53- azka dengan jiwa lain

1.6K 79 4
                                    

"dengar azka. Ayah sudah putuskan ini, kamu tidak lagi bisa membantah. Cukup lakukan apa yang ayah perintah!" ucap pram dengan wajah lelahnya yang terlihat kesal.

"Yah, kita masih bisa mengundurkan diri. ini terlalu cepat untuk Azka," ucap Ratih mencoba memberi saran. Memang suaminya benar, ini langkah yang tepat terlebih Azka yang tak kunjung memberikan kepastian. Tetapi ia juga merasa kasihan terhadap anak laki-lakinya yang terlihat kacau.

"A-azka ingin ikut serta tahun depan." Putus Azka.

"Tidak bisa!" Sergah pram.

"Tapi yah-"

"Kenapa? vineisya lagi?!" Ucap pram membentak.

Azka menggertakkan giginya kuat-kuat, "dia gak tau sama sekali!" Teriak Azka tak kalah kencang seraya berdiri dan meninggalkan keduanya.

Dalam langkah pasti, beriringan dengan nafasnya yang memburu karena kesal ia meninggalkan ruang kerja ayahnya dengan emosi tersulut. Semula ia hanya diam, menurut bahkan mendengarkan segala perkataan ayahnya. Tetapi ia merasa tidak terima, saat neisya di salahkan sementara gadis itu tidak mengetahui sedikitpun. bagaimanapun tidak ada yang bisa membantah kehendak ayahnya. Berulangkali ia mencoba menjelaskan, namun Pram selalu membuatnya takut sebelum ia mencoba menjelaskan. Dalam langkahnya Azka tersenyum miris, menghapus darah yang menetes dari sudut bibirnya bekas tamparan ayahnya. Pram tidak akan menapar jika emosinya tidak membuncah seperti tadi, ia tahu bagaimana ayahnya. Oleh sebab itu Ia tidak menyangkal, ini memang salahnya, tidak berprinsip teguh dengan mudahnya goyah saat perasaan sudah terlibat di dalamnya. Namun sekali lagi ia dihadapkan pada dilema yang membuatnya kesulitan tidur di setiap malamnya, yang membuat matanya memerah.
"Arghh..!" Teriaknya seraya mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

                                        ***
"Iyaa bentar, gue lagi pake sepatu. Gak sabar banget si lo." Racaunya pada ponsel yang di jepit antara Teling dan pundaknya. Sementara tangannya sibuk memakai sepatu.

Neisya rencananya akan pergi hangout bersama teman-temannya, mencari hiburan. Sudah lama rasanya tidak pergi dengan mereka, karena waktunya selalu saja disita oleh Azka. Meskipun begitu, ia tetap senang meski harus menerima segala umpatan dari kedua sahabatnya karena sibuk pacaran.

Harusnya tadi pagi ia bangun pagi, tetapi ia malah kesiangan karena lupa memasang alarm juga karena azka pula yang terus mengganggunya. Akibatnya ia kerepotan mempersiapkan segala hal, ditambah dengan ketidak sabaran kedua sahabatnya untuk menunggu.

Setelah selesai ia buru-buru pergi, dengan berlari-lari kecil. Namun lift yang tak juga terbuka membuat ia mengumpat kesal. "Ishh..." Ia terus melirik jam tangannya dengan gusar.

Ting,pintu lift terbuka begitu juga dengan mulutnya yang ikut terbuka lebar. Lihat siapa yang ada di depannya, membuat segala pertahanannya runtuh dan membuat dadanya berdegup kencang. Lalu  ia tersenyum kikuk menyembunyikan rasa paniknya.

"Mau kemana Lo?" Tanya azka.

Niatnya ia pergi hangout dengan sahabatnya sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan azka, ehh tapi malah begini ujungnya. Karena semalam ia sudah meminta izin pada azka, tetapi pria itu tidak mengizinkannya. Bahkan ia mencoba untuk membujuk dengan memohon, tetap saja pria itu bersih keras. Akhirnya dengan segala godaan dari kedua sahabatnya, ia berani memutuskan pergi secara diam-diam, Tentu tanpa memikirkan segala resiko yang seperti ini dihadapkan padanya.

"K-ke minimarket depan.." ucapnya gugup karena aura azka terlihat sangat tidak mengenakkan.

"Bawa tas?pake sepatu? ngapain Lo pake baju kaya gitu?" Ucap azka saat meneliti pakaian neisya yang memakai dress hitam yang hampir mengekspos sebagian pahanya.

GuttedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang