HC.2[14]🌿

3.1K 217 20
                                    

~ Pembaca yang budiman adalah pembaca yang menghargai penulisnya, budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah membaca~

🍁🍁🍁

Sebulan kemudian. .

Hari-hari berlalu begitu cepat. Kesibukan yang Attha dan Aaliya jalani tidak menghalangi keharmonisan mereka. Mereka tetap menjalani hidup dengan semangat dan bahagia. Penuh syukur, tentu.

Dua bulan sudah Aaliya mengandung. Hanya tinggal menunggu waktu tujuh bulan lagi, ia akan menjadi seorang ibu. Menjadi seorang ibu katanya akan melengkapi kesempurnaan seorang wanita. Dan Aaliya sangat tidak sabar menunggu waktu itu tiba.

Hari ini adalah hari sabtu. Aaliya mendapatkan cuti dua hari. Dan pagi hari ini Aaliya sedang dalam perjalanan menuju rumah ayah dan bundanya. Attha tidak ikut bersamanya karena ia sedang keluar kota bersama Andra dan Haikal untuk satu minggu. Dan sore ini Attha akan pulang.

Dan beberapa waktu kemudian, Aaliya sampai dirumah bundanya. Ia segera turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah yang telah menjadi saksi hidup Aaliya selama dua puluh empat tahun. Dirumah inilah Aaliya dibesarkan dan dididik oleh nenek dan bundanya.

Dengan mengenakan setelan gamis berwarna hitam dan khimar berwarna peach, Aaliya terlihat begitu anggun dan mempesona.

Ting nong

"Iya tunggu sebentar!" suara seorang pria dari dalam rumah.

Cklek

Kini berdirilah seorang pria di ambang pintu. Ia mengenakan setelan kaos berwarna biru dongker sebagai atasannya dan sarung sebagai bawahannya.

"Assalamu'laikum ayah!"

Aaliya dengan cepat menghamburkan pelukan pada pria setengah baya yang bernotabene ayahnya. Iya, dia adalah Rizvan.

"Waalaikumsalam sayang." Rizvan membalas pelukan dari putri sulungnya itu.

"Aaliya kangen ayah." ia terus memeluk ayahnya dengan sangat erat. Rizvan terkekeh samar.

"Kamu ini sudah menikah tapi kelakuan masih seperti anak smp. Ayah juga kangen sama kamu nak." kekeh Rizvan.

Aaliya melepaskan pelukannya.

"Kan Aaliya udah lama gak ketemu sama ayah. Udah hampir dua bulan." Aaliya mencebikkan bibir mungilnya.

"Haha. Kamu ini selalu saja membuat ayah rindu akan tingkah manjamu." Rizvan mencubit pipi Aaliya dengan gemas.

"Siapa yah?!" teriak seorang wanita dari dalam rumah.

"Tamu tak di undang nih bun!" sahut ayahnya. Ia menatap Aaliya sembari mengul senyuman.

"Ayo sayang masuk, bunda dan nenekmu pasti senang melihat kamu datang. Mereka sangat merindukanmu." Rizvan menggandeng Aaliya memasuki rumah.

"Nenek hampir tiap malam nelfonin Aaliya mulu." kekeh Aaliya.

"Iya kah? Bilang apa nenek?" tanya Rizvan.

Hijrah Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang