HC.2[23]🌿

2K 188 27
                                    

-Pembaca yang budiman adalah pembaca yang menghargai penulis. Budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah membaca-
🌿🌿🌿

Dari kejauhan Aaliya melihat putrinya tengah bersenda gurau dengan Nazwa. Aaliya kembali berlari untuk menghampiri putri kecilnya namun semakin Aaliya berlari jauh, bayangan Athalia dan Nazwa semakin menghilang. Matanya sudah bengkak, wajahnya begitu sembab, entahlah sudah berapa lama Aaliya menangis.

Aaliya terjatuh karena lututnya lemas. Ia menangis terisak.

"TALIA!!" jeritnya. Ia menangis sesegukan. Aaliya sudah tak melihat lagi bayangan Athalia dan Nazwa.

'Ummi'

'Ummi'

'Ummi'

Aaliya menghentikan tangisnya. Ia terkekeh samar. Ia menghapus airmatanya.

"Talia?!" Aaliya mendongakan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Talia?!" Aaliya mendongakan kepalanya. Ia melihat bayangan putrinya sedang tersenyum padanya.

"Kembalilah ummi." ujar Athalia.

Aaliya ingin menyentuh putrinya namun nihil, bayangannya menghilang dengan cepat.

"TALIA!!" Aaliya kembali menjerit. Menangis dan meluapkan rasa sesak di dadanya.

🌿🌿🌿

Seminggu kemudian. .

Hari ini Gibran mengunjungi istrinya di balik jeruji besi. Memang tidak ada bukti, namun kesaksian Bella dan Bi Ratih telah menguatkan Okta bersalah. Padahal pelaku sebenarnya adalah Bella sendiri.

Gibran tengah mengendarai mobilnya sambil sesekali ia melirik ke arah samping melihat sebuket bunga mawar merah kesukaan istrinya, Okta. Gibran terus tersenyum karwna sebentar lagi ia akan melepas rindu setelah seminggu tidak bertemu Okta.

Sementara di kantor polisi, Okta tengah berbincang dengan seorang perempuan. Ya, Bella hari ini datang menjenguk Okta.

Bella terkekeh melihat Okta yang saat ini tengah berdiri di balik jeruji besi dengan wajah sendunya.

"Akhirnya tuhan membalas perbuatan jahat lo ya." Bella mengusap wajah Okta.

"Saya tidak jahat! Saya tidak pernah melakukan hal keji itu!" jawab Okta.

"Apa? Bisa di ulangi?" Bella mengaitkan rambutnya ke belakang telinganya.

"Bukan saya pelakunya!" pekik Okta. Matanya sangat merah.

Bella terkekeh.

"Tapi kenyataannya lo yang melakukan itu bukan?" tanya Bella.

"Demi allah bukan saya pelakunya!" Okta kini meneteskan airmatanya.

Hijrah Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang