IV. MANIPULATIVE

26.7K 3.1K 531
                                    

Menemukan Kim Taeri di atas kasur Kim Taehyung menjelma menjadi rutinitas. Melihat bagaimana sekali lagi semua kesalahan Taehyung dimaafkan begitu adalah hal biasa. Yang tidak biasa adalah bagaimana Taeri menganggapnya seperti bukan hal besar, malahan tak pernah terjadi. Berlaku begitu tenang dan kembali mengatur semuanya –membereskan– seperti sedia kala. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali. Bukan hanya perihal Taehyung, tapi segala hal yang masuk ke dalam kategori ranahnya. Mungkin, mengontrol memang suatu kegilaan Taeri yang begitu dia gemari. Memegang penuh kendali. Ketika dia berhasil melakukannya, atau memanipulatif beberapa orang agar berpikir seperti membantunya—padahal kenyataannya dia yang menggunakan mereka—adalah juga sebuah pengontrolan diri terhadap dirinya sendiri.

Di luar hujan deras. Langit sudah gelap tanpa bulan yang ponggah menyinari dengan cahaya redup yang indah. Tak ada pula taburan bintang yang berkelip nakal. Langit dipenuhi gumpalan kapas gelap yang melempar derak air dengan bertubi. Udara dingin yang membuat beku ditambah pendingin ruangan disetel pada angka yang membuat meringkuk di balik selimut. Tak begitu masalah kali ini karna diberikan kehangatan lewat kedua kulit yang saling bersentuhan intim tanpa sehelai fabrikpun yang menghalangi.

Ponsel yang terus bergetar benar-benar mengganggu tidur Taeri yang memang tidak pernah bisa pulas. Mudah sekali terusik terhadap hal-hal kecil—sebut saja tingkat kepekaannya tinggi. Dalam segala hal. Sedikit mengerang dengan malas tangannya meraba meja nakas, mengambil ponsel dangan satu tangan dalam posisi tidak begitu bebas karna pelukan Taehyung yang begitu erat. Kim Taehyung itu kalau tidur harus ada yang dia peluk. Kadang guling, kadang Taeri, kadang juga Ciara.

Ketika melihat layar, nama Kim Seokjin tertulis jelas di sana.

Hal lainnya yang menjadi terlalu biasa dan kewajaran. Menjelma begitu lumrah dengan pria bermarga Kim lainnya yang sesuka hati memberikan perintah lewat pesan untuk menemuinya. Jika tak ada balasan segera, akan ada dering berkali-kali yang datang. Tahu jelas bahwa kemungkinan besar Taeri sedang berada di atas kasur kekasih tersayangnya yang cukup brengsek, Kim Taehyung.

Salah kalau kalian mengira Taeri akan mengabaikannya. Sekali lagi dia selalu menyingkirkan segala hal mengenai perasaan. Bukan berarti dia tidak memilikinya, tapi dalam hidupnya ada banyak hal yang harus dilakukan dengan sempurna dengan keagungan logika. Maka saat itu juga, dia segera meloloskan diri dari Kim Taehyung. Tak sesulit keluar dari dekapan Jungkook, tapi jelas Taehyung langsung terbangun begitu saja.

Mata sedikit merah berair, menatap kekasihnya yang mulai memakai pakaian buru-buru. Tak langsung menghentikan,Taehyung lebih memilih menyaksikan tubuh Taeri yang terekspos bebas sebelum akhirnya tertutup seluruhnya. Sedikit menghela napas kecewa.

"Mau pergi? Tidak menginap?" tanya Taehyung begitu saja.

Taeri menoleh dan menyadari bahwa Kim Taehyung dari tadi menjadikannya sebuah tontonan. Memutar bola mata jengah sesaat sambil mendengus sinis. Lalu kemudian satu anggukan dilayangkan. Kalau sudah begitu, Taehyung tak bisa berkata apa-apa lagi sekalipun masih ingin Taeri di sampingnya. Ada beberapa hal yang tak perlu dikatakan dengan gamblang namun sama-sama mereka mengerti. Ini adalah salah-satunya.

Pun Taeri langsung keluar begitu saja. Dan Taehyung hanya menatap sosok mungil itu keluar bahkan tanpa sebuah kecupan sama sekali. Mungkin itu mengapa dia membutuhkan Ciara.

---

Park Jimin duduk di sofa apartemennya dengan sedikit membungkuk dan kaki terbuka. Menggenggam kaleng bir di tangannya yang sudah diminum setengah. Matanya menatap televisi dengan pandangan begitu tajam dan mengintimidasi. Jelas sekali tak menonton sama sekali tayangan yang ada di sana. Pikirannya lari ke tempat lain sambil memutar-mutar perlahan kaleng birnya.

Kematian Subin bukanlah hal aneh lagi yang menjadi bahan perbincang kota Abel Wood. Namun untuknya dan juga teman-temannya, lebih dari itu. Mengusik pikiran. Terutama untuk dirinya sendiri. Terlebih ketika sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Pesan yang membuat rahangnya mengeras dan terdiam penuh amarah dengan tatapan menyeramkan.

SECRETS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang