16

164 9 4
                                    

Pagi itu, Wonwoo hendak mengantar Yebin ke sekolah playgroupnya. Ia dan Yebin baru saja membuka pintu dan hendak melangkahkan kakinya keluar, namun matanya menangkap sebuah kotak besar yang terletak tepat disamping pintu

Yebin menatap lelaki dewasa yang sedang berdiri mematung ditempatnya, merasa ditatap, Wonwoo membalas tatapan Yebin

“dad, ini punya siapa?” tanya bocah kecil itu sembari menunjuk kotak besar dihadapannya

Wonwoo menggedikkan bahunya, dan menatap kotak itu bingung

“daddy juga gak tau, apa buat mommy mu ya?” tanyanya kembali pada si bocah kecil

Dan Yebin menanggapi pertanyaan Wonwoo hanya dengan gedikkan bahu pula, sama seperti responnya sebelumnya

“Hi! Ada paket nih” ucap Wonwoo dari pintu apartement

Hayi yang sedang sibuk didapur dengan celemek yang melingkar di pingganya pun bergegas menghampiri sahabatnya itu. Dilihatnya sebuah kotak besar disamping pintu

“gua gapesen apa apa, lu yg pesen?” tanya Hayi pada Wonwoo

Wonwoo menggeleng, kini dua orang dewasa dan seorang anak kecil yang sedang berdiri didepan pintu pun menatap kotak besar itu bingung

“ah, gua taro dalem aja dulu, kasian Yebin nanti kesiangan” ucap Wonwoo final

Lelaki bermata rubah itu memutuskan untuk membawa masuk si kotak besar yang masih menjadi tanda tanya besar apa isi didalamnya

Ketika Wonwoo baru saja melangkahkan kakinya untuk masuk, Hayi tiba tiba memegang lengan Wonwoo. Lelaki bermata rubah itu menghentikan langkahnya, lalu menatap gadis disampingnya bingung

“kalo isinya bom gimana? Atau teror gitu? Woo ngeri ah, jangan dibawa masuk, gua takut”

Wonwoo mengerlingkan matanya malas, separno itukah Lee Hayi?

“gosah alay, dasar korban drama thriller”

Hayi tersenyum tanpa dosa hingga menunjukkan gigi gigi putihnya.

“Hi, ada yang mau gua omongin. Bisa kita ketemu di kedai eskrim deket sekolah Yebin?” ucap Wonwoo hati hati

Hayi menangkap raut khawatir pada wajah Wonwoo, ia bingung sesaat namun lalu menggangguk, mengiyakan permintaan Wonwoo

“yaudah, gua pergi dulu. Yebin, pamit sama mommy”

Sikecil tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya pada Hayi

“dadah mommy, Yebin pergi dulu ya”

Hayi mengusak rambut Yebin pelan, bibirnya mengukir senyum

“hati hati sayang, nanti mommy jemput ya”

Yebin membelalakkan matanya, lalu raut wajahnya berubah bersemangat

“mommy gak kerja?” tanya sikecil

Hayi berjongkok, guna menyamakan tingginya dengan sikecil. Gadis manis itu kemudian mengangguk

“mommy kan mau main sama Yebin juga kayak daddy, jadi mommy libur” ucap Hayi sembari mengusap rambut Yebin

“yeay dijemput mommy!”

Anak kecil itu terlihat sangat senang. Memang, Hayi jarang sekali mengantar ataupun menjemput Yebin karena pekerjaannya yang cukup sibuk. Bahkan dirumah sekalipun, ia jarang bertegur sapa dengan Yebin karena ia sibuk menulis di ruang kerjanya

“ayo Yebin, nanti kesiangan” bujuk Wonwoo

Lagi lagi sikecil melambaikan tangannya pada Hayi dengan senyum lebar terukir di bibirnya. Hayi tersenyum kecut kala melihat senyum lebar putrinya itu, karena senyum Yebin sangatlah mirip dengan senyuman Hanbin, ayah kandung dari putri kecilnya itu

My Beautiful RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang