2

297 29 1
                                    

“Bin inget gak waktu gua kena bully dan lu nolongin gua? Gua takut banget tau waktu itu, tanpa tau salah gua apa tiba tiba anak anak lain pada lemparin gua pake telor sama tepung”

Pagi itu, seperti biasa Hayi dan Hanbin datang dengan kendaraan yang sama dan Hayi berjalan terlebih dahulu meninggalkan Hanbin yang masih sibuk di parkiran merapikan rambutnya.

Tanpa diduga, saat Hayi melewati lapangan banyak anak anak yang melempari Hayi dengan telur maupun tepung, Hayi mendadak terdiam ditempat sambil mengepalkan tangannya, sedangkan Hanbin yang baru saja memasuki area lapangan langsung berlari menghampiri Hayi dan segera melepas jaket miliknya, ia gunakan untuk melindungi Hayi dari serangan teman teman satu sekolahnya tersebut.

Hanbin spontan memeluk Hayi, telur telur dan tepung pun perlahan mengotori punggung Hanbin. Sibuk merasakan sakit, Hanbin tak sengaja mendengar suara isakan tangis Hayi diantara riuhnya teriakan mengejek dari anak anak yang sedang melempari mereka tersebut

“BERENTI!!!”

Semua siswa terdiam dan menghentikan kegiatannya setelah mendengar teriakan marah dari seorang Kim Hanbin. Hanbin merangkul Hayi masuk kedalam bangunan sekolah, lalu menuju ruang loker dimana para siswa biasa menyimpan barang dan seragam yang tidak digunakan pada hari itu.

Di ruang loker, Hayi menangis semakin menjadi, mata dan hidungnya sudah sangat merah, dan pipinya basah oleh air mata. Hanbin tau, bila Hayi sudah menangis seperti ini ia pasti hanya ingin dibiarkan berdiam diri di ruang kosong sendirian, karena itupun Hanbin meninggalkan Hayi untuk membersihkan dirinya dan mengganti bajunya dengan baju olahraga.

Selesai membersihkan diri, Hanbin kembali ke ruang loker dan ditemukannya Hayi yang masih menangis disana, ia lalu menghampiri Hayi dan menyodorkan handuk pada Hayi

“Bin, gua salah apasih”

“lu gasalah apa apa Hi, mereka aja keterlaluan”

“apa ini karna kita sahabatan? Perasaan gua gapernah mesra sama lu kan, kita biasa aja kayak orang sahabatan lainnya”

Hanbin merasa hatinya ngilu mendengar perkataan Hayi, sekarang Hanbin yakin bahwa Hayi tidak memiliki perasaan yang sama padanya. Hanbin semakin memantapkan hatinya untuk tidak menyatakan perasaannya pada Hayi

“mereka ngiri sama lu karna lu bisa nemplokin gua mulu kemana mana, Hanbin yang ganteng ini” Hanbin berucap sambil meletakkan handuk diatas kepala Hayi

Hayi pun yang asalnya menunduk, kini mendongakkan kepalanya menatap Hanbin “lu kampret ya, sialan nyebelin, najisin tau gak Bin”

“tuhkan baru gua ngomong udah ngambek aja”

Hayi membanting pintu meninggalkan Hanbin yang sedang terkikik sendirian, Hanbin menggeleng kecil lalu tersenyum “gua suka lu ngambek gitu, manis”

15 menit Hanbin menunggu, akhirnya Hayi keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, Hanbin menenggak ludah dengan susah payah saat melihat Hayi menyisir rambutnya menggunakan jari jari lentiknya, karna baginya itu...sexy

“eh Hi, udah beres?”

“emang lu galiat gua disini ya?”

“basi Hi”

“pertanyaan lu juga basi Bin”

“pulang atau lanjut?”

“lanjut aja, tapi izin dulu karna kita pake baju olahraga”

Hanbin mengangguk, ia berjalan ke arah loker miliknya lalu mengambil sesuatu dari sana, setelah mengambil barang yang hendak diambilnya, Hanbin kembali menutup pintu loker miliknya lalu berjalan mendekat pada Hayi, ia memberikan benda yang ia ambil dari lokernya itu pada Hayi

“pake ini, gua tau lu malu gara gara kejadian tadi, tenang aja itu maskernya baru gua beli kok”

Hayi pun memakai topi dan masker berwarna hitam yang baru saja Hanbin berikan, lalu mereka keluar dari ruang loker tersebut dan berjalan menuju kelas. Sesampainya dikelas, rupanya kelas sudah dimulai, untung saja pagi itu yang mengajar adalah Lee Seonsaengnim, jadi Hanbin dan Hayi  bisa tetap ikut pelajaran walau baju yang mereka kenakan berbeda dan mereka terlambat masuk kedalam kelas

Jam pelajaran berlangsung dengan tenang hingga akhir, bel jam pelajaran berakhir pun berbunyi, saat siswa lain sibuk keluar kelas dan mengobrol, Lee Seonsaengnim menatap Hayi dan Hanbin, memberi isyarat pada mereka agar mereka menemuinya di ruang guru. Saat Hayi beranjak dari duduknya dan hendak berjalan keluar kelas, Hanbin menggenggam tangan kiri Hayi, Hayi pun berbalik dan menatap bingung pada Hanbin

“itu topi sama maskernya dipake”

Hayi tersenyum lalu berjalan menuju loker buku dibelakang kelas lalu mengambil topi dan masker dari sana, ia langsung memakai kedua benda tersebut dan berjalan menuju ruang guru, sedangkan Hanbin menyusul berjalan dibelakang Hayi. Saat mereka hendak melangkah masuk kedalam ruang guru, Lee Seonsaengnim sudah berada di ambang pintu, ia hendak berjalan keluar dan sedikit berbisik pada Hayi

“follow me”

Hayi refleks mengikuti Lee Seonsaengnim dari belakang, dan Hanbin hanya mengekori 2 manusia didepannya, hingga sampailah mereka di tangga darurat. Lee Seonsaengnim menghela nafas sambil menatap Hanbin dan Hayi secara bergantian, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya

“jelaskan, katakan yang sebenarnya, aku melihat kalian berdua pagi ini"

“aku tau alasan kalian terlambat masuk kelas dan masuk kelas dengan menggunakan seragam olahraga, karena aku melihat semuanya pagi tadi” lanjut sang guru

Hayi dan Hanbin kompak membelalakkan matanya, rahang mereka hampir saja jatuh kalau mereka tak segera menutup mulut mereka. mereka saling menatap lalu menatap Lee Seonsaengnim juga, sedangkan Lee Seonsaengnim mengerling malas lalu menyilangkan kedua tangannya di dada

“aku menyamar menggunakan nama alumni lalu masuk kedalam grup, dan ada seorang siswa yang mengirimkan itu kedalam grup”

Bagaimana orang orang tidak salah paham? Itu adalah foto dimana Hayi sedang membangunkan Hanbin yang tertidur di taman dengan kepalanya yang hanya berjarak beberapa cm saja diatas kepala Hanbin

“kalian benar berpacaran?”

“TIDAK!”

Hanbin dan Hayi langsung bertatapan saat menyadari bahwa mereka menjawab secara bersamaan. Lee seonsaengnim menggeleng kecil lalu memperhatikan kedua siswa laki laki di hadapannya tersebut

“lalu?”

“itu tidak disengaja ssaem, aku hendak membangunkan Hanbin dengan mengagetkannya tapi ternyata malah ada yang salah paham dan memotret kami”

Hanbin menatap gemas Hayi yang sedang menjelaskan sambil mempoutkan bibirnya dan sedikit menggembungkan pipinya, oh Tuhan ini sangat menggemaskan! Ingin rasanya Hanbin menarik Hayi ke ruang sepi, namun Hanbin langsung menepuk pipinya guna menyadarkan diri

"Jadi, mereka semua marah karena foto itu?" Tanya Hanbin polos

Lee seonsaengnim mengangguk pelan

"Kurasa begitu"


“ho, inget gua” Hanbin tersenyum lalu menghampiri Hayi yang sedang asyik memandang ke arah lapangan, ia mengacak rambut Hayi lalu merangkulnya

“jangan jadi bahan bully orang lain lagi ya”

Hanbin lalu melepaskan rangkulannya kemudian duduk di salah satu meja di dekatnya, menarik rambut panjang Hayi yang berwarna terang itu hingga membuat kepala Hayi ikut tertarik kebelakang

“woy kampret!” Hayi sedikit berteriak sambil memegangi rambutnya, ia membalikkan badannya menghadap Hanbin lalu menjitak kepala Hanbin cukup keras, sedangkan yang terkena jitakan hanya bisa mengaduh sambil mengusap bagian kepalanya yang sakit


My Beautiful RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang