II. IGNORED

27.1K 3.5K 389
                                    

Kehadiran Jimin yang sudah sekitar satu jam di rumah Kim Taehyung sama sekali tak diacuhkan. Pria itu sibuk mencak-mencak sendiri berkutat pada ponsel. Sesekali berteriak kesal mengalahkan musik yang menggema memenuhi rumah besar itu. Tentu alunan musik kelewat kencang itu bukanlah masalah besar karna kedua orang tuanya bisa dihitung jari berada di rumah—terlalu sibuk. Rumahnya hanya diisi oleh dirinya sendiri, kakaknya dan tentu saja Park Jimin sebagai penghuni tetap. Bahkan rasanya Jimin lebih sering tidur di rumahnya daripada flat-nya sendiri.

Jimin sendiri tak begitu masalah. Dia tahu sahabat baiknya itu sedang kacau—walaupun itu karna ulah Taehyung sendiri. Lagipula asalkan bisa mengosongkan isi kulkas Taehyung, dia tak masalah. Tentu yang diambil Jimin bukanlah makanan, tapi kaleng bir yang sibuk dia teguk sambil menonton acara televisi. Lebih baik lagi kalau berada di rumah Jungkook, ada penyimpanan minuman khusus. Luar biasa.

"Sial, Taeri benar-benar mengabaikanku. Tak membalas satu pesan pun dan bahkan mengangkat telepon." Taehyung kembali memaki. Sudah lelah sekali mencoba.

Jimin menoleh sekilas dan menghela napas pelan. Kembali menonton layar besar di depan. Tapi rasanya tak bisa membiarkan begitu saja Taehyung yang terlihat menyedihkan. "Tentu saja, Kim. Apa yang kau harapkan dari bercinta dengan orang lain? Apalagi dia adalah salah satu dari kita. Kau ingin Taeri berterima kasih dan menghujani dengan ciuman?"

Taehyung tak dapat membantah. Park Jimin benar sepenuhnya. "Tapi aku—membutuhkannya."

"Excuse me, Membutuhkannya?" Jimin menggeser posisinya. Memberikan fokus penuh kali ini pada Kim Taehyung. Menatap dengan santai terkesan sarkastik namun penuh keseriusan.

Taehyung tak menjawab dan malah membuang muka. Tak berminat menjelaskan pertanyaan yang jika dilontarkan oleh Park Jimin menjadi retoris.

"Kau melakukan dengan Ciara bukan hanya sekali, Taehyung. Berkali-kali. Bayangkan jadi Taeri mengetahui itu. Bahkan sebelum kau dan dia berkencan, kita sama-sama tahu bagaimana hubunganmu dan Ciara."

Ucapan itu menyudahi penyangkalan Taehyung. Kalau diteruskan, jelas dia salah telak. Bukan tidak mau berdebat, tapi Taehyung tak mau mengakui itu. Dia tak ingin melepaskan Kim Taeri.

Bersamaan dengan itu, pintu dibanting kencang. Taehyung dan Jimin sudah sama-sama bisa menebak siapa pelakunya. Seorang gadis berambut panjang datang dengan berapi-api. Langsung melewati Jimin seperti pria itu tak pernah ada. Menuju tujuan utamanya—Kim Taehyung.

"Kenapa kau mengabaikanku? Kenapa kau tak membalas satu pesanpun dariku? Tak mengangkat teleponku?" teriak Ciara menggelegar. Seperti biasa, gadis itu akan merengek dan berceloteh.

Taehyung menghela napas berat. Sangat bukan waktu yang tepat untuknya bertengkar saat ini. Sudah cukup Taeri mengabaikannya.

Dan Park Jimin sebagai penonton—berusaha menahan tawa. Sedikit meloloskan kekehan yang sukses membuat Ciara melotot geram. Tentu saja menurut Jimin itu sangat lucu, masalahnya Taehyung melakukan sesuatu yang dilakukan Taeri—mengabaikan. Kalau memilih antara Taehyung dan Taeri, Jimin tentu saja memilih sahabatnya—Kim Taehyung. Tapi lain lagi antara Ciara dan Taeri. Jimin berada di tim Kim Taeri garis keras.

"Pulanglah Ciara, aku sedang tidak berminat berdebat." Taehyung memutar tubuhnya. Menghindari kontak dengn Ciara. Mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tentu saja itu semakin membuat Ciara geram. Menarik Taehyung dengan kasar agar berhadapan dengannya. "Seriously? After you fuck me and then now? Wow! Kalaupun kau tidak mencintaiku, bisakah bersikap baik? Oh, aku lupa, kau hanya baik dan manis ketika di kasur. Harusnya kalau perlu aku merekam dan memberikan kepada kekasihmu yang sempurna itu. Agar dia tahu bagaimana Kim Taehyung pacar yang baik ini sangat-sangat menikmatinya."

"Ciara, hentikan!" bentak Taehyung untuk mengakhiri ocehan Ciara yang membuat emosinya tersulut. Tak dapat lagi mengabaikan Ciara rasanya. Padahal tadi dia berniat tak ingin menambah masalah lagi.

"Tidakkah kau sadar apa yang sedang terjadi sekarang? Taeri tahu semua tentang kita! Aku benar-benar sedang kacau. Kalau saja dia tak tahu, aku juga tak mungkin mengabaikanmu. Kau tahu itu!" pekik Taehyung balik menjelaskan dalam satu kali helaan napas.

"Ya benar, kau selalu adil. Sekalipun untuk wanita keduamu." Ciara jelas sekali memberi sindiran pada Kim Taehyung. Tapi juga tidak membantah apa yang Taehyung katakan. Semuanya benar. Selama berpacaran dengan Taeri, Taehyung tetap berhubungan secara khusus dengannya.

Tapi bagaimanapun jadi yang kedua tak pernah menyenangkan. Mungkin dalam beberapa kasus, terlihat menyenangkan. Lain untuk seorang Ciara karna masalahnya sejak lama dia sudah menunggu Taehyung. Bersama layaknya seorang kekasih namun berakhir dengan semua kabar heboh bahwa Kim Taehyung berpacaran dengan Kim Taeri—anak dari mayor Abel Wood. Jadi bisa dibilang seharusnya dialah yang pertama di sini. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Ciara. Berakhir menjadi persinggahan ketika Taehyung sedang bosan atau senggang.

Bagaimanapun dia tetap bertahan karna satu-satunya yang dia inginkan adalah pria brengsek bernama Kim Taehyung.

"Kau pikir aku mau Taeri mengetahuinya sehingga kau memperlakukanku seperti ini? Salahkan Lee Subin atas semua ini!"

Taehyung dan Jimin terkesiap. Memandang Ciara dengan dahi mengerut dan alis menukik bingung. "Apa maksudmu?" tanya Taehyung menyuarakan apa yang ada di benak Jimin juga.

"Tentu saja Subin yang memberi tahu Taeri. Siapa lagi?"

"Tunggu, kau bilang Subin tahu tentang kita?"

"Yes. Long story. Dia melihat ponselku dan lalu—"

"Brengsek!" Taehyung menyela dengan makian. Cukup membuat Ciara tersentak. "Apa untungnya dia memberi tahu Taeri? Bukankah dia juga tak menyukai Taeri?"

Ciara mengangguk. "Benar. Tapi Subin itu penjilat. Lagipula bukankah secara insting kita akan melakukan apapun yang membuat aman dan merasa diuntungkan? Pasti sesuatu terjadi hingga dia mengatakan pada Taeri."

"Bagus dia mati sekarang," tambahnya lagi. Ciara bukannya tidak menyukai Subin, bisa dibilang hubungan mereka cukup baik walaupun tidak sedekat dia dan Yumi, setidaknya tak seburuk dengan Taeri atau eunbyul. Subin itu berada di tengah-tengah. Namun kadang itu yang perlu ditakuti. Dia bisa menyerang ke sisi mana saja.

"Ya. Dia memang pantas mati." Gumam Taehyung pelan namun masih dapat terdengar.

Dalam sekali ucapan, Jimin menatap Taehyung dengan intens. Menyangsikan yang dia lihat. Kim Taehyung—sahabatnya, tersenyum ketika mengatakan itu.

[]

SECRETS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang