30- pernyataan

2.6K 92 3
                                    

"oh ya, gue mau ngomong". Azka membuka suara setelah beberapa waktu yang lalu hanya berpenghuni suara televisi.

Teman-temannya sudah pulang, dan saat ini hanya ada mereka berdua di ruangan yang terdominasi cat putih itu. Menonton acara televisi yang kurang menarik, setidaknya hal itu hanya untuk membunuh sepi yang terselimuti.

Saat teman-temannya sudah pulang, memang neisya sempat memaksa pada azka untuk berbaring di sofa sambil menonton acara TV. Jangan tanya berapa dialog yang dikeluarkan untuk berdebat perihal itu.

"Hm.." ia hanya membalasnya dengan gumaman kecil.Gadis itu tidak menoleh sedikitpun, wajahnya memang menatap ke arah TV namun lain dengan matanya yang menatap kosong.

Dan hal itu membuat Azka  kesal dibuatnya "Vineisya.."gadis itu selalu saja menguji kesabaran Azka . Gadis itu menjawabnya, tetapi tetap tidak menoleh "apa?".

"Gue kemaren udah telpon ke nomor rumah lo". Mendengar itu, gadis itu kemudian menoleh kearah azka . Perkataan Azka berhasil membuat jantungnya berdetak kencang. "Terus?". Ia memilih bertanya agar semuanya jelas.

"Yang angkat panggilan gue, kayanya cewe deh".

"Oh ya?". Kali ini ia duduk menghadap Azka,  dengan lututnya yang bersentuhan dengan paha Azka. Mereka duduk dalam satu sofa panjang yang berhadapan dengan tv.

"Gue udah kasih tau Lo masuk rumah sakit, tapi dia malah ketawa. Ga waras tuh orang kayanya". Azka merasa heran dan ia hanya menggelengkan kepalanya.

Mendengar itu, neisya menutup mulutnya berusaha agar tidak tertawa. Azka semakin keheranan dibuatnya.

"Lupa gue, Lo juga gak waras".

Neisya semakin tertawa terbahak-bahak mendengar itu. Tingkah Azka selalu berhasil membuat dirinya terhibur,apalagi saat Azka terlihat kesal.

" lucu banget si lo" neisya mencubit kedua pipi Azka dengan tangannya.

"Ganteng lagi" tambahnya percaya diri.

"PD banget lo" tangan itu kini beralih menoyor kepala Azka, sontak hal itu membuat Azka meringis."Heran gue, Lo jadi cewek tapi kaga ada manis-manisnya".

"Karena gue bukan tipe orang yang sukanya fake pencitraan, gue udah cantik ya kan?terus buat apa so manis di depan orang? Gak guna banget" Tuturnya pada Azka. Memang neisya gadis Yang blak-blakan tanpa pencitraan, dia mensyukuri dirinya meskipun dengan nasib yang menurutnya kurang beruntung.

"Gue setuju apa kata Lo, ya tapi nih jadi cewek tuh manisan dikit gak kasar kaya begini". Ucapnya sambil mendorong dahi neisya menggunakan telunjuknya.

"Gue gini aja banyak yang suka apalagi kalo sikap gue manis, gak kebayang sengartis apa gue" ia berhayal sambil tersenyum sendiri. Azka meraup wajahnya "ngayal Mulu idup Lo".

"Ish.." gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya. "Ka gue pengen pulang".

"Gak, Lo belum sehatan!" Azka bangkit dan menjauhi neisya, ia tahu setelah ini akan ada pertengkaran jika pembicaraan itu diteruskan.

"Tapi gue bosen, ngapain coba diem, tiduran, nonton gosip, makan, minum obat monoton banget kegiatan gue. Mana hp gue Lo ambil lagi" ia melipat kedua tangannya di depan dada, tidak habis pikir dengan Azka yang begitu overprotektif terhadapnya.

Mendengar penuturan itu azka sempat kasihan, setelah di pikir-pikir memang sepertinya dirinyalah yang terlalu berlebihan mengekang.

Azka menghembuskan nafas panjang, ia berbalik dan berjalan ke arah neisya"ayo ikut gue". Neisya terkejut, tidak seperti yang ia bayangkan dengan pertengkaran yang akan hadir setelahnya. Namun sebaliknya "hah..kemana?".

GuttedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang