"Kenapa kau tertawa?" tanya Taeri sambil mengerutkan keningnya menatap Jeon Jungkook yang berada di sampingnya.
Menghentikan mobil di tengah jalan sepi yang bermil-mil jauhnya dari Abel Wood. Sepi dan tenang, menemukan tempat untuk melarikan diri melempar segala pelik dan muak yang membutuhkan pelepasan. Menjerit sekencang-kencang seperti pesakitan. Udara sejuk menyapu rambut mereka dengan kanang-kiri layaknya padang hijau-kerap seperti video klip musik di mana seorang wanita menari-nari sambil membuang uang dengan pakaian kuning aneh. Tapi sungguh, ini begitu nyaman.
"Aku bahagia. Tidak pernah membayangkan akan pergi berdua saja seperti ini dengamu." Mata jungkook menyipit dengan kerutan di ujung pipi yang terhubung pada mata dan hidung-orang-orang biasa menyebutnya eyecrinckle.
Taeri menyederkan kepalanya di dada Jungkook. Tertegun sesaat namun Jungkook langsung merangkul Taeri. Berusaha memberikan kenyamanan pada gadis yang kenyataannya adalah milik orang.
"Kook, terima kasih ya."
"Aku sudah bilang akan selalu di sampingmu. Di pihakmu. Mengejutkan tiba-tiba kau datang mengajakku membolos. Apa tadi noona bilang? Menculikku?" Jungkook kembali tertawa mengingatnya. Menurut Jungkook itu seperti lelucon lucu. Pengandaian manis dengan menyebut meminta diculik.
"Tapi Kook-kalau aku serius bagaimana?" tanya Taeri tiba-tiba dengan nada kelewat serius. Menghentikan tawa Jungkook tiba-tiba. Membuat kedua manik itu saling bertapan membaca satu-sama lain.
"Kalau aku meminta kau menculikku, apa kau akan melakukannya?" tanya Taeri kembali seakan memperjelas. Menunjukan sejauh mana keseriusan Taeri. Mungkin terkesan sepele, tapi Taeri bukan tipe orang yang akan melemparkan pertanyaan yang lewat begitu saja. Semuanya benar-benar dia ingin tahu dan bermaksud sesuatu.
"Kenapa kau ingin diculik?" tanya Jungkook balik. Setiap pertanyaan yang Taeri lontarkan, jawabannya harus benar-benar dipikirkan karena segalanya akan mempengaruhi hubungan mereka berdua.
Sudut bibir Taeri sedikit tertarik ke atas. Tersenyum asimetris di mana rasa bahagia, bangga, kagum, angkuh dan lick jadi satu. Sulit ditebak sekaligus menjadi pesona utama di mana Jungkook akan kepayang dibuat. "Karena-aku ingin menghilang-mungkin. Tak mau ada satupun yang menemukan."
Jungkook terdiam sesaat dan mengangguk-angguk. Benar-benar berpikir hati-hati. "Aku akan melakukannya," jawab Jungkook pasti.
Kedua alis Taeri menaik, semakin tertarik. "Benarkah?"
"Aku sudah bilang kan, akan selalu di pihakmu."
"Bagaimana kalau aku berusaha kabur? Mencari pertolongan untuk itu?" tanya Taeri lagi.
Jungkook tak mengerti. Alisnya menukik menatap Taeri seksama, mencari-cari jawaban dari segala yang dia pertanyakan. Tapi sekali lagi tak ada yang pernah tahu jelas isi pikiran Taeri. Entah apa maksud meminta diculik, ingin menghilang, tetapi mencoba kabur dan meminta tolong.
Tapi Jeon Jungkook selalu bisa mengatakan apa yang Taeri harap dengar. Jawaban yang belum tentu orang katakan.
"Aku akan membuatmu terjebak tidak dapat ke mana-mana. Seperti yang kau bilang di awal, kau ingin diculik. Aku berpegang teguh pada keinginanmu.
Teorinya simple, Aku akan selalu di pihak noona. Noona mengatakan kalau ingin diculik, maka aku akan melakukannya. Tapi ketika noona mencoba kabur dan meminta tolong, bukan padaku. Maka aku tidak perlu melakukannya dan tetap menculik noona. Kecuali noona memintanya padaku."
Taeri terdiam sesaat dan tertawa sambil mengangguk.Membenarkan ucapan Jungkook.
Mata bulat Jungkook membesar dan mengangguk girang. "Jawabanku benar kan? Ini benar-benar seperti riddle. Kim Taeri memang hebat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETS ✓
FanfictionBeberapa orang memiliki rahasia yang ingin selalu disimpan rapat-rapat. Sebuah kelam yang tak ingin siapapun tahu. Adapula kegembiraan dari suatu dosa. Begitu juga Jeon Jungkook dan ketujuh temannya. Namun kematian Lee Subin yang menggemparkan kota...