59- dua pribadi

1.6K 55 18
                                    


"Azka, ini asik banget!" Katanya setengah berteriak kalau-kalau Azka tidak mendengar karena suara angin.

Setelah dari butik, Azka membawa neisya ke tempat yang ia anggap rahasia. Sepanjang jalan neisya terus merengek karena perjalanannya yang tidak berujung, serta hari yang mulai sore dan ditambah lagi Azka tidak mau mengatakan kemana ia akan membawa dirinya. Tapi setelah sampai, neisya terkejut bukan main.

Ini bukan rooftops, ini lebih dari sekedar rooftops. Ini adalah tempat dimana angin bebas menerbangkan rambutnya sesuka hati, bebas membawa suaranya kemanapun. Azka membawanya ke dermaga. Keadaannya tidak terlalu ramai, hanya ada sebagian pasangan yang masih menikmati deburan ombak yang sedang kencang-kencangnya. Sementara neisya dan Azka duduk diatas dermaga yang sedari tadi neisya injak-injak kayunya karena ia merasa lucu, bahkan neisya melepas sepatunya hanya agar kakinya bersentuhan langsung dengan air.

Mereka duduk berdampingan, saling menautkan jari mereka masing-masing seolah mereka akan menghadapi ombak bersamaan. Keduanya terlihat senang, bahkan neisya terus tersenyum sedari tadi dan ia terus mengatakan kepada Azka bahwa ia bahagia. Itu membuat Azka ikut bahagia, meskipun ada beban besar yang mungkin neisya sendiri tidak mengetahuinya. Sejenak Azka melupakan itu, bersama neisya membuatnya lupa bahwa ada beribu alasan untuk ia sulit bahagia, dengan neisya pengecualian.

Azka menatap neisya yang tiba-tiba menyender pada bahunya. Neisya terpejam, senyumnya terus mengembang dan membuat Azka senang melihatnya. Meskipun sedang memejamkan mata, wajah polosnya terlihat begitu cantik membuat Azka tidak ingin mengalihkan pandangannya. Lalu terdengar neisya sedang menghirup udara dalam-dalam dan membuangnya dengan senyuman menunjukkan rentetan giginya. Azka tertawa melihatnya, ia lalu mencubit pipi neisya dengan gemas.

"Aaa-awww..sakit.." ucap neisya menjauhkan diri

"Lagian aneh banget ekspresinya.."

"Suka liatnya.."ucapnya menggoyang-goyangkan kakinya.
"Makasih yaa.." lanjutnya menatap Azka.

Azka hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut neisya. Setelahnya mereka saling terdiam, menatap laut lepas di hadapan mereka.

"Tadi pagi Lo abis kemana?"

"Nggak kemana-mana.."

"Gue nanya!"

"Gue Jawab!"

"Azka, ih..."

Azka tertawa,"abis beli buku buat firly."

"Baik banget jadi kakak," kata neisya sambil tertawa. Ini tertawa meledek yaa.

"Terpaksa. puas Lo?"

"Hahaha.. kenapa kalo sama gue baik banget," ucapnya seraya menaikkan turunkan kedua alisnya.

"Emang ada orang yang jahatin pacarnya sendiri?"

"Ya kan ada aja.."

"Ya ngapain pacaran kalo di jahatin terus?"

"nggak semua orang logikanya di pake."

"Kaya Lo!" ucap Azka seraya menoyor kepala neisya sementara neisya mengerucutkan bibirnya karena tidak terima.

Azka hanya tertawa, sebelum tawa itu lenyap karena suara notifikasi pesan yang menurutnya sedang meneriakinya. Lalu ia bangkit dan diambilnya ponsel itu dari saku,lalu membuka notifikasi tadi. Rahangnya mengeras, bahkan ia terlihat tengah meremas ponselnya kuat-kuat mungkin akan hancur jika saja bukan suara tawa neisya yang menyadarkan. Seketika amarahnya lenyap, berganti dengan lirihan di dadanya saat suara tawa neisya menyejukkan dadanya.

Gadis itu masih duduk di ujung dermaga, kakinya dengan sengaja berusaha ia turunkan agar tertabrak ombak. Saat ombak berhasil menyentuh kakinya, ia tertawa sendirian. Dengan sadar Azka menutup aplikasi perpesanan dan beralih kearah kamera.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GuttedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang