Kekacauan terjadi di Abel Wood. Seokjin adalah salah satu yang dipusingkan. Keluarga Kim adalah kunci bagaimana bekerjanya kota kecil itu. Sang Ayah yang lebih mirip dictator mengoceh dan kembali memberi tekanan seperti biasa. Tak pernah berubah bahkan di umurnya yang cukup dewasa. Dia sampai harus mengambil cuti dari rumah sakit karena sang Ayah—Tuan Kim—meminta bantuan langsung. Kalau sudah begini, akan ada pertemuan meja bundari antar keluarga Kim dan saling membagi tugas untuk kembali mengontrol kedamaian di Kota Abel Wood. Menyebarkan rasa aman dan nyaman—bagaimanapun caranya. Persetan dengan peneror yang membuat semuanya memburuk.
Bagi Seokjin sebenarnya si peneror itu tak ada apa-apanya, hanya saja dia melakukan semuanya dengan baik. Persis seperti cara keluarga Kim bekerja. Perbedaannya hanya keluarga Kim mengontrol dan memberikan perasaan aman pada kota Abel Wood yang sebenarnya tidak benar-benar seperti itu. Layaknya kota sempurna yang begitu didambakan karena dapat mengontrol sekelompok dan menyebar pada yang lainnya. Image memang hal terpenting. Sementara peneror—atau kita sebut saja teroris—bekerja dengan cara sama untuk tujuan berbeda. Meneror sekelompok orang hingga membuat yang lain kalang kabut merasa hidup dalam ketakutan dan tidak aman. Padahal jika dipikir, kalau bersama-sama, peneror itu akan habis.
Tentang kematian Subin, Seokjin tak terlalu peduli. Bahan sejauh ini siapa yang dibunuh peneror benar-benar tak mengganggunya sama sekali. Malahan bagus gadis jalang itu mati. Seokjin menyukai Subin yang kerap memanjakannya di atas kasur dengan lihai. Wanita itu memang ahli dalam merayu dan tempo hari dia sadar mengapa dia melakukan hal seperti itu. Dia ingin menghancurkan adiknya sendiri—Kim Taeri. Jelas salah satu caranya adalah bercinta dengan Ayahnya sendiri. Mengingatnya membuat Seokjin mual ingin muntah. Entah bisa disebut sebagai alasan keluarganya hancur atau tidak karena memang sejak awal sudah hancur, tetapi Subin memperburuknya.
'Bagaimana bisa dia datang ke rumah sebagai teman Taeri dan lalu menggodaku namun keesokannya aku melihat dia keluar dari kamar ayah?' Seokjin benar-benar tak habis pikir.
Kalau membahas tentang Park Jimin? Baguslah salah satu toxic dalam kehidupan adik kesayangannya lenyap.
Tetapi hari ini ketika memasuki rumah bersama sang Ayah untuk menemui Taeri, Seokjin menemukan wajah lain di dalam rumahnya. Pria yang serupa dengan Jimin—sama-sama toxic dalam kehidupan Taeri. Masih ingat sekali bagaimana dua bocah kecil yang kerap membuatnya muak berada di sekeliling sang adik. Membuat adik manisnya menjauh dan bersikap seperti anak kampung.
Min Yoongi.
Muak sekali ketika pria itu sok membela Taeri saat sang Ayah sedang berbicara. Sok tahu seolah dia yang paling mengerti Taeri. Sok bersikap seperti pahlawan, persis seperti Ayahnya—mantan sherrif Abel Wood yang sudah mati. Bahkan sekarang pria itu sudah menjadi detektif. Mungkin pada akhirnya akan mati juga. Ya, semua orang memang pada akhirnya mati.
Suka sekali ketika Taeri mengatakan kalau Yoongi tak perlu ikut campur. Memang seperti itu harusnya.
Taeri itu miliknya. Mereka itu adalah saudara—hubungan darah yang bagaimanapun tidak akan dapat dihapus. Orang-orang yang mengatas-namakan cinta pada Taeri, rasanya membuat dia ingin tertawa. Tidak ada yang mengerti bagaimana rasa sayang yang begitu kuat antar dirinya dan sang adik. Hanya mereka yang tahu. Semuanya sudah terbukti sejak kecil di mana Taeri akan selalu menggenggam tangannya ketika gemetar ketakutan. Bahkan saat tak ada satupun yang sadar, Taeri akan sadar.
Taeri kecil itu menggemaskan, sering tersenyum. Tetapi Seokjin tak suka itu. Dulu dia menganggap Taeri adalah kedatangan yang mengganggu di dunianya. Tak mengerti mengapa Sang Ibu harus melahirkan lagi sementara dia adalah cukup. Bocah kecil itu kerap berlarian ke sana – ke mari ditambah dua bocah lainnya—Yoongi dan Jimin. Bagaimana bisa mereka setenang itu sementara Seokjin sejak dulu yang dilakukannya adalah belajar dan belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETS ✓
FanfictionBeberapa orang memiliki rahasia yang ingin selalu disimpan rapat-rapat. Sebuah kelam yang tak ingin siapapun tahu. Adapula kegembiraan dari suatu dosa. Begitu juga Jeon Jungkook dan ketujuh temannya. Namun kematian Lee Subin yang menggemparkan kota...