SECRETS ✓

XXI. FUNERAL

Kedua kalinya Abel Wood menggempar. Tak ada lagi kota tenang yang diagungkan. Mustahil ketika dua kematian dalam jarak tak jauh hadir mengisi keseharian. Ramai parade duka dengan pakaian hitam dan nyanyian syahdu entah untuk kesedihan, rasa kehilangan atau ketakutan. Menyatu dengan sekali lagi hujan yang seenaknya ikut serta. Rumput-rumput mungkin kegirangan, tapi tanah basah yang membuat kotor pada sepatu atau ujung celana sangat mengganggu. Taruhan banyak yang merutuki diri mengapa harus datang ke pemakaman itu. Tapi hampir keseluruhan tetap datang di kota kecil seperti ini. Sebuah tradisi. Atau memang seperti sebelumnya, mengawasi siapa yang paling mencurigakan. Satu-sama lain menjadi lebih berhati-hati dengan perasaan begitu was-was.

Nama Park Jimin tertulis di batu nisan. Beberapa bulan lalu, pria itu berdiri di tempat orang-orang yang sedang melihat pemakamannya sekarang. Perasaan kalut mengingat kematian Subin yang begitu tiba-tiba. Namun sekarang dirinya sendiri yang menggantikan. Berbaring dibalik peti mati yang mengkilap.

Taehyung mengeratkan rangkulannya pada Taeri sambil bersama berlindung dibalik paying besar. Meremas bahu kekasihnya dengan air mata sudah mengalir sejak tadi. Bagi Taehyung, Jimin adalah segalanya. Pria itu sudah seperti bagian dirinya sendiri. Teman minum yang sejujurnya Taehyung tak begitu berbakat dalam hal itu, tapi dia akan tetap menemani Jimin. Begitu juga Jimin yang akan mendengarkan keluh kesahnya serta deretan kebrengsengkan yang selalu dimengerti Jimin. Teman berbagi kegilaan dan pelarian ketika hidup sudah begitu menyesakan. Terlihat kacau tapi kenyataannya mereka saling mengisi. Menguatkan dengan cara mereka sendiri. Mereka hancur tapi meyakini diri memilki satu-sama lain.

Jangan tanyakan bagaimana Jung Isla. Mendengar Jimin telah pergi dia kehilangan seluruh dunianya. Jimin adalah satu-satunya alasan dia menjadi gadis paling tolol yang rela dikelabuhi berkali-kali demi mendapatkan sebuah kenyamanan. Rela dimanfaatkan untuk segala peluk yang diberikan Park Jimin. Tapi sekaran Isla kehilangan segalanya bahkan ketika dia belum pernah memiliki seluruhnya.

Eunbyul mengangumi Jimin. Ketertarikan tentu ada namun bukan dalam hubungan romansa. Jimin itu seperti sebuah cahaya yang menyimpan kegelapan dalam-dalam. Begitu memukau dan juga misterius. Di sisi lain karena dia mengatahui bahwa Jimin menyayangi Taeri. Dia tahu bahwa Jimin adalah pria yang baik sekalipun berusaha terlihat sebaliknya. Pun karena itu dia sangat menghargai Park Jimin.

Eunbyul sibuk memeluk Isla, menenangkan gadis itu dengan Hoseok yang siaga menutupi tubuh kedua wanita itu dengan payung. Tak masalah sama sekali harus kesulitan memposisikan diri untuk memegang dua payung.

Jeon Jungkook jelas tak baik-baik saja. Mungkin baginya Kim tAeri ada di strata teratas, tetapi Jimin punya tempat sendiri. Bagaimana pria itu selalu memperlakukannya seperti adik kesayangan membuat ia yang penuh dengan dirinya sendiri mulai melembut. Jimin mengisi kesepian yang dihujani kedua orang tuanya. Jimin juga yang paling mengerti tentang kegilaannya mencintai Taeri tanpa pernah menghakimi.

Mungkin bisa dibilang Jimin seperti pengamat namun tahu cara bertindak tanpa menghakimi.

Ciara tentu tak memiliki alasan apapun untuk membenci atau menyukai Park Jimin. Keduanya seimbang. Tapi setidaknya Jimin tak pernah membuka mulut tentang hubungannya dengan Taehyung sampai terungkap sendiri. Ciara tahu bahwa Jimin tak pernah memihaknya. Tak pula menyukainya. Tapi pria itu tahu bagaimana tidak mencampuri urusan orang lain. Di samping itu, ia sadar bagaimana cara Jimin melihatnya. Bukan dengan pandangan jijik yang menghakimi, tapi kerap tatapan kasihan. Ia benci dikasihani, tapi kadang dia membutuhkan itu. Setidaknya ada satu yang menyadari bagaimana dirinya tersiksa tenggelam sendiri dalam obsesinya pada Kim Taehyung.

Yumi ikut berdiri di sana karena satu-satunya alasan adalah, ia tak mungkin mengabaikan kenyataan begitu saja bahwa Jimin telah mati. Kenyataan bahwa ada seseorang di luar sana yang mengincar mereka.