Chapter 20: Rewind time

1K 65 18
                                    

Yuni the new Maou

Tubuhnya diselimuti cahaya lalu menghilang. Raigu sekali lagi berpisah dariku. Setidaknya aku tau bahwa dia ada disini dan dia juga memiliki kekuatan yang besar.

"Pertarunganku telah usai. Tapi sepertinya disana belum. Huft... Aku sudah capek banget... Dasar Raigu dia main pergi aja, padahal dia datang dengan wanita itu tapi malah main pergi sendiri. Dasar cowok bego. Kalo begini cewek itu bakalan mati ditangan Azazel. Raigu kamu gak mikirin sampe situ? Atau kamu pikir dia udah selamat tadi? Kamu gak tau kalo dia dihadang? Kamu belum berubah memang yah... entah disini, atau didunia yang sebelumnya bahkan mungkin didunia yang akan datang. Kamu masilah Raigu, tidak berubah. Kenapa aku malah Ngomong sendiri disini sih? Kenapa aku meneteskan air mata? Raigu belum mati kok, Raigu cuma ngilang dia pasti bakalan balik. Pasti!."

Aku mengoceh terus menerus sambil pergi mengarah kearah Azazel. Air mata mengalir entah kenapa membasahi pipi. Aku masih terperangkap dengan pemikiran bahwa Raigu mungkin tidak akan bertemu lagi denganku.

Aku didunia sebelumnya pernah berpisah dengan Raigu dalam kurun waktu yang lama. Bahkan setelah datang kesini, aku berpikir bahwa Raigu tidak akan bertemu lagi denganku.

"Apalah arti dari pertemuan ini. Takdir seperti apa yang akan menantiku? Pertemuan dengan Raigu bisa saja berkat ataupun kutukan. Aku tidak bisa menilai itu sekarang karena aku belum melihat keseluruhan cerita. Tidak mungin menilai suatu buku hanya dengan membaca selembar kertas. Tidak mungkin mengerti suatu ungkapan hanya dengan mendengar satu katanya."

Aku terus mengoceh sendiri. Jarak yang kutempuh sudah setengah perjalanan. Dengan menggunakan sihir, aku bisa langsung sampai disana dalam kedipan mata. Hanya saja aku ingin terbang lebih lama lagi, menikmati angin segar sambil berharap melupakan sosok kampret tadi.

Kecepatan terbangku memang tidak terlalu cepat. Pada akhirnya aku menghabiskan sekitar 2 menit untuk sampai kelokasi Azazel. Pertempuran hebat terjadi disana antara para raksasa.

Raksasa dari jutaan senjata berapi-api, Robot raksasa dengan kesan sci-fi, dan Tanaman Raksasa yang menjijikan, saling bertukan baku hantam di langit. Aku tau bahwa mendekat adalah hal yang bodoh, sekalipun ketahanan yang aku miliki termasuk tinggi, tetap saja bodoh rasanya untuk masuk ketengah-tengah pertempuran hebat. Alhasil yang bisa kulakukan hanya mengamati dari jarak aman.

Jalannya baku hantam sangat epic dilihat dari sudut pandangku. Mereka bertiga terus menerus bertukar serangan, pukulan, sihir,  laser, zat asam, benda tajam, dan sulur-sulur tanaman seakan-akan menari-nari dilangit dengan koreografi yang begitu sempurna. Mereka bertiga terlihat seimbang tanpa ada yang lebih unggul dari yang lain. Serangan yang mereka lepaskan tidak ada yang mampu mengakihir pertempuran gila ini. Sinar laser yang ditembakan oleh robot itu tidak berdampak pada senjata sihir ataupun tanaman magis itu. Pedang sihir yang dilesatkan oleh azazel tidak dapat mengoyak robot itu, memang tanaman magis itu bisa dicincang oleh badai senjata azazel, tapi tanaman itu terus menumbuhkan sulur guna keperluan regenerasi. Disisi lain Zat asam dan sulur tanaman magis begitu lambat sehingga tidak dapat mengimbangi kecepatan azazel maupun robot itu. Sesekali zat asam berhasil mengenai mereka, tapi zat asam itu tidak dapat melelehkan apapun. Raksasa Azazel terbuat dari senjata sihir, zat asam tidak berdampak apa-apa bagi dia. Aku tidak tau dari apa robot itu tercipta, tapi pedang sihir saja tidak berdampak mana mungki zat asam akan meberikan dampak.

Pertarungan ini mengalami kebuntuan. Tidak ada satu pihakpun yang dapat melakukan serangan penghabisan. Jika begini terus, yang pertama kehabisan energi sudah pasti kalah.

Pertarungan ini jelas berat sebelah bagi Azazel, dia menggunakan skill yang mengonsumsi hidupnya, jika pertarungan ini berlangsung lama aku yakin Azazel yang akan tumbang pertama kali.

Aku Ke Isekai Dan Tetap Ingin Menjadi OtakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang