HC.2[18]🌿

2.6K 178 9
                                    

-Pembaca yang budiman adalah pembaca yang menghargai penulis. Vote sebelum membaca dan comment setelah membaca-
🌿🌿🌿

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya Bella sampai di kantornya. Dengan langkah yang tergesa dia memasuki lift. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Setelah pintu lift terbuka, Bella segera melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruangannya. Bella terlihat begitu mempesona dengan setelan baju berwarna biru sebagai atasannya dan rok mini berwarna mocca sebagai bawahannya.

"Pokoknya semua barang-barang ini saya tidak mau melihatnya lagi di kantor ini. Cepat buang semuanya!"

Bella diam mematung melihat ruangannya berantakan dan seorang pria setengah baya tengah sibuk memarahi sekertarisnya yang bernama Diana.

"Hentikan!" pekik Bella. Seketika Diana, pria tadi dan beberapa karyawan yang berada disana pun melirik ke arah sumber suara. Bella berjalan menghampiri pria tersebut.

"Oh akhirnya datang juga orang yang ditunggu-tunggu." decak pria setengah baya tersebut. Bella menatap pria tersebut dengan tatapan yang tajam.

"Saya sudah berusaha untuk menghentikannnya bu, tapi-- " Bella mengangkat tangannya sebagai pertanda agar Diana berhenti bicara. Ia sama sekali tak memalingkan wajahnya dari tatapan pria tersebut.

"Pak Bimo Natakusuma wijaya yang terhormat. Apa-apaan ini? Kenapa anda merusak ruangan saya? Anda lupa anda sedang berada dimana? Ini kantor saya." Bella menekankan ucapannya. Sedangkan pria yang bernama Bimo itu pun hanya tersenyum miring.

"Hey Ibu Bella Agnesia yang terhormat. Anda jangan lupa anda hanyalah tangan kanan dari pemilik perusahaan ini. Tapi sekarang anda bukan siapa-siapa lagi. Jadi lebih baik anda angkat kaki dari perusahaan ini." ujar Bimo.

"Berani sekali anda berbicara seperti itu pada saya! Anda lupa? Saya adalah orang kepercayaan Ibu Sandra. Saya juga adalah sahabatnya, saya bisa membuat anda menyesal karena telah merusak perusahaan ini." ujar Bella.

"Maaf Ibu Bella, sayangnya sekarang saya adalah tangan kanan dari ibu Sandra. Beliau sendiri yang meminta saya untuk mengambil alih perusahaan ini dari anda." ujar Bimo. Bella terkekeh.

"Kalo anda pikir lawakan anda ini lucu, anda salah besar. Ini gak lucu sama sekali." Bella menggebrak meja kerjanya. Semua karyawan yang berada disana saling berbisik satu sama lain.

"Jangan pernah rusak properti perusahaan ini. Anda bukan siapa-siapa disini." Bimo menunjuk wajah Bella. Bella memegang jari telunjuk Bimo dan menghempaskannya.

"Anda harus belajar bersopan-santun terhadap atasan!" ujar Bella.

"Ibu Bella Agnesia yang terhormat, saya tegaskan sekali lagi. Anda di pecat tanpa hormat oleh Ibu Cassandra Alivya, pewaris tunggal dari perusahaan ini." ujar Bimo. Bella terkekeh.

"Sandra tidak mungkin melakukan itu. Dia sudah mempercayakan perusahaannya ini kepada saya. Anda jangan mengigau pak Bimo!" wajah Bella mulai memanas. Emosi sudah menguasai dirinya saat ini.

"Baiklah jika anda tidak percaya, silahkan anda bicara sendiri dengan ibu Sandra." Bimo mengotak-atik ponselnya lalu memberikannya pada Bella.

Hijrah Cinta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang