa kecil.

Neisya juga ikut tertawa, memori singkat tentang ibunya itu kembali hadir. Ia tahu, mungkin saja papahnya sama seperti dirinya yang juga merindukan ibunya. Neisya lalu berbaring di sofa dengan berbantalkan paha papahnya. Fandi lalu mengusap kepala neisya.

"Demam kamu sudah turun.."

Fandi lalu menghela nafas "sya..Sayangnya mamahmu tidak bisa menyaksikanmu tumbuh menjadi gadis cantik, kamu telah dewasa. Ia pasti senang, melihatmu tumbuh sebesar ini.." Ucap Fandi tersenyum miris.

Neisya hanya diam mendengarkan setiap kalimat yang Fandi ucapkan.

"Vineisya..Safira memang ibu kandungmu, tapi Susi adalah ibumu saat ini." Ucap fandi hati-hati, ia takut melukai hati neisya.

"Neisya tau pahh.."

"Papah harap kamu tidak membencinya, ia hanya tidak tahu apa yang terjadi. Sama seperti papah sebelumnya, lebih mempercayai kebohongan yang ada.. kemarin Dirga menemui papah, ia lalu menjelaskan apa yang terjadi diantara kalian.."

GuttedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang